Mengatasi Kantong Kering

Sebagai orang yang puluhan tahun tinggal di daerah yang dekat garis khatulistiwa, aku cukup bahagia waktu diajak jalan-jalan ke daerah yang dingin-dingin sejuk. Bagaimana tidak, aku mudah sekali berkeringat. Kadang iri rasanya melihat orang-orang yang tidak mudah berkeringat meski aktivitasnya ringan. Meski di kotaku musim hujan dan musim kering alias kemarau tidak pernah bisa diprediksi, aku pernah tinggal di perumahan yang dikelilingin pepohonan lebat. Ini mengurangi rasa kegerahan dan keringat. Terutama saat pagi hari. Di pukul 06.30, aku masih bisa menikmati embun dan kabut saking dinginnya. Kalau malam, suara jangkrik yang bersahut-sahutan sudah jadi alunan tidur yang menenangkan. Sayangnya, itu hanya berlaku di beberapa wilayah, yang dikelilingi pepohonan lebat. Kotaku saat ini lebih banyak perumahan yang gersang.

Aku tidak terlalu suka musim kering. Tapi seperti yang disebutkan di postingan Kelas Literasi Ibu Profesional, yang horor saat kantong kering. Ha-ha.

Pengelola keuangan keluarga, pasti merasakan dag dug dug menjelang akhir bulan. Apalagi yang masih tahap belajar mengelola keuangan seperti aku. Kadang suka bocor, kadang alhamdulillah ada banyak cadangannya.

Bagaimana caranya? Ini yang kulakukan satu tahun terakhir ini. Yang pertama tentu saja niat ya. Kalau tidak niat, pastinya akan kesulitan. Kemudian, jangan malas untuk mencatat. Semua pengeluaran dalam sehari pasti aku catat. Dulu aku tidak pernah merincinya. Misal aku berbelanja ke supermarket, maka akan kutulis langsung total belanjanya. Kalau sekarang, aku akan menginput satu-persatu belanjaanku.

“Kerajinan,” kata Mbakku. Tapi dari situ, aku bisa tahu hal-hal apa saja yang kubeli. Dan terkadang jadi tolok ukur antara toko yang satu dengan yang lain.

Selanjutnya, aku lebih memilih menyimpan uang di dompet dengan nominal terbatas. Selain karena sekarang kita dimudahkan dengan pembayaran digital, dengan dana yang terbatas aku juga lebih bisa mengontrol saat berbelanja ke pasar.

Nah, di saat waktu gajian suami, aku juga mengalokasikan dana cadangan di dompet terpisah. Tujuannya untuk digunakan untuk dana cadangan. Biasanya kalau ada uang sisa di akhir pekan, aku akan memasukannya ke dompet cadangan ini. Karena tujuannya cadangan, maka jangan heran kalau uangnya akan naik turun jumlahnya. Tapi ini membantuku mengurangi tarik tunai dan berbelanja dengan pembayaran metode transfer.

Aku juga memisahkan antara uang untuk keperluan selama sebulan dengan tabungan yang tidak boleh diganggu gugat. Ini sih tips dari banyak orang yang sudah ahli. Meski peruntukannya berbeda-beda, uang tabungan tersebut kujadikan satu di satu rekening. Kenapa? Karena masing-masing isi tabungannya masih sedikit. Supaya tak banyak rekening yang diurus, aku menjadikannya satu. Hanya saja, aku selalu mencatatnya dengan rapi. Jadi meski dalam satu rekening, aku tahu berapa masing-masing nominal tabunganku.

Yang terakhir, tidak meremehkan uang dengan nominal kecil. Berapapun nilainya akan sangat berarti. Tidak heran kalau aku terkadang berbelanja dengan uang pecahan kecil. Beberapa toko malah suka, karena mereka punya uang angsul alias uang kembalian dengan beragam pecahan.

Kalau kamu, bagaimana tipsnya mengatasi kantong kering?  

2 tanggapan untuk “Mengatasi Kantong Kering”

Tinggalkan Balasan ke fernati Batalkan balasan