Cuit, cuit, cuit, cuit
Kudengar sayup-sayup suara burung dari dalam rumah. Matahari tampaknya masih malu-malu. Memilih bersembunyi di balik awan putih. Pagi ini tak sepanas biasanya. Kulirik jam di dinding, waktunya Cinta bersiap-siap.
“Ayo kak, sudah jam 8. Siap-siap dulu,” ajakku.
“Boleh jalan kaki aja kah?” tanya Cinta.
Aku berpikir sejenak. “Boleh. Artinya kalau mau jalan kaki, siap-siapnya lebih cepat. Biar gak terlambat sampai tempat les,” kataku. Beberapa bulan ini, Cinta mengikuti les. Awalnya aku tak mau mengikutkan Cinta les. Tapi karena sepupnya les, Cintapun ingin ikut. Aku juga tak pernah memaksa, meski perlu melapangkan hati saat belajar di rumah atau mengantar les. Anggap saja, latihan sebelum Cinta bersekolah beberapa bulan mendatang.
Tak sampai lima belas menit, kami sudah membuka pagar rumah dan bersiap pergi. Aku dan Cinta melangkah dengan riang. Cinta tampak bahagia sekali. Sudah beberapa kali ia ingin sekali pergi les jalan kaki. Sering kutolak, karena ia selalu terlambat dalam bersiap. Tempat les tak jauh dari rumah. Hanya 800 meter. Jalan kaki ke tempat les adalah pemandangan yang biasa di daerahku. Apalagi biasanya ibu-ibu yang mengantar sudah saling kenal atau bertetangga. Jadi tidak berasa sama sekali.
Kulihat jam ditangan, aku memulai langkah di angka 987. Aku ingin tahu, berapa langkah yang akan ditempuh jika aku pergi dan pulang dengan berjalan kaki.
“Mah, ini pohon lombok?” tanya Cinta.
“Bukan, yang di depan rumah sana baru pohon lombok. Kalau yang ini, mama belum tau,” jawabku. Kuperhatikan pohon yang dipertanyakan Cinta. “Itu bukan buahnya kak. Itu bunganya. Lihat pohon sebelah sini, sama kan. Nah bunganya berkembang,” tambahku.
“Bagus ya. Cinta gak pernah sadar kalau setiap lewat ada pohon ini,” kata Cinta. Benar sekali. Jalanan ini hampir setiap waktu kulewati, tapi aku tak pernah menyadarinya. Jalan kaki menuju tempat les, ternyata memang pilihan yang baik. Selain kami bergerak lebih aktif, ada banyak pelajaran yang kami temui di sepanjang jalan. Jika naik kendaraan, belum tentu kami bisa menikmatinya.
“Nanti kalau les jalan kaki lagi aja ya ma,” pinta Cinta.
“Ok. Mama juga suka kalau kita lebih banyak jalan,” jawanku. Perjalanan dari rumah menuju tempat les ternyata bisa menghasilkan lebih dari 2000 langkah. Alhamdulillah.