“De, Cinta nih, badannya panas,” kata ibu. Aku terkejut. Karena malam ini, Cinta rencananya menginap di kamar nenek. Kupegang kening Cinta, wah kalau termotangan lumayan nih. Penginnya langsung kasih obat penurun panas. Segera kuambil termometer di laci lemari. 37,1 derajat. Masih belum perlu obat.
“Berapa?” tanya ibuku.
“37,1 nek,” jawabku sambil menyiapkan bantal Cinta tidur.
“Udah minuman aja obatnya,” perintah nenek.
“Nanti aja nek, belum perlu,” jawabku lagi.
Cinta meminta tidur sambil dipeluk. Dan tentu saja, insting seorang ibu, malam tidurku tak nyenyak.
Sambil memantau Cinta tidur, aku teringat masa SD. Aku, termasuk orang yang punya toleransi rasa sakit yang tinggi dan lebih memilih diam saat sakit. Saat kecil, ibu sering sekali kecolongan tidak tahu kalau aku sedang demam.
Pernah suatu hari, aku yang tidur di kamar sendiri, tak bersuasa sama sekali. Sejak sore, aku sudah merasa tidak enak badan. Tapi tidak kusampaikan sama sekali pada ibu. Takut minum obat. Ha-ha. Malamnya, aku segera tidur supaya ibu tidak sadar kalau anaknya sakit. Sesekali aku terbangun karena aku menyadari ibu bolak balik mengintip ke kamar. Ibu memang punya kebiasaan seperti itu. Antara belum siap anaknya tidur sendiri dan takut anaknya butuh sesuatu tapi tidak menyampaikannya.
Dini aku terbangung kaget. Aku merasakan tangan dingin ibu ada di keningku. “Kok gak bilang sih kalau panas,” kata ibu dengan nada penuh kekhawatiran. Ibu segera mengukur suhuku dengan termometer. Dilihat angkanya 38 derajat. Akupun segera diminumkan obat. Pagi harinya, suhu tubuhku sudah normal. Tapi rasanya masih tidak enak. Bapak pun membuat surat izin aku tidak masuk sekolah. Sampai sekarang, aku masih ingat jelas bagaimana kejadian itu. Tampaknya, memori itu memberikan kenangan yang begitu besar. Aku bisa merasakan betapa besar kasih sayang ibu.
Saat giliran anak-anak yang sakit, aku berharap hal yang sama. Berharap anak-anak merasakan kasih sayang yang lebih banyak dari biasanya. Meski aku tidak berharap sama sekali anak-anak sakit. Aku yakin, setiap ibu tak ingin anaknya sakit. Bukan karena kerepotan. Tapi karena khawatir akan terjadi sesuatu pada anak-anaknya. Apalagi terkadang, anak-anak tidak bisa menyampaikan perasaannya. Atau sudah disampaikan sih, tapi orang tuanya yang tidak kunjung memahami.