Duta Pemuda, Kembangkan Bakat dan Potensi Diri

Duta Wisata, Duta Pemuda, Duta Anti Narkoba, hmmm Duta apalagi nih? Pastinya banyak ya! Kegiatan seperti duta-duta ini, tentu memberikan kegiatan positif buat anak-anak muda. Biasanya mereka-mereka yang aktif dalam kegiatan sejenisnya, memiliki visi dan misi ke depan. Bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga lingkungan sekitarnya. 

Salah satu sepupuku, punya keinginan kuat mengikuti ajang tersebut. Ia pun rajin mencari informasi. Saat lulus SMA, barulah dia benar-benar fokus untuk mencoba mendaftar. Salah satu kesempatan yang belum lama ia ikuti adalah Duta Pemuda. 

Pemilihan Duta Pemuda ini memberikan kesempatan kepada pemuda menunjukkan bakat, keterampilan, dan potensi mereka dalam berbagai bidang, seperti seni, olahraga, ilmu pengetahuan, dan kepemimpinan. 

Sepupuku Kala, alhamdulillah berhasil masuk 20 besar. Bersama pemuda-pemuda lain dari berbagai wilayah Balikpapan, mereka semua di karantina. Dalam proses karantina, mereka semua diberi bekal yang nantinya sangat bermanfaat dalam kegiatan-kegiatan yang akan mereka ikuti. 

Sebelumnya setelah melalui pendaftaran, para calon Duta Pemuda ini melewati serangkaian tes. Seperti tes tertulis, tes fisik, psikotes, unjuk bakat dan terakhir grand final. Jadi penilaian para pemuda ini, bukan hanya saat grand final. Tapi sejak awal mereka diseleksi.

Saat mengetahui Kala berhasil lolos ke babak 20 besar, tentu saja kami keluarganya ikutan heboh. Kami sudah berencana untuk menonton malam grand final. Lokasi acara yang agak jauh dengan kemungkinan macet, membuat kami – aku sih tepatnya- menyusun waktu sebaik mungkin. Jangan terlambat! Menurut agenda, acara di mulai pukul 19.00 malam. Okelah. Kalau pun terlambat, estimasiku maksimal 19.30 aku sudah tiba di tempat acara. Dan ternyata benar, 19.20 aku dan rombongan baru sampai di lokasi parkir. Itupun karena terjebak jalanan yang padat merayap. 

Sayangnya, acara baru di mulai pukul 20.30. Molor 1,5 jam dari agenda yang direncanakan. Aku yang dulu pernah berkutat di acara event kecil-kecilan, tentu masih merasa tidak nyaman dengan keterlambatan. Dah lah ya, aku tuh kalau bikin jadwal terus terlambat itu suka gelisah sendiri.

Eh, kembali ke cerita Kala. Di malam final, Kala berhasil masuk 10 besar dan alhamdulillah terpilih menjadi Duta Pemuda kelima. Ia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Yang nantinya akan membuka peluang-peluang belajar lainnya. 

“Dulu gak ada acara kayak gini de?” tanya ibuku. 

“Ada mungkin. Harusnya sih sudah ada sejak dulu. Riska aja yang gak pernah cari-cari tahu,” jawabku. 

“Kenapa kamu gak ikutan?” tanya ibuku lagi. 

“Ya gak mungkinlah Riska mau mah. Kalau Duta Buku atau Duta Membaca mungkin kali ya. Tapi gak lah. Ada di depan panggung itu bukan dunia Riska,” kataku seraya tertawa. “Dulu Riska itu malah pengin jadi pustakawati. Biar hidupnya di kelilingin buku terus. Pas di samping kampus bangun perpustakaan, Riska malah bertanya-tanya apakah sebaiknya melamar kerja di gedung sebelah aja. Biar bisa ketemu buku terus,” tambahku. 

Yang pasti, menjadi seorang Duta harus siap dengan segudang kegiatan yang misi yang bisa membawa perubahan. Apapun itu, para pemuda adalah ujung tombak masa depan. Kalau kata Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” 

Tinggalkan komentar