Senin, 21 Februari lalu aku bertugas menjadi Butterfly di Hexagon City Virtual Conference. Speaker pertama yang kuhinggapi adalah Reni T. Wulandari dengan tema Melatih Anak Berpikir Komputasional Melalui Aktivitas Menggambar. Apa itu berpikir komputasional? Berpikir komputasional atau Computational Thinking adalah metode menyelesaikan persoalan dengan menerapkan teknik ilmu komputer. Ini mendorong anak untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menyelesaikan persoalan dengan menerapkan konsep terstruktur.
Computational Thinking pertama kali dicetuskan oleh Syemour Aubrey Papert seorang ahli komputer dari MIT tahun 1980. Metode ini kemudian digencarkan oleh Jeannette Marie Wing dari Columbia University tahun 2006.


“Di Indonesia, Computational Thinking diformalkan melalui Permendikbud No 37 tahun 2018 pada mata pelajaran informatika di jenjang SMP,” terang Reni. Mahasiswa bunda produktif batch 2 ini memberikan contoh sederhana yang mudah dipahami. Salah satunya saat mencuci baju. Saat mencuci baju, kita perlu melalui beberapa tahapan, seperti mencuci, menjemur dan melipat.
“Ternyata mencuci ada tahapannya lagi kan. Kayak memisahkan pakaian putih dan berwarna, menakar detergen, menambahkan pelembut atau pewangi,” kata member IP Pasuruan ini.
Lalu bagaimana konsep kuncinya? Ada 4 yaitu, decomposition (memecahkan hal komplek menjadi bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana), pattern regnition (mencari kesamaan pola), abstraction (fokuskan kepada hal-hal yang relevan dengan masalah yang dihadapi dan mengabaikan hal-hal yang tidak diperlukan dalam penyelesaian masalah), algorithm (membuat langkah-langkah penyelesaian masalah).
Computational Thinking, memberikan beragam manfaat diantaranya
1. Membantu dalam memecahkan masalah yang kompleks melalui cara-cara yang sederhana.
2. Melatih otak agar terbiasa berpikir secara logis, kreatif, dan terstruktur.
3. Membantu seseorang dalam merumuskan masalah dengan cara menguraikan masalah tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah diatur.
4. Membantu dalam melakukan identifikasi, analisa, serta implementasi solusi dengan berbagai cara dan sumber daya secara efisien dan efektif.
Lalu apa hubungannya dengan menggambar? Dengan menggambar anak-anak bisa berimajinasi dengan mengembangkan kreativitas mereka. Tapi bagaimana jika orangtua tidak pandai menggambar? Kita bisa mengajak anak melihat bentuk di sekitar kita yang paling sederhana. Misalkan rumah yang bisa digambarkan dengan gabungan segiga dan persegi panjang. “Anak tidak butuh gambar yang bagus atau kompleks. Gambar yang sederhana, tapi kita menemani mereka dengan bahagia, maka anak akan lebih senang,” kata Reni.

