Hai, aku riska. Sebagian teman memanggilku dengan panggilan Betet, Mak Riska atau Mak Cin. Jelas, berbeda lingkaran pertemanan, maka nama panggilanku pun berbeda. Perbedaan ini membuatku lebih mudah mengingat, bertemu dengan mereka di waktu kapan.
Hanya saja, sejak dulu aku selalu mengenalkan diri dengan namaku sendiri. Pernah, saat baru punya satu anak dan lingkaran pertemananku banyak terhubung dengan ibu-ibu baru, aku membiasakan diri menyebut sebagai Mak Cin. Tapi ternyata, aku sendiri tidak merasa nyaman ketika memperkenalkan diri dengan embel-embel nama anak. Rasanya itu bukan aku. Apalagi bertahun-tahun sebelumnya, inisial nama penaku pun tidak jomplang dari nama asliku. Maka aku makin merasa aneh.
Jika teman-temanku, terutama yang belum lama berteman, memanggilku dengan nama anak, aku tidak keberatan. Tapi, aku selalu berusaha mengenalkan namaku sendiri kemudian diikuti nama anakku. Misalnya seperti saat aku menghubungi salah satu wali murid lewat chat.
“Halo mbak/bunda, salam kenal saya Riska mamanya Cinta. Maaf mengganggu, dan bla, bla, bla”
Tidak hanya itu, saat memesan makanan atau minuman, aku selalu menyebutkan namaku sendiri. Bukan apa, beberapa kali aku sering abai saat memesan dengan nama anak.
Lucunya setiap hari, aku sering berkata pada diriku sendiri. “Halo, aku Riska. Hobiku, bla-bla-bla”. Aku seakan-akan bertemu dengan orang baru dan memperkenalkan diriku sendiri. Realitanya saat bertemu dengan orang baru, aku tidak sepercaya diri itu, ha-ha.
Suatu hari, seorang teman pernah curhat kalau ia seperti kehilangan jati diri saat kebanyakan orang memanggilnya dengan nama anaknya.
“Aku seperti lupa dengan diriku sendiri. Ternyata setelah banyak orang kuminta memanggilku dengan namaku sendiri rasanya berbeda. Aku gak marah sih kalau yang baru kenal atau kenal aku karena lingkaran anak. Tapi kalau di luar itu, beda ya ternyata rasanya,” katanya.
Aku pikir, dulu aku aja yang agak lain karena merasa aneh. Tapi ternyata aku tidak sendiri kawan-kawan. Dan dari secuil pengalamanku ini, aku bisa berkata jangan ragu ibu-ibu, berapapun jumlah anakmu, apapun bidang pekerjaanmu -domestik atau publik-, kamu adalah seorang ibu hebat yang sedang belajar dan berjuang bersama anak-anakmu. Kamu adalah dirimu dengan versi terbaik.
Jangan pernah merasa sendiri.