Pemandangan Hutan di Kalimantan

Beberapa waktu lalu, warga Kalimantan sempat dibuat murka, oleh seseorang yang mengomentari Kalimantan. Yang kesal, bukan hanya warga Kalimantan Timur, tapi juga wilayah lain yang ada di pulau Kalimantan. Bahkan, daerah lain juga tak suka dengan pendapat itu. Aku juga tak setuju. Tapi tak mau ikut-ikutan geram.

Perjalanan ke Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu, sempat membuatku berkata “Mungkin sesebapak, dilihatkan pemandangan ini. Makanya sampai terlontar perkataan seperti itu.” Pemandangan apa? Hutan yang masih sangat lebat. Ya, meski banyak perkampungan dan dilewati jalan aspal, di kanan kiri kami masih terbentang luas hutan yang sangat lebat.

Memang, jika berada di perkotaannya atau pusat desa, lebih terlihat ada kehidupan yang bisa kita temukan. Tapi coba saja jalan ke utara, menuju Samarinda dari Balikpapan. Hutan di kanan kiri kita sudah siap menyapa. Selama ini, perjalananku selalu ke arah utara. Samarinda, Balikpapan, Sangatta, masih harus melewati hutan. Perjalanan di pagi sampai sore hari, menurutku adalah pilihan yang tepat. Karena kalau hari sudah gelap, kita sendiri yang akan kesusahan. Tak ada cahaya selain lampu kendaraan.

Nah, saat ke arah selatan Kalimantan, ternyata hutannya jauh lebih lebat lagi. Kami diperjalanan tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur. Hutannya masih sangat murni. Waktu di daerah air terjun Kali Gunung Rambutan, kami sampai pukul 12 siang. Bayangkan, kabut masih jelas terlihat. Bukan kabut asap lho. Tapi kabut embun. Dan sepanjang jalan menuju Kalimantan Selatan, kami disambut dengan jalan berliku, tanjakan serta turunan. Dan tentu saja, gunung-gunung yang menjulang tinggi ini menambah keseruan. Bahkan mendekati perbatasan Kalimantan Selatan, kami dibuat takjub oleh lereng gunung yang sangat indah. Kata suami sih, itu gunung kapur. Indah sekali. Pemandangan indah itu, hanya terekam di memori otak kami. Handphone-handphone malah tergeletak karena terpana.

Salah satu pemandangan yang diberikan di Kalimantan

Namun ada yang sangat terasa di perjalanan ini. Di Kalimantan timur, rasanya biasa melewati jalan berlubang, rusak atau yang diperbaiki namun tak mulus dengan jalan yang lain. Istilah ibuku, jalannya di tambal sulam.

Di Kalimantan Selatan sungguh  jauh berbeda. Jalannya mulus sekali. Meski ada beberapa jalan rusak, tapi bisa dihitung dengan jari. Berkendaraanpun seperti melalui jalan tol.

“Welcome to Kaltim,” kata suami saat kami memasuki wilayah Kalimantan Timur. Kami langsung disambut dengan jalanan yang gradak gruduk. Gak mulus seperti saat di Kalimantan Selatan. Ha-ha.

Kapan-kapan, kami perlu mencoba jalan sampai ke ujung barat Kalimantan. Apakah mulus atau tidak?

Tinggalkan komentar