Sebagai orang yang puluhan tahun tinggal di daerah yang dekat garis khatulistiwa, aku cukup bahagia waktu diajak jalan-jalan ke daerah yang dingin-dingin sejuk. Bagaimana tidak, aku mudah sekali berkeringat. Kadang iri rasanya melihat orang-orang yang tidak mudah berkeringat meski aktivitasnya ringan. Meski di kotaku musim hujan dan musim kering alias kemarau tidak pernah bisa diprediksi, aku pernah tinggal di perumahan yang dikelilingin pepohonan lebat. Ini mengurangi rasa kegerahan dan keringat. Terutama saat pagi hari. Di pukul 06.30, aku masih bisa menikmati embun dan kabut saking dinginnya. Kalau malam, suara jangkrik yang bersahut-sahutan sudah jadi alunan tidur yang menenangkan. Sayangnya, itu hanya berlaku di beberapa wilayah, yang dikelilingi pepohonan lebat. Kotaku saat ini lebih banyak perumahan yang gersang.
Lanjutkan membaca “Mengatasi Kantong Kering”Bulan: Juli 2022
Review : Wardah Colorfit Fresh Matte Lip Ink
Siapa sih yang tidak mengenal wardah? Brand lokal ini tak hanya menyuguhkan aneka macam kosmetik, tapi juga skin care. Kosmetik ini juga sangat mudah kita temukan di toko-toko kosmetik, minimarket, supermarket atau pusat perbelanjaan lainnya. Akupun mengenal wardah sudah sejak SMA. Saat itu, salah satu produk yang kugunakan adalah daily creamnya. Sayangnya dulu, informasi seputar skin care dan kosmetik tidak sebanyak sekarang.
Lanjutkan membaca “Review : Wardah Colorfit Fresh Matte Lip Ink”Saat Jalan-Jalan Naik Pesawat
Bagaimana rasanya saat mengajak anak-anak liburan dengan transportasi udara? Harap-harap cemas? Atau selow aja?
Saat menjadi ibu satu anak, aku termasuk yang selow. Apalagi saat itu mengajak Cinta naik pesawat di usianya yang masih 8 bulan dan 1,8 tahun. Masih ASI. Rewel sedikit langsung sorongan gentong ASI ke mulutnya. Tak ada drama sama sekali, karena dari take off dan landing selalu dilalui Cinta dengan tidur pulas didekapanku.
Lanjutkan membaca “Saat Jalan-Jalan Naik Pesawat”Menjelajahi Jatim Park 3 : Dino Park dan The Legend Star
Setelah sebelumya jalan-jalan ke Jatim Park 2, aku dan keluarga kembali melanjutkan jalan-jalan ke Jatim Park 3. Ini menjadi pilihan karena adanya pengunjung bisa melihat berbagai macam dinosaurus. Tidak seperti Jatim Park 2 yang udaranya dingin-dingin sejuk, jatim park 3 agak sedikit lebih panas.
“Di Jatim Park 3, yang dijual memang yang indoor pak. Biar gak terlalu panas. Beda sama Jatim Park 2 yang meski berjam-jam keliling, kita gak terlalu capek dan berkeringat,” kata driver yang mengantar kami.
Untuk tiket masuknya, ada beberapa pilihan. Harganya dibandrol mulai Rp 120.000,- sampai Rp 140.000,-. Namun, yang menurutku paling cocok adalah Dino Park dan The Legend Star.
Lanjutkan membaca “Menjelajahi Jatim Park 3 : Dino Park dan The Legend Star”Menjelajahi Jatim Park 2 : Batu Secreet Zoo dan Museum Hewan
Ada banyak sekali wisata keluarga di daerah Jawa Timur. Sejak dulu, Jatim Park adalah salah satu tempat wisata yang terkenal. Pengunjungnya hampir selalu ramai, meski bukan musim liburan sekolah.
