Takut

Pernah merasa takut? Aku rasa semua orang pasti pernah merasakannya. Lalu bagaimana cara menghadapi ketakutan itu. Proses menghadapi rasa takut setiap orang, tentu saja berbeda-beda. 

Delapan tahun lalu, aku pernah merasa takut akan sesuatu yang belum pasti terjadi. Memiliki anak. Saat itu, aku yang sudah sering bertemu dengan para ibu, memutuskan untuk banyak membaca buku pengasuhan. Aku hanya ingin bersiap sebelum nanti menikah, hamil dan punya anak. Tahu apa yang terjadi setelah aku selesai membaca satu buku? Aku menangis sejadi-jadinya.

Aku takut tidak berhasil menjadi orang tua yang baik untuk anak-anakku. Aku takut mewariskan luka pada anak-anak dari pengasuhan orang tuaku. Takut sekali. Padahal itu belum tentu terjadi. Aku belum tentu menikah dalam waktu dekat. Aku pun belum tentu memiliki anak begitu setelah menikah. Bagaimana jika yang terjadi sebaliknya. Kenapa aku tidak merasa takut saat yang sebaliknya terjadi. 

“Semua yang ditakutkan belum tentu terjadi. Kalaupun nanti itu terjadi, ya kita hadapi bersama-sama,” kata calon suami saat itu. 

Aku terlalu berharap bisa menjalani semua seperti yang aku inginkan. Sempurna versiku. Padahal untuk mengubah itu semua aku perlu berproses. Begitu pula dengan orang-orang yang akan jadi support systemku. Jangan-jangan orang-orang sekitarku yang akan menjadi takut pada harapanku.

Aku terlalu berharap keluarga yang kubangun nanti sempurna untukku dan di mata orang. Padahal belum tentu orang lain akan peduli. Dan belum tentu semua akan mudah kucapai. Kita memang perlu merencanakan sesuatu. Berharap dan bermimpi semua itu bisa menjadi nyata. Tapi kita tidak boleh lupa, kalau hasil akhir tidak boleh membuat kita takut. Apapun itu. 

Sedikit mirip dengan orang yang takut disuntik. Buatnya disuntik sangat menyeramkan. Tapi buatku, disuntik itu sangat geli. Jarum yang menusuk menembus kulit malah memberikan sensasi yang bisa membuatku tertawa. Aneh kan. Kok bisa? Entahlah dulu sebelum menyadari itu, aku juga agak takut saat dilakukan donor darah. Tapi setelah dijalani, ternyata donor darah tidak menyeramkan buatku. Pernah suatu kali aku donor darah, selama proses jarum yang menembuh kulit sampai selesai, aku malah tertawa kegelian. 

Jadi kalau masih merasa takut, hadapi saja dulu. 

Tinggalkan komentar