Pasar Beringharjo, Pusat Batik Cocok untuk Oleh-Oleh

Kota Jogja, tampaknya selalu berkesan di hati banyak orang. Wisatawan asing ataupun lokal. Ramai tapi tidak sumpek. Ramai tapi semua terasa tidak terburu-buru. 

Ada banyak tempat wisata yang bisa dijadikan pilihan saat liburan ke kota Jogja. Wisata sejarah dan edukasi terbentang di seluruh sudut Jogja. Kayaknya semua tempat punya cerita yang indah. 

Nah, kawasan Malioboro biasanya jadi salah satu pilihan wisata. Meski tidak berbelanja, di Malioboro kita bisa menikmati sekeliling. Ada banyak kesibukan yang dilakukan orang-orang di sana. 

Buat ibuku yang hobi sekali memakai daster, berbelanja di Pasar Beringharjo adalah kewajiban. Makanya aku dan suami sengaja mengalokasikan satu hari untuk ibu dan mama berbelanja di sini. Ngeri ya satu hari. Pada kenyataannya kami datang dua jam sebelum sore hari. Aku pikir semua yang diinginkan sudah terbeli. Ternyata, keesokan harinya ibu dan mama meminta kembali ke Beringharjo.  

Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar di kota Jogja. Pasar ini kabarnya pasar tertua di sana. Dari laman wikipedia tertulis kalau Pasar Beringharjo pada awalnya adalah hutan beringin. Setelah berdirinya Kraton Yogyakarta, wilayah hutan ini dijadikan tempat transaksi ekonomi. 

Pintu masuk utama pasar ini terletak tepat menghadap jalan Malioboro, bertulisan Pasar Beringharjo dengan aksara latin dan aksara Jawa. Nama Beringharjo dipilih karena memiliki arti wilayah yang semula hutan beringin (bering) yang diharapkan memberi kesejahteraan (harjo). Ada banyak jenis barang yang tersedia di Pasar Beringharjo, mulai dari batik, jajanan pasar, pakaian anak dan dewasa, serta masih banyak lagi. Batik yang tersediapun ada yang masih berbentuk kain. Tapi tentu saja yang dipilih ibuku yang sudah berbentuk baju alias daster.

Dekat pintu utama, para pedagang banyak menjual kain batik, baju-baju batik. Sedangkan di bagian agak belakang mulai banyak pedagang tas-tas handmade. Makin ke belakang bisa kita temukan pedagang yang menjual kebutuhan lain. Tapi jika ingin oleh-oleh yang khas sekali, kita bisa menemukan di bagian depan. Jadi tidak perlu berkeliling sampai dalam. Untuk harganya pun menurutku sama saja. Yang membedakan hanyalah motif batik yang disediakan. 

Dulu di tahun 2017, aku dan suami cukup niat mengelilingi Pasar Beringharjo. Kami mencari oleh-oleh sampai lantai 2 dan 3. Tapi kali ini, karena membawa anak-anak, kami hanya berkeliling di lantai 1. Itu saja sudah banyak tentengan yang dibawa ibu dan mama. 

Salah satu yang terasa sekali perbedaan di tahun 2017 dan 2024 adalah parkir kendaraan. Dulu tuh mudah sekali parkir. Tapi kali ini, kami harus berputar-putar dulu untuk bisa mendapatkan parkir. Dan meski parkirnya memiliki tarif dengan karcis parkir, tapi terasa tidak resmi. Entahlah, apa itu hanya perasaanku saja. 

Yang pasti Pasar Beringharjo cocok dijadikan tujuan wajib saat mencari oleh-oleh. 

**setelah kelar nulis baru sadar kalau gak ada foto-foto di pasar sama sekali T_T

Tinggalkan komentar