Roti Canai Bulek Eka

Roti canai. Sudah familiar dengan namanya? Atau masih ada yang belum mengenal roti ini. Menurut Wikipedia roti canai adalah sejenis roti pipih dengan pengaruh India yang dapat ditemukan di beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Mungkin, dulu roti ini bisa dinikmati di rumah makan Aceh dan Sumatra Barat di Indonesia. Tapi saat ini, roti canai lebih mudah ditemukan.

Lanjutkan membaca “Roti Canai Bulek Eka”

Flashback Setahun Lalu

Masih menikmati suasanadi rumah aja atau sudah mulai beradaptasi dengan normal baru? Keluargaku sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan normal baru. Namun, karena sejak zaman penjajahan Belanda aku memang cukup kesulitan dengan berada di keramaian. Maka, jika mengunjungi suatu tempat dan terlalu ramai, pindah haluan akan jadi pilihan.

Semalam, tiba-tiba ibu mengingatkan kejadian setahun lalu. Saat tingkat pasien covid-19 di Balikpapan cukup tinggi. “Inget gak, setahun lalu itu kita beruntutan sakit dan kamu kehilangan indera penciuman,” kata ibu.

Lanjutkan membaca “Flashback Setahun Lalu”

Bapak : Membangun Ikatan

“Ayo Ris, tidur. Udah malam. Besok kita habis subuh mau jalan lho,” kata bapak.

“Kemana?” tanyaku. Akupun mengalihkan pandanganku ke bapak.

“Jalan-jalan,” jawab bapak singkat.

“Aha. Pasti besok bapak libur,” batinku.

Lanjutkan membaca “Bapak : Membangun Ikatan”

Menulis Itu Menyenangkan

Delapan tahun lalu , saat keinginan resign memuncak aku tak punya rencana apa-apa di masa berikutnya. Yang aku pikirkan, saat itu hanya menjernihkan pikiran. 4 tahun bekerja tanpa cuti. Beneran gak cuti? Cuti sih. Tapi masa cuti aku pakai untuk mengerjakan pekerjaan lain. Workaholic sekali ya. Sayangnya, semangat bekerja itu tidak sepadan dengan hasilnya. Ha-ha. Terlalu baik pada seseorang yang tidak baik itu juga tidak baik. *Eh apa sih*

Lanjutkan membaca “Menulis Itu Menyenangkan”

Dua Puluh Ribu Kata Perempuan

Kita sudah pernah mendengar kan, kalau perempuan perlu mengeluarkan duapuluh ribu kata dalam sehari. Jauh berbeda dengan laki-laki yang hanya tujuh ribu kata. Alhamdulillah, saya punya wadah untuk menyalurkannya. Jadi, tidak perlu ada emosi yang tertahan karena duapuluh ribu katanya tidak tersalurkan.

Lanjutkan membaca “Dua Puluh Ribu Kata Perempuan”

Bapak : Awal Perjalanan

Jakarta 2014

“Dokternya belum datang juga ya?” kata bapak sambil menahan sakit.

“Belum pak,” jawab ibu sambil memikat kaki bapak.

Aku hanya duduk diam sambil menyentuh layar gawai, tanpa melakukan hal yang berarti. Sudah lebig satu bulan kami bertiga pindah tidur di Rumah Sakit milik perusahaan tempat bapak bekerja. Dokter tidak melakukan banyak tindakan seperti yang kami bayangkan. Tentu saja, mereka punya penilaian dan ilmu sendiri untuk menghadapi kondisi bapak. Bapak jatuh dengan kondisi leher yang patah.

***

Lanjutkan membaca “Bapak : Awal Perjalanan”

Mengontrol Penerimaan Media Sosial

Seberapa sering kita ikut bahagia saat melihat postingan teman di sosial media. Tentang apa saja. Entah masakannya, liburannya, apa yang dibeli, anak-anak atau apapun mengenai aktivitasnya sehari-hari. Pamer? Tentu saja tidak. Mereka hanya sedang berbagi kebahagiaan yang mereka rasakan.

Tak jarang kita malah mendapatkan banyak manfaat dari apa yang mereka bagi. Misalnya tempat liburan baru yang cocok untuk menghabiskan waku bersama anak. Atau hadiah-hadiah yang bisa kita berikan pada orang tersayang.

Lanjutkan membaca “Mengontrol Penerimaan Media Sosial”

Aku dan Secangkir Kopi di Pagi Hari

Ada banyak hal yang ingin kulakukan sejak mataku terbuka di pagi hari. Rasanya 24 jam ingin kulakukan semua yang kumau. Atau begitu juga hari-hari setelahnya. Namun kusadari, menjadi ibu bukan hanya untuk diriku sendiri. Tidak. Aku tidak merasa menjadi ibu adalah sebuah beban yang amat sangat berat. Memang menjadi ibu tidak mudah. Tapi bukan berarti aku tidak bahagia. Menjadi ibu artinya aku belajar menjadi manager keluarga. Yang mengatur semua kebutuhan anggota keluargaku.

Lanjutkan membaca “Aku dan Secangkir Kopi di Pagi Hari”

Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 3

Sudah satu jam aku hanya menetap layar komputerku. Padahal dokumen-dokumen sudah menumpuk, menunggu untuk dikerjakan. Beberapa hari ini aku merasa tidak bersemangat. Apa karena jawaban dari ayah yang ragu-ragu? Atau karena aku sendiri merasa tak yakin. Kulihat ada notifikasi pesan dilayar komputerku.

Gala typing

“Kamu kenapa sih marah-marah terus sama Adi?”

Lanjutkan membaca “Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 3”

Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 2

Uap secangkir capuccino dihadapnku mulai menghilang. Cepat-cept kuhirup, agar tetap nikmat selagi masih hangat. Kucek lagi to do list di mejaku. Mungkin ada yang terlewat.

Mataku tertuju pada jadwal di kalender. 2 minggu lagi waktunya aku sidang skripsi. Semua sudah selesai. Semoga semua berjalan lancar.

Apa kabar Adi ya? Belakangan kami jarang berkomunikasi. Meski beda kampus, jadwal skripsi kami berbarengan. “Ya tapi harusnya tetap lancar dong ya komunikasinya!” hati kecilku berbisik. Akupun mengirimkan pesan untuknya. Berharap segera dibalas.

Lanjutkan membaca “Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 2”