Menyusuilah dengan keras kepala!
adalah kalimat yang melekat kuat di hati dan ingatanku. Sejak pertama kali aku ikut dalam sebuah kegiatan di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia KalTim. Lah, apa susahnya menyusui sih? Pikirku yang saat itu tidak punya pengalaman apa-apa. Mbak Ika, bisa menyusui dengan mudah.Tanpa kendala berarti. Padahal puting datar sering dijadikan alasan kesulitan menyusui. Tante dan kakak pertamaku memang tidak berhasil menyusui. Kupikir karena keduanya bekerja di ranah publik. Makanya wajar kalau kesulitan menyusui langsung. Dulu aku tidak pernah tahu kalau ASI bisa diperah dan diberikan ke bayi dengan media lain selain dot. Yang aku tahu, menggunakan dot ya berarti menggunakan susu formula.
Ternyata di komunitas menyusui itu, ada banyak ibu yang berhasil menyusui anaknya meski ia bekerja di ranah publik. Media pemberian ASIP pun bukan dot. Tapi sendok dan gelas sloki. Kok bisa? Karena mereka keras kepala. Namun yang perlu digaris bawahi lagi, keras kepala tidak hanya keras kepala. Tapi ada ilmunya. Mereka sejak hamil semangat mencari informasi soal menyusui. Tekad kuat, ilmu yang didapat dan dukungan lingkungan adalah yang yang harus diusahakan. Kenapa? Karena masyarakat kita sudah terlalu lama terpapar informasi yang tidak tepat.
Maka untuk mendukung hal tersebut, aku yang saat itu statusnya masih jomblo sudah menetapkan standar bahwa calon suamiku nanti harus mau mendukungku untuk menyusui.
Alhamdulillah, Allah mudahkan. Perjalanan menyusuiku memang tidak lempeng-lempeng saja, sebenarnya ada kerikil-kerikil kecil yang kadang mengganggu. Tapi semua bisa dilalui dengan bahagia. Malahan bulan-bulan akan menyapih adalah waktunya aku mellow. Kadang terasa lelah, tapi juga tidak mau melepaskan.
Pengalaman menyusui itulah yang selalu kubagikan ke keluarga yang sedang hamil. Alasannya sederhana, biar dia punya kepercayaan diri untuk menyusui nanti. Ketika salah satu adik iparku menjadi ibu menyusui, ia pun berhasil menyusui anaknya hingga 2 tahun. Namun, tidak dengan keluarga yang lain. Bahkan ada yang belum 2 bulan mengaku tidak ada ASI lagi yang keluar. Berarti selama dua bulan sebelumnya aku dibohongi dong 🤣🤣🤣. Pendampingan yang kulakukan memang hanya lewat whatsapp. Karena kami terkendala jarak. Marah? Pengennya sih. Tapi aku menyadari kalau memang tidak mudah. Karena pasti ada banyak faktor yang menyertainya. Kalau dulu saat masih awal-awal bergabung di komunitas, pasti aku akan badmood seharian dan merasa gagal. Berbeda dengan sekarang, aku jauh lebih legowo. Karena semua terjadi atas izin Allah. Aku sebagai perantara saja. Kalau tidak berhasil, mungkin saja karena aku kurang maksimal dalam membantu, tapi menyusui susah akan berhasil kalau hanya satu orang saja yang berjuang.
Menyusui itu memang harus keras kepala. Namun jangan lupa meminta Allah untuk kemudahan dalam perjalanannya.