Lebaran sebentar lagi, lebaran sebentar lagi
Lah, baru juga mulai berpuasa, tapi udah mikir lebaran. Huf. Hidangan lebaran adalah hal yang sering dibicarakan keluargaku. Bukan saat bulan ramadan. Tapi jauh sebelum bulan puasa tiba. Bahkan, pernah baru beberapa hari lebaran berlalu, hidangan lebaran kembali dibicarakan.
Ibuku punya kebiasaan memasak ayam kari di hidangan meja lebarannya. Kenapa? Karena dulu kami selalu menyediakan buras dan roti canai. Kedua menu itu, cocok dengan ayam kari. Tak hanya satu menu, selalu ada menu pendamping lainnya yang juga disediakan. Mungkin soto banjar, rawon, atau bakso. Yang jadi favoritku tentu saja soto banjar. Meski sebenarnya, rasanya jauh dari soto banjar asli, ha-ha. Ibuku yang keturunan jawa timur, begitu menikah dengan bapak yang keturunan banjar mau tidak mau belajar memasak makanan kesukaan bapak. Karena tidak belajar langsung dari sumbernya, ibu banyak memodifikasi resepnya. Untungnya, bapak tidak pernah mempermasalahkannya. Selama judulnya soto banjar, ya enak aja, begitu kata bapak.
Setelah aku menikah, teman diskusi soal menu hidangan lebaran adalah suami. Berbanding terbalik denganku dan bapak. Lidah Indonesia suami agak cerewet. Apalagi suami punya hobi memasak di dapur. Jadi ia tak mau lepas tangan dalam memilih hidangannya.
Meski selalu ada yang berbeda ditiap hidangan lebaran, ada satu yang tidak pernah absen dari meja makan rumahku. Roti cane alias roti canai alias roti maryam. Dulu selain lebaran, roti canai hanya bisa kunikmati di kondangan. Setiap lebaran ibu selalu khusus memesan roti canai sebagai sajiannya. Dan kebetulan, si penjual memang hanya membuat roti canai untuk pesanan khusus saat lebaran atau hajatan.
Namun, sekarang setelah Mbak Ika memantapkan diri berjualan roti canai, aku tak terlalu kesulitan lagi. Pengin tinggal order. Bahkan kami sering nyetok di freezer. Tak perlu menunggu hari lebaran untuk menikmatinya. Roti canai favoritku dan anak-anak, adalah rasa coklat. Saking sukanya, kami sampai susah untuk berbagi. Padahal, stoknya banyak, penjualnya pun sering menyediakan versi frozennya. Ha-ha. Kalau ibu, tetap setia pada rasa original.
Gara-gara roti canai buatan mbakku, aku malah tidak tertarik dengan roti canai lain. Kalau dulu, rela deh kondangan cuma makan roti canai. Aku pernah juga merasakan roti canai yang lain, tapi pilihan tetap kembali ke mbakku. Bukan karena mbak sendiri yang membuat, tapi sudah cocok dengan rasanya. Jadilah sejak saat itu, aku tidak mau melirik roti canai lain. Dari pada makan sambil kecewa, lebih baik memilih yang sudah pasti aja kan.
Nah, di tahun ini insyaallah roti canai akan kembali kami sajikan saat hari raya. Bosan? Kadang muncul perasaan itu, tapi tetap aja kami menikmatinya. Lalu ada apalagi selain roti canai, entahlah suami masih belum juga memutuskan. Mungkin bakso, pempek, atau sop iga?
