Ada banyak sekali yang sering diungkapkan ketika mendengar posisi janin di dalam rahim sungsang. Hal ini membuat banyak ibu hamil jadi makin ketakutan dengan persalinannya nanti. Apa sih sungsang itu? Janin dinyatakan sungsang apabila posisinya di dalam rahim dengan posisi kepala di atas atau melintang. Karena biasanya pada persalinan normal, kepala bayilah yang keluar duluan. Sedangkan jika posisinya sungsang maka pantat atau kaki si Kecil yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala. Hal ini dapat di diagnosis oleh bidan atau dokter kandungan melalui bantuan USG.
Ketakutan-ketakutan yang sering muncul karena posisi sungsang ini, di antaranya proses persalinan yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan yang posisi janinnya normal. Tak hanya itu, beberapa tenaga kesehatan bahkan sering memvonis ibu harus melakukan tindakan SC hanya karena posisi bayinya sungsang.
Padahal menurut keterangan dr. Tedy Teguh Satriadi, Sp.OG-KFM, saat kunjungan terakhirku beberapa pekan lalu, di usia kehamilan yang masih muda, janin kerap berputar. Masih banyak waktu untuk si ibu dalam mengusahakan mengajak posisi bayi menjadi normal. “Yang penting, posisi plasenta tidak menutupi jalan lahir. Jadi masih banyak yang bisa kita lakukan,” kata dr Tedy.
Beberapa minggu berikutnya, aku berkonsultasi ke bidan Neny Rahmawati di Griya Bunda Sehat. Sependapat dengan dr Teddy, sebelum mengambil keputusan saat tahu bayi sungsang, si ibu bisa melakukan beberapa hal.
“Eh, bukannya dulu-dulu bayimu selalu posisi melintang ya,” kata Bidan Neny mengingat-ingat. Akupun terdiam sejenak. Jika diingat-ingat, memang sih Cinta dan Rangga juga sempat berada di posisi melintang. “Ya udah, minggu depan kontrol lagi ya. Kita lihat apa sudah berubah posisinya,” pesan Bidan Neny.
Apa sih yang menyebabkan sungsang itu? Menurut keterangan Bidan Neny, sampai saat ini belum ada penyebab pasti yang menyatakan kenapa janin sungsang. “Yang ada hanya kemungkinan-kemungkinan yang menyertainya, letak bayi tidak optimal,” tambahnya. Di antaranya sering melahirkan dengan ukuran bayi yang besar. Karena mempunyai peluang bayi berikutnya posisi tidak optimal. Karena ukuran perut yang lebih besar, sehingga bayi berikutnya masih bebas bergerak.
“Kemungkinan lainnya adalah bayi kembar. Karena mereka menyesuaikan posisi yang nyaman. Jadi satunya normal dan yang satunya tidak optimal. Selain itu, poli hydramion atau cairan ketuban yang berlebih juga jadi salah satu penyebab,” jelas ibu dua anak.
Ada juga kelainan bentuk rahim, sehingga bayi menyesuaikan. Selanjutnya adalah saat ibunya stress. “Saat ibu stress janin merasa tidak nyaman. Nah, untuk memberikan kenyamanan janin memilih untuk mendekat ke arah detak jantung ibunya. Biar dia merasa lebih tenang. Dan yang terakhir adalah letak plasenta,” kata Bidan Neny.
Untuk mengatasi permasalahanku saat itu, Bidan Neny menganjurkan untuk lebih rajin yoga untuk balancing untuk menyeimbangkan tubuh. Selain untuk keseimbangan, yoga juga baik untuk kelenturan. Bidan Nenypun berpesan agar aku lebih sering melakukan knee chest, yaitu posisi bokong yang lebih tinggi dari dada, memperbanyak nungging dan forward leaning inversion.

Forward leaning inversion tidak perlu terlalu lama, hanya tiga kali siklus nafas. Jika belum pernah melakukan posisi ini, sebaiknya ada yang mendampingi ya. Karena ibu hamil melakukannya mengunakan sesuatu yang lebih tinggi seperti kursi.
Aku sendiri memilih kursi yang lebih panjang, agar keseimbangan lebih mudah dijaga. Hanya saja, aku memilih melakukannya sendiri, saat anak-anak berada di kamar. Kenapa? Biar gak ikut-ikutan.
Alhamdulillah, saat kontrol berikutnya ke Bidan Neny posisi bayi sudah sesuai, namun belum masuk ke dalam panggul. Oh iya, selama seminggu ini aku melakukan semua saran-saran dari bidan Neny. Dan tidak lupa, aku kembali menonton video di youtube Griya Bunda Sehat untuk memantapkan saran-saran yang akan dilakukan.
