Jangan Malas Buang Sampah

“Ih, ini pasti karena bapak jadi kayak gini!”

“Coba aja bapak gak gitu, pasti gak akan terjadi kaya gini!”

Ini, itu dan masih banyak ketidak berhasilan yang menurutku sumbernya dari bapak. Hingga suatu hari, beberapa tahun lalu, seorang teman berbagi pengalamannya setelah mengikuti sebuah kelas privat tentang pelepasan sampah batin. Ia bercerita ada banyak efek positif yang ia dan teman-temannya rasakan.

Iapun mengajakku dan seorang teman lagi untuk mencobanya. tidak ikut kelasnya langsung, tapi melalui pengalaman belajarnya. Saat itu, aku diminta menuliskan daftar hal-hal yang membuatku kesal. Dari aku kecil hingga dewasa. Apapun itu. Tentu saja daftarnya cukup panjang, dan mayoritas yang membuatku kesal adalah bapak.

Setelah puas menuliskan semua kekesalan, ia meminta menuliskan semua kenangan baik dan indah. Bukan hanya bersama bapak yag membuatku kesal, tapi juga pengalaman indah dengan semua orang yang pernah kutemui.

Daftarnya jauh lebih panjang. Daftar teratas dipegang oleh Mbah Min. Lelaki idolaku. Tapi kemudian, aku juga menemukan daftar panjang kenangan baik nan indah dari bapak. Jumlahnya jauh lebih panjang dari kekesalanku. Aku langsung menangis. Aku selama ini hanya fokus pada hal-hal negatif, sehingga menutupi semua kebaikan bapak. Selain itu, aku juga menangis karena teringat mbah. Sosok penyabar yang selalu jadi panutan. Itulah moment di mana aku bisa melepaskan sampah-sampa batin yang selama ini kubawa.

Aku sangat lega. Merawat bapak, tidak lagi setengah hati. Aku mulai menyadari, kalau semua yang tejadi tentu karena izin Allah. Aku hanya perlu menjalankan dengan keikhlasan. Sejak saat itu, jurnal syukur menjadi pilihanku untuk melihat kebaikan yang aku dapatkan setiap hari.

Lalu apakah aku sudha bebas sampah batin? Belum. Sesekali, aku masih perlu fokus dalam membuang sampah batin tersebut. Tapi sekarang aku sudah menyadari, kapan sampah batin itu mulai menumpuk. Aku mulai tahu saluran emosi apa yang bisa kulakukan. Di antaranya menulis, olahraga, membersihkan dan merapikan rumah.

Suami bahkan menyadari kalau ada perabotan yang bergeser dari tempatnya, itu berarti aku sedang stress dan perlu melampiaskannya ke hal baik. Setelah selesai melampiaskannya, maka jalan besama anak bisa kunikmati dengan hati bahagia.

Tinggalkan komentar