Takut

Aku rasa setiap orang punya rasa takut. Tak semua sama. Lalu, apa yang kamu takutkan selama ini? Dulu aku punya ketakutan khusus pada hewan cicak. Setiap bertemu cicak, aku selalu bergidik ngeri. Pernah suatu hari seorang teman iseng melempar cicak ke arahku, aku berteriak ketakutan. Tapi tak sampai menangis. Hanya geli bercampur kesal. Berbeda dengan temanku yang lain. Saking takutnya pada cicak, saat dilemparkan hewan mungil itu, ia bisa sampai pingsan.

Awalnya aku tak pernah setakut itu pada cicak. Malahan saat kecil, aku sering bermain bersama teman-temanku menggunakan cicak. Kebetulan, rumah temanku masih berkolong. Telur cicak, masih mudah ditemukan di bawah kolong rumahnya. Misi kami saat itu adalah berburu cicak dan telurnya. Kejam kalau dipikir-pikir.

Suatu hari, aku kecil sedang suka-sukanya dengan biskuit. Setiap hari aku selalu makan biskuit yang katanya bisa membuatku kuat. Di manapun dan kapanpun, biskuit itu selalu kubawa. Saat itu aku menikmati biskuit sambil menonton kartun kesukaanku sambil duduk lesehan di lantai. Setelah hampir habis satu bungkus, aku baru menyadari kalau ada seekor cicak yang menungguku di dalamnya. Aku tak tahu sejak kapan ia masuk ke dalam bungkus biskuit. Mungkin tak lama. Karena biskuit ini sudah bermalam di dalam kulkas. Jadi rasanya tidak mungkin kalau dia selama itu di dalam sana.

Dan sejak kejadian itu aku jadi membenci sekaligus takut pada cicak. Tatapan mata bulat hitam kecil masih sering membayangi. Fuih, untung saja dia tidak kumakan.

Karena ketakutan dan kebencian pada cicak itu, seorang teman mencoba membantu menghilangkannya. Saat itu ia baru selesai mengikuti pelatihan hypnoterapi. Aku dan beberapa teman menjadi kelinci percobaannya. Sayangnya terapi itu tak membuahkan hasil yang sesuai harapan. Ha-ha.

Lalu apakah sampai sekarang aku masih takut pada cicak? Alhadulillah ketakutan itu sudah hilang. Bagaimana caranya? Jujur saja, aku tidak tahu. *dikeplak*. Yang aku ingat, aku mencoba berdamai dengan kengerian pada cicak. Aku bosan sering dijadikan tumbal lemparan cicak. “Semakin aku takut, maka teman-teman akan semakin sering menggangguku,” pikirku kala itu.

Maka, aku mencoba bersikap berani dan mengabaikan rasa takut yang menghantui. Sama seperti saat banyak teman yang takut jika berkunjung ke rumahku, karena harus melewati kuburan dan pepohonan yang rimbun. Tak hanya malam hari, pagi sampai sorepun daerah rumahku dulu selalu sepi. Mirip dengan lokasi-lokasi film horor. “Itu cuma jin, emang tugasnya nakutin. Yang perlu diwaspadai adalah manusia yang ternyata berniat jahat,” dan kalimat itu ternyata mampu menjadi “mantra” buatku. Jadi, mungkin cara melawan ketakutan  ada pada niat kita sendiri. Mau berdamai atau tetap membiarkan rasa takut itu menghantu. Benar?

Tinggalkan komentar