“De, coba lihat setiap meja ada bunganya,” kata ibuku tadi malam.
“Mereka merayakan valentine mah?” Cinta ikut bertanya.
“Wah, mamah gak tau. Tapi lho mereka cuma dapat buket bunga. Riska sudah dapat bunganya ,” jawabku seraya mengangkat si anak bungsu, Bunga.
“Ihhhhhhhh, mamah!” teriak Cinta.
Kemarin malam kami sekeluarga makan di restoran favorit. Dari sekian kali kunjungan, sangat jarang sekali kami harus reservasi. Apalagi kunjungan kami di lakukan di hari Jumat. Pernah dulu, kunjungan kami lakukan di malam Minggu. Kami baru dihubungi jam 9 malam. Ha-ha. Alhamdulillah, makanan cepat tersaji, jadi jam 10 malam kami pun sudah siap pergi.
Nah, tadi malam kami harus ikut reservasi. Sembari menunggu waktu berbuka puasa, kamipun memilih jalan-jalan dulu. Saat kembali ke restoran banyak meja yang memiliki buket bunga. Ditambah lagi, mereka yang makan kebanyakan adalah pasangan.
”Mamah dulu pernah merayakan valentine?” tanya Cinta.
“Gak pernah. Karena sejak dulu sudah dikasih tau sama akung, gak boleh merayakan valentine. Jadi ya kalau mau beli coklat, ya beli aja. Bukan karena ikut-ikutan merayakan,” jawabku.
“Papah?” Cinta kembali bertanya.
”Sama. Dulu tuh kalau lihat teman-teman pada dikasih pernah ada perasaan iri. Kok aku gak dapat ya,” cerita suami.
“Terus sekarang papah mau dikasih coklat sama bunga?” tanya Cinta.
“Kalau sekarang sih udah gak. Lagian itu bunganya palsu,” tambah suami.
“Kok papah tau kalau itu palsu?”
“Pertama sebagai orang yang selalu kasih mamah bunga, papah bisa lihat dari jauh itu bunga asli atau palsu. Kedua, restoran gak mau rugi dong kalau kasih pelanggannya bunga asli,” jawab suami.
Yups, ternyata bunga yang kami lihat sebelumnya bukan dari pasangan masing-masing. Ternyata dari restoran yang membagikannya ke pelanggannya. Terutama yang sudah terlihat selesai makan. Mereka memberikan dessert dan bunga. Kejutan ala-ala romantis.
Di meja kamipun ternyata juga kebagian. Anak-anak sudah mencop bagiannya. Bunga langsung mengambil buket bunga, sesuai dengan namanya. Cinta si pecinta dessert dengan sigap mencicipi volcano cakenya. Sedangkan Rangga masih tetap cuek menikmati kentang gorengnya.
Momen makan bersama seperti ini, sebenarnya tanpa perencanaan. Bukan karena menyesuaikan tanggal, tapi ketika ada kesempatan berkumpul bersama tanpa gangguan pekerjaan suami.