Sebagai ibu-ibu yang baru punya dua anak, tentu saja pengalamanku belum banyak. Namun, dari anak pertama menuju anak kedua, ada banyak hal yang membuatku belajar. Salah satunya adalah kebutuhan anak saat bayi, diantaranya diaper bag.
Saat anak pertama, diaper bag selalu aku bawa kemana-mana. Mulai dari yang bentuknya ransel, sling bag, atau tote bag. Pokoknya, aku tanpa diaper bag itu tak mungkin. Segala keperluan Cinta aku bawa. Mulai dari clodi, baju ganti beberapa pasang, botol minum, tisu basah. Pokoknya semua perlengkapan bayi. Semua masih membersamaiku sampai Cinta hampir dua tahun.
Semua berubah saat aku hamil Rangga. Aku sadar kalau semua itu tak perlu aku bawa terus-terusan. Dibawa sih, tapi selalu kutinggal di dalam mobil atau jok motor. Kenapa? Karena ternyata anak-anak selalu memberikan tanda saat mereka ingin buang air kecil atau besar. Kalaupun tidak ada tandanya, sesaat sebelum turun dari kendaraan, aku mengecek lebih dulu. Jadi, aku bisa jalan-jalan dengan tenang.
Bagaimana dengan pakaian yang kotor saat makan. Skenario saat makan diperlukan. Aku biasanya akan segera bertanya, apakah makan di luar mall, di dalam mall, atau di mana. Karena agenda setelah makan, menentukan aku perlu membawa baju ganti turun dari kendaraan atau tidak.
Hasilnya saat anak kedua, tas yang kugunakan lebih eye catching buatku, ha-ha. Ukurannya tidak lagi sebesar kontainer. Secukupnya. Dan aku juga bisa ganti-ganti tas sesuai keinginan dan kebutuhanku. Tidak seperti dulu, yang harus membawa diaper bag yang besar.
Meski sudah mengurangi ukuran tas yang kugunakan, suami tetap saja geleng-geleng setiap melihat bawaanku. “Kalau rumah bisa digendong, mungkin dibawa juga,” kata suami.
Saat ini aku memilih menggunakan tas dari bahan kulit sapi asli. Selain karena produksi dalam negeri, bahannya juga lebih awet dan kuat. Aku punya tas kulit sapi dari tahun 2012, sampai sekarang tasnya masih sangat bagus. Bahkan jahitannya tak ada yang rusak. Padahal, tas itu sejak dulu kupakai bekerja dan sering membawa beban yang sangat berat.