“Kamu mau tau gimana anak-anakmu memperlakukanmu saat tua? Lihatlah bagaimana kamu memperlakukan ayah ibumu, terutama di depan anak-anakmu. Kalau kamu dekat dengan orang tuamu, maka anak-anakmu juga akan seperti itu,”
Seseorang pernah mengatakan hal itu padaku. Antara setuju dan tidak sih. Aku setuju, sebagai anak kita harus tetap menjalin kedekatan dengan orang tua. Aku juga setuju, sebagai orang tua kita harus mencontohkan kepada anak.
Namun kita tak pernah tau hati setiap orang kan? Ada banyak orang yang aku kenal, menjadi tidak dekat dengan orang tuanya karena memang orang tua tidak menjalin kedekatan. Namun, tidak sedikit juga yang menyadari, meski dulu orang tuanya tak hadir di setiap moment kehidupannya, ia tak perlu membalasnya. Yang ia inginkan hanya mencoba memperbaiki hubungan, selama keduanya masih bernafas.
Aku adalah salah satu di antaranya, yang memutuskan memberikan banyak waktu untuk ibu dan bapak. Dulu, waktu keluarga kami sangat-sangat minim. Aku, ibu dan bapak selalu menghabiskan waktu di rumah bersama-sama. Tapi, hati kami tidak bersama. Masing-masing menghabiskan waktu untuk aktivitas yang berbeda. Mungkin, tangki cinta kami amat sangat minim. Tak ada moment berbagi dan bercerita antara kami.
Saat aku mulai kuliah dan memutuskan bekerja, waktuku lebih banyak di luar rumah. Bisa bertemu bapak saja sangat jarang, apalagi mengobrol. Sampai suatu hari, bapak memanggilku sebagai anak kos. Karena pulang ke rumah hanya untuk tidur. Setia[ akhir pekan, selalu ada pekerjaan yang kuambil biar aku tak perlu ada di rumah. Aku pernah ada dititik, jenuh dengan rumah tapi tidak membenci.
Tapi karena dipanggil sebagai anak kos, ternyata membuat hatiku carut marut. Sesibuk itukah aku? Sejauh itukah aku dengan ibu bapak. Akhirnya aku memutuskan untuk mengubah prioritasku. Akhir pekan, aku tetap mengambil pekerjaan. Tapi aku harus menghabiskan waktu dengan ibu dan bapakku dulu. Kami memilih ke toko buku dan makan bersama. Tak hanya itu, ternyata mengelilingi kota, bertiga saja di dalam mobil membuat ikatan kami kembali terbangun. Aku kembali mendapatkan moment-moment indah bersama kedua orangtuaku.
Setelah menikah, ternyata aku masih harus tinggal dengan ibu bapak. Aku tidak menyesalinya atau merasa gagal mandiri. Aku melihat ini adalah kesempatan yang diberikan Allah, agar aku bisa memanfaatkan waktu bersama kedua orang tuaku.
Waktu memang tidak bisa diulang, karena itu aku ingin memanfaatkannya sebaik mungkin. Membangun dan memelihara cinta orang tuaku. Bukan karena aku ingin mendaptakan cinta dari anak-anak kelak. Tapi aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah di depan mata.
Karena tak semua anak dan orang tua punya kesempatan, untuk bisa terus memelihara cinta mereka sampai akhir hayat.
MashaAllah~
Sangat membekas sekali, “Waktu memang tidak bisa diulang, karena itu mari memanfaatkannya sebaik mungkin.”
SukaDisukai oleh 1 orang