Selamat Pekan Menggendong Sedunia. Apa tuh? Setiap tanggal 2-8 Oktober diperingati sebagai International Babywearing Week. Gerakan ini pertama kali dicetuskan oleh Babywearing International 10 tahun lalu. Misinya adalah mempromosikan menggendong sebagai suatu aktivitas yang bermanfaat bagi orang tua dan anak.
Sering dengar kan istilah “bau tangan” kan? Nah, mitos ini sering kali membuat orang tua mengabaikan arti tangisan atau keinginan anaknya. Katanya kalau dibiasakan menggendong, nanti anak jadi bau tangan. Orang tuanya jadi tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal tidak juga. Anak-anak, terutama bayi, memang berkomunikasi dengan menangis. Kita orang tua, hanya butuh waktu untuk mengartikannya. Lagi pula, kalau bukan kita orang tuanya, siapa lagi yang jadi pelindung mereka?
Teknik menggendong ada banyak. Ditambah lagi, gendongan saat ini makin beragam. Kita masyarakat Indonesia, memang sudah biasa menggendong dengan jarik. Nah, kalau dulu jarik hanya diuwel-uwel dan posisi anak setengah duduk menghadap samping. Saat ini jarik bisa digunakan dengan banyak variasi.
Aku sejak remaja sudah terbiasa dengan sepupu-sepupu yang masih bayi. Maka aktivitas menggendong adalah hal yang lumrah. Hanya saja, dulu tidak ada edukasinya. Ya gendongan sama saja.
Sampai saat aku hamil Cinta di tahun 2016. Di saat itu juga, aku memiliki keponakan yang usianya baru beberapa bulan. Maka mencari barang-barang kebutuhan bayi semakin gencar kulakukan. Seorang teman mempreloved gendongan yang ia dapat dari hadiah. Waktu itu, aku tidak tahu kalau merk tersebut adalah merk dari luar. Yang kujadikan pilihan kala itu, karena gendongannya cantik. Warnanya pink. Temanku sudah menginformasikan, bahwa gendongan tersebut fake. Dasar aku! Gk sadar kalau seharusnya tidak membeli barang palsu! Gendongan yang palsu, jelas tidak memenuhi standar keamanan dari pihak brand. Jika mau komplain, gk mungkin ke brandnya! Kan palsu! Ini adalah salah satu tindakan yang sangat kusesali.
Setelah membeli gendongan tersebut, aku selalu mencoba menggendong keponakanku. Hingga sebelum Cinta lahir, aku memberikan gendongan tersebut ke mbakku. Kenapa? Karena usia Cinta yang masih sangat kecil, gendongan tersebut lebih pas jika dipakai oleh Bila yang sudah berusia beberapa bulan.
Di awal mengenal menggendong ini, di Indonesia juga sedang booming menggendong. Banyak teman-temanku yang mengikuti kursus menggendong. Biar apa? Biar bisa memberikan edukasi menggendong sesuai dengan ilmunya. Aku salah satu ibu baru yang terikut arus hebohnya menggendong ini.
Senangnya, banyak teman yang juga belajar menggendong membuatku bisa mencoba berbagai jenis gendongan. Bukan hanya jarik atau SSC saja. Tapi juga mehdai, ring sling, woven wrap dan masih banyak lagi. Serunya gendongan itu jalan-jalan ke seluruh Indonesia.
Ada kejadian lucu. Saat salah satu woven wrap melakukan tugasnya keliling Indonesia, beberapa ibu yang kebagian gendongan paling akhir agak apes. Kenapa? Gendongannya berbau tidak sedap. Salah satu syarat mengikuti traveling gendongan adalah tidak mencucinya. Hanya pemiliknya saja yang boleh mencucinya dengan sabun khusus.
Selain itu syarat lainnya adalah hanya menggunakan gendongan di dalam rumah dan bukan untuk beraktivitas. Jadi hanya sekadar mencoba. Tapi sayangnya tidak semua memahami peraturan tersebut. Ada beberapa yang ternyata membawanya jalan-jalan bahkan benar-benar digunakan full beraktivitas. Tentu saja ini membuat gendongan jadi kotor.
Bersama Cinta aktivitas menggendong bukan hanya menggendong. Tapi juga menikmati seluruh kegiatan dan banyak merek gendongan. Namun semua berubah saat Rangga lahir. Aku yang harus mengurus toodler dan bayi bersamaan ternyata lebih membutuhkan gendongan yang sat set. SSC yang bisa digunakan dari bayi adalah pilihan utama. Meski begitu, sesekali waktu aku tetap menggunakan woven wrap yang tersimpan di box.
Eh di anak ketiga, aku makin menjauh dari woven wrap. Tapi SSC khusus bayi adalah pilihan pertamaku. Yang kemudian dilanjutkan dengan SSC newborn to toodler.
Durasi menggendong ketiga anak ini ternyata makin lama malah makin sebentar. Saat Cinta, aku masih bebas menggendong saat hamil 6 bulan. Sedangkan Rangga, di usia 11 bulan, dia sudah banyak menolak digendong. Jika digendong, artinya dia sedang mengantuk dan mau tidur. Aku juga pernah menggendong Rangga di usia kehamilan 6 bulan. Saat itu kami sedang jalan-jalan ke Batu. Tapi seperti dugaan, saat minta gendong Rangga ingin tidur. Maka bisa dipastikan ia lebih banyak memilih untuk berjalan dan berlari mengejar kakaknya.
Tidak jauh berbeda dengan Rangga, Bunga yang lebih cepat bisa berjalanpun juga banyak menolak menggendong. Bahkan aku hanya bisa menggendong dengan gendongan, saat ia benar-benar tertidur. Jika tidak, pasti ia menolak.
Lalu bagaimana nasib gendongan-gendongan yang kumiliki sejak Cinta bayi. Sebagian aku berikan ke keluarga yang baru memiliki bayi. Gendongan yang kuberikan adalah gendongan yang memang tidak kugunakan. Jadi saat ini aku hanya punya dua ring sling (satu yang biasa digunakan nenek), satu SSC hybrid. Sayangnya 4 woven wrap masih setia di dalam box penyimpanan. Aku masih belum rela untuk memberikannya. Selain itu trend menggendong saat ini lebih memilih yang super sat set dan bisa digunakan dalam waktu yang lama.
Yups, menggendong juga mengalami banyak perubahan. Bahkan konselor menggendong pun tidak bisa berhenti untuk belajar. Selalu saja ada perkembangan yang semakin baik.
Semoga semakin banyak orang tua yang menyadari bahwa menggendong sangat penting. Sehingga bonding dengan anakpun semakin kuat.