Sebagai orang yang punya hate relationship dengan udara dingin, Batu adalah salah satu kota yang ingin aku kunjungi. Konon, cuaca batu dingin. Jadi aku bisa bebas berkeringat, ha-ha.
Alhamdulillah, tahun ini aku dan keluarga punya rezeki untuk jalan-jalan ke Jatim Park. Destinasi pertama kami adalah Jatim Park 2. Alasannya sederhana, karena Jatim Park 2 menyuguhkan Batu Secret Zoo, Museum Satwa dan Eco Green Park. Banyaknya binatang-binatang, tentu akan disukai anak-anak. Aku yakin hampir semua anak menyukai binatang.
Lanjutkan membaca “Menjelajahi Jatim Park 2 : Batu Secreet Zoo dan Museum Hewan”Blitar
Kota yang tidak pernah masuk dalam list kota yang akan aku kunjungi. Bagaimana tidak, aku yang lahir dan besar di Balikpapan, mempunya sebagian besar keluarga yang menetap di Kalimantan Timur.
Keluarga dari garis keturunan bapak, berada di Singkawang – Kalimantan Barat dan Banjarmasin – Kalimantan Selatan. Awal tahun lalu, aku dan ibu mengunjungi Banjarmasin. Bukan untuk mencari keluarga dari garis bapak, tapi napak tilasdari cerita-cerita bapak dulu.
Baper Itu Dulu
“Ih, kok mereka ngumpul-ngumpul tapi gak ajak aku sih. Apa aku sudah gak dianggap teman lagi? Apa aku sudah gak seasyik dulu (eh emang dulu asyik)?
Minimal basa basi kek, meski aku gak ikut ngumpul bareng mereka.” Protes batinku saat melihat postingan beberapa temanku yang berkumpul bersama.
Tapi suara hatiku yang lain ternyata tidak mau tinggal diam.
“Eh, bukannya kemarin-kemarin mereka pernah ngajakin ya. Tapi kamu selalu nolak. Alasan gak bisa. Gak ada suami yang bakal bantuin jaga anak. Atau tidak setuju dengan lokasi nongkrong yang mereka usulkan”
Lanjutkan membaca “Baper Itu Dulu”Cerita di Sekolah
“Ma, Cinta gak usah sekolah aja deh,” kata Cinta. Aku menghentikan aktivitasku sejenak.
“Kenapa?” tanyaku.
“Cinta takut Ma. Takut kalau disuruh baca doa, Cinta gak bisa. Takut kalau salah-salah. Kalau baca doa sama mama, Cinta salah kan dibenerin,” jawab Cinta.
“Cinta tau gk, di sekolah nanti itu Cinta belajar bareng-bareng sama teman yang lain. Kalau salah ya gak apa-apa. Nanti akan dibantu sama bunda di sekolah. Mama tanya deh, Cinta bisa berlari?”
Cinta mengangguk.
Lanjutkan membaca “Cerita di Sekolah”Ketika Mengerjakan, Tidak Pakai Hati
Jangan pernah mengerjakan sesuatu tanpa hati yang bahagia. Kenapa? Karena yang kita lakukan pasti tidak akan maksimal. Beberapa bulan lalu, di RTku telah mengadakan pemilihan ketua RT. Kali ini, beberapa nama mengajukan diri menjadi ketua RT. Kebanyakan warga tentu tahu track record para calon ketua RT. Tapi aku tidak dan mungkin beberapa warga lain juga ada yang tidak tahu.
Aku jelas tidak mengenal, karena minim sosialisasi dengan lingkungan. Tapi ibu, tante dan pamanku sangat memahami. Cara pemilihannya, seperti tahun-tahun sebelumnya. Dipilih lewat pencoblosan langsung. Namun, satu kartu keluarga hanya boleh satu pemilih.
Setelah terpilih ketua RT yang baru segera melakukan pergerakan. Sayangnya, tidak semua warga mendukung. Ada saja yang tidak suka dengan terobosan-terobosan yang ada. Walaupun terobosan itu memberi perubahan yang baik. Ya, begitulah kalau memang tidak suka pada personalnya ya. Oh iya, sebenarnya kemenangan antar calon cukup tipis lho.
