Minus Mata Hilang, Kok Bisa?

“De, ibu tuh sering ngerasa pusing kalau kelamaan pakai kacamata. Ukurannya berubah atau framenya ya yang berat?” tanya ibuku suatu siang. 

“Bisa dua-duanya. Bukannya periksa kacamata sudah lama ya,” kataku.

“Kalau di RS iya. Sama kamu dulu. Tapi di optik, tiga bulan lalu,” jawab ibuku. 

“Di optik gk bisa jadi patokan sih. Karena petugasnya juga gak kasih jeda, antara kita habis periksa dengan alat dan tidak. Inget gk, masa riska pernah dicek matanya plus. Makanya waktu itu Rea sampe pastikan lagi. Masa iya, diusia yang masih kinyis-kinyis (halah) ini malah sudah plus,” jawabku. 

Akupun mencoba mengatur waktu, kira-kira kapan waktu yang tepat untuk memeriksakan diri ke RS khusus Mata. Aku sendiri memeriksakan ukuran lensa kacamata terakhir di tahun 2019. Beberapa bulan melahirkan Rangga. 

Beberapa hari lalu, akhirnya aku dan ibu memeriksakan diri ke rumah sakit khusus mata. Kami meminta hanya diperiksa untuk resep kacamata saja. Tidak perlu sampai ke dokter spesialis mata. 

“Tapi kalau ternyata nanti petugas merujuk ke dokter, tetap harus ke dokter ya bu,” kata petugas di bagian pendaftaran. 

“Iya mbak, gak apa-apa. Kalau nanti memang harus diperiksa dokter, gak masalah,” jawabku. 

Setelah itu aku dan ibu bergantian menuju ruang periksa. Bunga dan Rangga yang belum pernah menemaniku ke dokter mata, tampak kebingungan melihat kami menggunakan kacamata periksa. Setelah diperiksa dengan alat, kami diwajibkan untuk menggunakan kacamata tersebut beberapa saat. Jika tidak pusing, maka resep kacamata sudah pas untuk digunakan. 

“Lho de, kok resepnya gak dikasih ya? Malah disuruh ke atas,” tanya ibuku. 

“Iya bu, ke atas buat bayar. Kalau resep dikasih duluan, nanti kita malah kabur gak bayar,”kataku sambil tertawa. 

“Eh, iya ya,” jawab ibuku ikut tertawa. 

Setelah melakukan pembayaran, kami pun menuju loket selanjutnya untuk mendapatkan resep kacamata masing-masing. Tanpa diduga dan disangka, resep kacamataku berubah. 

Mata kanan yang awalnya -0,75 kali ini malah normal, namun cylindernya jadi bertambah 0,50. Dan mata kiri, masih sama seperti sebelumnya. 

Berbeda dengan ibuku yang plusnya malah bertambah menjadi 3. Sebelumnya hanya 2. Makanya ibu terasa sekali ketidaknyamannya saat menggunakan kacamata sebelumnya. 

“KOK BISAAAAAAA!!!” tanya temanku yang memiliki toko kacamata. 

“Gak tau. Dulu sih dokternya pernah bilang, memang jarang sekali minus itu bisa turun tanpa tindakan medis. Tapi bukan berarti tidak bisa. Mungkin aku kasus yang khusus, haha,” jawabku. 

Kamu minum obat?” tanya temanku. 

“Gak,”

Aku pertama kali menggunakan kacamata saat SMA dengan minus 0,75 dan 0,5. Aku tipikal anak yang suka lepas pasang kacamata. Apalagi saat aku SMA dulu, kacamata yang keren itu cukup mahal. Ditambah lagi harus terima dengan pilihan ibuku. Makanya aku memakai kacamata hanya saat dibutuhkan saja. Kebiasaan itu berlanjut sampai aku bekerja. 

Mulai berubah saat mulai bekerja. Duduk lama di depan komputer membuatku harus mesra lagi dengan kacamata. Maka minuspun bertambah dari – 0,75 menjadi – 1,5 hingga – 2. 

Saat hamil anak pertama, aku mulai merasakan ketidak nyamanan saat menggunakan kacamata. Rasa tidak nyamannya sangat terasa. Akupun memeriksakan diri. Ternyata minus malah turun. Tiga tahun kemudian, rasa tidak nyaman, dan migren kembali melanda. Terutama saat menggunakan kacamata untuk waktu lama. Setelah diperiksa, minus kembali turun menjadi 0,75 dan normal. Dan beberapa hari kemarin adalah setelah aku memiliki anak ketiga.

Apakah kehamilan dan persalinan ikut mempengaruhi. Hahaha. 

Namun, yang paling aku sadari adalah semenjak hamil anak pertama hingga saat ini aku punya kebiasaan yang makin baik. Yaitu lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah, serta mengurangi jam penggunaan gadget. Saat bersama anak-anak, sebisa mungkin aku meletakkan gadget. Selain itu, aku juga memilih tidur daripada begadang bermain handphone. Yaa meski sekarang membaca menggunakan e-reader, semoga tidak mempengaruhi kesehatan mata. 

Oh iya, 2 tahun ini pemberitahuan penggunaan durasi handphone aku jadikan patokan. Sebisa mungkin, rata-rata dalam 1 minggu aku tidak menggunakan handphone lebih dari 10 menit. Mungkin ini juga jadi andil besar dalam kesehatan mata.

Tinggalkan komentar