“Kamu nanti gimana? Bisa aja kah punya teman di sekolah?” tanya ibuku padaku. Bukan pada Cinta, cucunya yang baru saja menduduki bangku SD. Ibu ternyata jauh lebih mengkhawatirkan aku ketimbang cucunya.
“Memangnya kenapa?” aku balik bertanya. Jujur saja aku sedikit kebingungan dengan pertanyaan ibuku.
“Sejak dulu kan kamu gak punya banyak teman. Gimana nanti dengan mama-mama sekelas. Bisa aja kah bergaul. Setahun Cinta TK aja, ibu gak ada lihat kamu berteman akrab dengan mama-mamanya,” terang ibuku.
Aku tertawa kecil. “Tenang, kali ini gak kok. Riska sudah punya teman akrab,” jawabku penuh percaya diri.
“Oh ya? Siapa?” tanya ibuku. Mbakku yang sejak tadi hanya diam mendengarkan percakapan kami, ikut penasaran.
“Namanya mbak Ika. Mamanya Atikah dan Aisyah,” jawabku sambil nyengir.
Kompak keduanya berteriak “dasaaarrrrrrrr!!!!!”
Terbukti. Di hari pertama sekolah Cinta, mbakku adalah salah satu orang tua murid yang ku sapa duluan. Sejak aku datang sampai pulang hanya mbakku dan satu orang temanku, Vio, yang anaknya berada di kelas sebelah. Jauh berbeda dengan ibu dan mbakku. Ibuku bahkan sudah akrab dengan para orangtua dari kelas sebelah. Lucu tapi nyata. Ha-ha.
Sejalan dengan ibuku, mbakku juga sudah menyapa banyak orangtua murid di sekolah. Ketika ia pamit pulang duluan, dalam hati aku tidak percaya. Eh ternyata benar, mbakku pulang 30 menit kemudian. Setelah perutnya tidak bisa diajak kompromi lagi.
Setelah satu minggu, temanku masih belum bertambah. Ada sih satu orang dari kelas tapi tidak bisa kuanggap baru. Karena Mama teman sekelas Cinta ini adalah teman satu genk saat SMA dulu. Bolak balik ke sekolah, ya ngobrolnya sama dia, meski tidak lama.
Ketakutan ibuku tidak kuanggap berat. Karena ini masih awal-awal sekolah. Ada banyak kegiatan yang akan mempertemukan aku dengan para orangtua murid lainnya.
Bagaimana denganmu?
Ibunya perhatian itu mbak..klo saya tipe nganter jemput lsg pulang..klo ga ada yg nanya ya ga ngobrol2…🤭
SukaSuka
Samaaaa 😂😂
SukaSuka