Mah, Bosan!

“Ma, Rangga bosan” kata Rangga. Kalimat seperti itu sering kali diucapkan saat ia ingin menonton tabletnya, tapi waktunya sudah habis. Rasanya sih aku ingin menambahkan jam bermain tablet saja. Ha-ha. 

Saat ini, kita memang tidak bisa mentah-mentah menjauhi kecanggihan teknologi. Anak-anak besar di zaman serba digital. Jauh sekali perbedaannya dengan aku yang lahir di era 90an. 

Kalau dulu, televisi adalah barang yang mewah. Punya televisi pun, bisa ditonton saat akhir pekan saja. Bukan karena tidak diizinkan sih, tapi  karena kartun anak-anak adanya cuma di akhir pekan. Malahan saat ini, anak-anak boleh dibilang jarang sekali menonton televisi di rumah. 

Youtube kids adalah pilihan utama. Jadi saat ada kesempatan untuk menggunakan tablet, youtube kids yang pertama dipilih.  

Agar tetap terkontrol maka aku harus menguatkan tekad dalam memberikan waktu menggunakan tablet. Bisa? Bisa. Tapi memang butuh perjuangan. Ha-ha. 

Jika mama-mama lain bisa membagi jatah screen time anaknya, itu sungguh luar biasa. Dengan screen time aku punya waktu sedikit untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa diganggu. Meski sebenarnya hati kecil selalu teriak-teriak “woi, jangan kasih napa!” 

Fuih.. 

Kembali lagi dengan rasa bosan yang sering Rangga ucapkan. Saat dia merasa bosan, aku sering berkata. “Kalau Rangga bosan, bisa main mobil-mobilan, baca buku atau mainan dengan kakak dan baby lho.” Apakah dia menerima? Awalnya tentu saja tidak. Dia tantrum! 

Tentu saja itu cara dia untuk bernegosiasi. Kalau aku tidak kuat, maka besok-besok dia akan kembali melakukan hal yang sama. Kembali tantrum agar keinginannya dipenuhi. Butuh waktu tiga hari untuk menyadarkan Rangga, bahwa waktu bermain tablet selesai dan tidak ada perpanjangan waktu. 

Yang membuat semakin kerja keras adalah orang-orang dewasa di rumah alias nenek dan papanya tidak tegaan. 

“Gak dikasih aja kah?”

”Biarin deh kasih sebentar” 

“Dari pada nangis terus!” 

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat kasian lain yang dilontarkan. 

Alhamdulillah aku masih cukup kuat dengan niat awal. Makanya Cinta dan Rangga sering kali bertanya “Mah, kok kalau mama bilang gak, ya gak. Tapi kalau papa sering dibolehin.” 

Kenapa? Ya karena memang biasanya mamak-mamak itu bisa super tega sama anaknya. Tega yang positif lho ya. Tapi lagi nih, semua itu bisa jadi berubah saat aku nanti berubah status menjadi seorang nenek. Ha-ha. 

Kok bisa? Ibuku buktinya. Dulu saat aku kecil, ibuku bisa dengan tegas menolak permintaanku. Ya meski aku tidak sampai menangis meraung-raung. Pokoknya aku tuh manut aja kata ibuku. gak pernah komplain atau bertanya-tanya. 

Nah, sekarang perlakuan ibuku sungguh berbeda. Buat cucu-cucunya, pokoknya nomer satu deh! Sampai-sampai aku pernah mengadu ke mbakku. “Ya gitu, nenek mah lebih sayang cucu daripada anak sendiri. Sama aja nasibku waktu anak-anak masih kecil!” 

So, buat semua ibu-ibu, yuk kita saling bergandengan tangan, berpelukan dan menguatkan. Kamu gak sendiri, jadi jangan adu nasib ya! *Eh apa sih!

Tinggalkan komentar