Tumpuk Dulu atau Langsung Eksekusi ?

Tidak semua perempuan menyukai pekerjaan di dapur. Bener gak? Salah? Tentu saja tidak. Pada kenyataannya lebih banyak laki-laki yang menjadi koki dari pada perempuan. Artinya memasak tidak identik dengan perempuan. 

Seharusnya kita sudah paham kalau memasak adalah life skill yang harus dimiliki setiap orang. Mungkin untuk orang tua dulu, memasak atau di dapur harus dilakukan seorang perempuan. Pokoknya semua urusan rumah harus perempuan. 

Ibuku salah satu role modelku urusan dapur. Tentu saja tidak semua yang dilakukan kujiplak habis-habisan. Yang lucu adalah soal urusan membuat kue, kami selalu abai dengan angka takaran. Misalnya saat membuat bolu. Jika di resep atau gurunya memberikan ketentuan takaran, nah aku sering sekali melebihkan meski sedikit. Apalagi kalau bahannya sisa sedikit. Udah bisa dipastikan akan kulakukan. Sayang sisa tepungnya. 

Makanya memasak atau membuat kue di dapur, buatku hanya untuk bersenang-senang. Sampai saat ini, aku belum tergerak untuk mencoba serius memasak untuk dibagikan ke keluarga, tetangga, apalagi dijual. Pokoknya bikin untuk dinikmati sendiri dulu saja.

Ibuku sering kali mengeluhkan dapur yang berantakan saat suamiku yang berada di dapur. Atau bahkan saat ibuku sendiri yang berada di dapur, ibu selalu terlihat lelah. Bukan lelah karena usianya yang sudah menua. Tapi energinya dan moodnya seperti habis terkuras. Tahu kenapa? Karena setelah memasak ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan. Yaitu mencuci peralatan memasak. Ibuku sebenarnya suka-suka saja mencuci piring. Bagian yang paling malas dilakukan adalah meletakan cucian piring sebelumnya ke rak piring. Ha-ha.

Bisa jadi perasaan itu tidak hanya dirasakan ibuku, tapi juga banyak orang lain di dapur. Dan mungkin itu juga yang membuat rumah makan atau restoran memiliki petugas cuci piring sendiri. Biar kokinya gak misuh-misuh. He-he. 

Dari pengamatan bertahun-tahun ini, aku mengambil kesimpulan kalau ingin memasak di dapur dengan menyenangkan, maka setelah memasak pekerjaan di dapur juga harus selesai. Lah, gimana caranya? 

Peralatan memasak yang dipakai, harus segera dicuci. Tidak usah tunggu menumpuk. Habis pakai pisau, langsung cuci. Habis pakai telenan langsung cuci. Begitu juga dengan baskom untuk bahan makanan. Begitu makanan sudah pindah ke panci atau wajan penggorengan, langsung cuci baskomnya. Dengan begitu tidak akan ada cucian yang menumpuk. Jadi saat memasak selesai dilakukan, pekerjaan mencuci bisa dipastikan tidak ada lagi. 

Aku pernah membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa mencuci piring dipercaya bisa mengurangi stress. Masa? Yups, dalam artikel studi penelitian menyebutkan kalau mencuci piring dengan penuh kesadaran akan meningkatkan perasaan positif. Bahkan katanya pekerjaan ini bisa menurunkan kegugupan. Kok Bisa? Iya, karena kita memperhatikan detail penggunaan sabun, aroma sabun dan suhu air. Otak kita jadi lebih tenang karena fokus itu. 

Tinggalkan komentar