Beberapa saat setelah menjabat, ketua RT yang baru mengundangku ke rumahnya. Hanya saja, aku berhalangan dan tidak bisa hadir. Keesokan harinya, aku mendapatkan cerita dari pamanku yang hadir dalam undangan tersebut. “Namamu masuk sebagai ketua pemberdayaan wanita lho ris,”kata paman.
“Hah? Gak salah? Gak pernah ikut kegiatan RT terus tiba-tiba ditunjuk,” jawabku.
“Gak paham,” kata paman sambil berlalu pergi.
Akhirnya aku mendapat penjelasan dari Ketua RT kenapa namaku bisa ditulisakan dalam perangkat RT. “Cuma simbolis kok. Namamu diusulkan sama mbak Rina,” tambah bu RT. Ya, ketua RTku adalah seorang perempuan.
“Bu, maaf ya. Sebaiknya dicari yang lain saja. Saya tidak bisa aktif berkegiatan di luar. Lagi pula, anak-anak belum bisa ditinggal,” alasanku.
“Sudah sambil jalan saja. Nanti tetap didampingi kok,” tambahnya.
Aku juga menyuarakan ke mbak Rina, salah satu perangkat RT yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di RTku. “Sudah santai aja,” jawabnya. Tak ada satupun yang mengizinkanku mundur.
Akupun berusaha untuk tetap profesional dalam menjalankan peran. Meski dalam perjalanannya, aku memang tidak bisa fokus karena selalu membawa anak-anak dalam memenuhi undangan dari puskesmas. Berbeda dengan banyak komunitas yang aku ikuti, semuanya selalu mendukung dan ramah pada anak-anak yang dibawa. Tentu saja ini membuat hatiku galau. Sejak menikah, aku sudah berniat untuk melibatkan dalam semua agendaku. Jadi, kalau tidak ramah dengan anak, tentu aku makin tak tenang.
Dan aku semakin menyikapi dengan santai tanpa beban, karena ternyata aku tidak pernah dilibatkan pada keputusan apapun yang berhubungan dengan “kewajibanku” sebagai kepala pemberdayaan perempuan. Meski sedikit kecewa, aku juga bersyukur. Karena artinya jawaban itu hanya formalitas belaka.
“Padahal Riska kalau diberi kepercayaan sepenuhnya, pasti total,” kata ibu ke tanteku.
“Yang sodorin nama Riska memang aku, karena dulu riska memang mau terlibat kan. Cuma kaget juga kalau ternyata Riska sering tidak tahu ada keputusan apa-apa,” kata tanteku. Percakapan tak sengaja mereka membuatku tertawa. “Dulu memang mi, semangat mau edukasi. Tapi memang gak mudah. Orang pas posyandu, habis timbang langsung pulang. Gak bisa disalahin, ibu-ibu lain pasti punya kesibukan. Datang ke posyandu, kalau gak seru, ya gitu aja,” jawabku.
Karena sebenarnya seperti ibu-ibu lain, aku juga tidak mau lama-lama berkumpul. Ha-ha.
Review Emina Creamy Tint – Brick Town 01
Saat ini, aku yakin lipstik adalah salah satu item yang tidakmau dilewatkan para perempuan. Apalagi, pemulas bibir ini tidak hanya satu jenis saja. Ada yang matte, glossy, ataupun tint.
Aku baru mengenal pemulas bibir saat mulai bekerja. Dulu, aku tidak tahu kalau lipstik bisa saja tidak cocok dengan bibir kita. Aku pikir, semua sama saja. Kecuali warnanya. Dan tentu saja, aku yang abai, membiarkan bibirku pecah-pecah hingga parah. Yang kuyakini saat itu karena aku kekurangan asupan air putih.
Lanjutkan membaca “Review Emina Creamy Tint – Brick Town 01”