Tak Apa Bekal Sederhana, Tapi Penuh Cinta

Di pertengahan tahun 2022 ini, sekolah-sekolah di Balikpapan sudah kembali beraktivitas. Meski sebagian masih belum menetapkan jam normal seperti dahulu. Karena jam sekolah yang belum normal, maka sekolah-sekolah yang biasanya menyediakan catering, meniadakan dulu. Masing-masing orangtuapun membawakan anak-anaknya bekal. Di sosial mediaku, sering sekali berseliweran menu-menu bekal anak sekolah. Tentu ini menginspirasi sekali. Tapi ada yang nyinyir juga lho. Ah itu mah selalu ada ya. Kalau dilihat dari sisi positifnya, kita malah tidak pusing menu setiap harinya. Karena bisa “ATM” dari postingan-postingan yang ada. Apalagi seperti aku, yang sering tidak mau ambil pusing.

Tahun ini Cinta juga mulai bersekolah di TK. Sekolahnya yang biasanya menyediakan catering, kali sejak awal pandemi meniadakannya. Apalagi jam sekolah juga masih belum normal. Aku pun makin bersemangat, tapi juga pusing. Ha-ha. Pusing karena Cinta termasuk anak yang pemilih. Apalagi soal sayuran. Padahal dulu, Cinta menyukai sayur-sayuran. Tapi setelah kegiatan masak di rumah digantikan nenek, Cinta malah tidak mau makan sayur sama sekali. Kok tidak balik masak? Sesekali memasak, tapi lebih banyak ditolak Cinta. Mungkin aku harusnya lebih konsisten ya. *Toyor kepala sendiri*

Maka, menu bekal Cintapun masih berputar-putar di sekitar nasi, telur, ayam, sosis, kebab isi daging, croffle, roti isi. Buah dan susu juga masuk dalam kotak bekalnya, tapi mengikuti ketersediaan. Karena aku sedang belajar membuat bekal yang lucu-lucu, akupun membeli beberapa aksesoris pendukung. Seperti toolpick, cetakan roti dan nasi, serta kertas nasi.

Perlu gak sih aksesorisnya? Menurutku ini kembali menjadi pilihan masing-masing. Tidak wajib, tapi kalau ada budget dan bisa menambah semangat anak dalam menikmati makannya kenapa tidak. Yang penting kita tidak memaksakannya. Karena menyiapkan bekal untuk anak dengan penuh cinta adalah yang utama.

Terkadang bekal buatanku penampakannya jauh lebih menakutkan. Tapi Cinta selalu berhasil mengahabiskannya. Buatku itu sudah luar biasa. Mungkin karena di sekolah, Cinta selalu makan bersama teman-temannya. Dan terkadang ia suka tukar menukar bekal. Pernah aku bertanya, kenapa temannya suka mencicipi bekal yang ia punya.

“Soalnya kata mereka bekal Cinta lucu. Jadi pengin coba. Ya Cinta kasih aja. Cinta juga dikasih bekalnya dia. Jadi kita tukaran,”jelasnya. Sejak saat itu, aku sering membawakan bekal agak lebih banyak dari posrsinya Cinta.

Kalau dipikir-pikir, sejak dulu aku juga sudah akrab dengan bekal saat sekolah. Hanya saja, dulu ibu lebih memilih membawakanku bekal yang sudah jadi. Seperti membeli nasi kuning atau pecel di dekat rumah. Atau yang paling sering nih, makanan kesukaan semua warga Indonesia. Indomie goreng. Ha-ha.

“Bu, kenapa ya dulu kalau riska bawa bekal gak pernah dibawain makanan yang ibu buat dari rumah. Kenapa harus beli. Gak kayak umi, selalu masak bekal untuk anak-anaknya,” tanyaku pada ibu.

“Gak tau juga. Dulu gak terlalu kepikiran bawa bekal karena di sekolah selalu ada kantin. Terus kamu kan sukanya makanan yang berkuah. Dulu kotak bekal gak kayak sekarang yang ada anti tumpah,” tambah ibu.

Lucu memang. Harusnya bekal makan bia menekan biaya makan, eh aku malah menambahnya karena selalu beli jadi. Tapi kalau tidak begitu, aku pun tidak punya pengalaman membuat bekal untuk anak-anak nantinya.

Saat ini aku meniru semangat ibu-ibu, mbakku dan tanteku dalam menyiapkan bekal untuk anak-anaknya di sekolah. Tidak perlu mewah atapun ribet, tapi dibuat dengan penuh Cinta. Ditambah dengan segenap doa dan harapan. Agar anak-anak bisa menjadikan bekal makan ini sebuah kenangan manis yang akan diingatnya sampai dewasa.

Buktinya, aku yang bekalnya instan saja masih bisa menikmati kenangan indahnya. Apalagi anak-anak yang disediakan bekal dengan penuh cinta kan?

Tinggalkan komentar