Aliran Rasa Zona 2 : Fokus Pada Lawan Bicara

Wah, sudah hari terakhir nih. Oke ntar ngetiknya pas bayi tidur saja, jadi aku bisa lebih santai menuliskan jurnal hari ini. Pikirku kemarin. Ternyata saat bayi tidur siang, aku malah asik menyetrika pakaian yang sudah menunggu sejak hari Minggu. Yah, mau gimana panggilan jiwa menyetrika pakaian lebih menggoda.

Malamnya aku baru sadar kalau belum menuliskan jurnal sama sekali. Mau mencuri waktu sejenak untuk mengerjakan jurnal tidak mudah. Anak-anak sudah terbiasa habis magrib ngobrol dan membaca buku bersama-sama. Jika aku harus online malam hari, anak-anak sudah diberi tahu sejak siang. Jadi mereka dan aku sudah menyiapkan diri. 

Gak apa-apa deh. Ntar mereka tidur, aku bangun untuk bikin jurnal. Batinku menyemangati diri. Agak sayang sebenarnya kalau sampai kelewatan. Karena aku bisa menulis jurnal 13 hari berturut-turut. 

Setelah membaca tiga buku bersama, kami melanjutkan dengan bermain tebak-tebakan. Masih belum puas. Kami bermain petak umpet di dalam selimut. Ah pasti ketahuan ya! Yang membuat berbeda adalah si pencari harus berhasil menebak anggota tubuh yang diminta orang yang sembunyi. Misal Cinta meminta dicari kaki, maka si pencari harus bisa menebak di mana posisi kaki Cinta dari atas selimut. Buat kita orang dewasa boleh jadi itu biasa saja. Tapi buat anak-anak pasti berbeda. Mereka sangat senang bermain petak umpet di dalam selimut ini. 

Ih, dasar aku yang gampang pelor. Orang yang pertama kali mengatakan mengantuk adalah aku. “Sudah gak tahan nih. Tidur yuk!” ajakku. Bayi juga sudah menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Kelewatan 30 menit dari jam biasanya Bunga tidur. Tampaknya ia juga keasikan bermain dengan kakak dan masnya. Seperti biasa, sambil menyusui Bunga aku ikut ketiduran.

Tapi baru sepuluh menit terlelap, aku tiba-tiba terbangun. “Ma, peluk!” kata Cinta. Maka berpindahlah aku ke posisi kakaknya. Aku melihat Rangga sudah tertidur lelap juga di sisi lain tempat tidur. 

Alhamdulillah, setelah menemani Cinta tidur, aku baru terbangun menjelang azan subuh. Saat terbangun, aku pun langsung otomatis berkata “ketiduran”. 

Sempat terbesit rasa menyesal, kenapa kok ditunda-tunda. Tapi setelah membaca chat mbak Renny, Kasata WAG 20, “Selamat yang sudah dapat YE, yang belum, dan yang sedang mengupayakan OP, semangat yaaa. Tapi yg terpenting bukan badge nya, 

Tetap konsisten mempraktekkan ilmu di zona 2  sampe auto pilot kita berubah menjadi lebih baik yaaa teman teman” 

Aku langsung tersadar. Oh iya ya, kan tujuanku mengikuti kelas bunda sayang kan untuk belajar. Mendapatkan badge adalah bonusnya. Jurnal yang aku kerjakan setiap hari untuk mengikat ilmu yang aku dapatkan dan sebagai refleksi harian untukku sendiri. Bonus tambahannya lagi aku bisa menyalurkan hobi menulisku kan. 

Jadi bukan untuk disesali. Maka aku kembali merefleksikan diriku. Empatbelas hari terakhir aku belajar untuk memberikan feedback pada orang-orang di sekitarku. Dan selama dua minggu ini juga, aku belajar untuk fokus pada lawan bicaraku. Tidak memandang apakah dia orang tua atau anak-anak. Semua mendapatkan fokus perhatian saat berbicara. Semoga belajar memberikan feedback ini bisa terus kulanjutkan.

Tinggalkan komentar