Tetangga Oh Tetangga

Sebuah masalah, belum tentu besar. Bisa jadi sudut pandangnya saja yang berbeda. 

Beberapa waktu lalu, aku tidak sengaja (yang akhirnya keterusan) membaca sebuah thread di X. Sebut saja A. Si A tinggal di sebuah perumahan. Namun karena juga memiliki usaha, A mengontrak sebuah rumah di blok yang berbeda. Di rumah A, tetangga-tetangganya sangat baik. Sayangnya di kontrakan usahanya, ada satu tetangga yang terkenal “menggemaskan”. A menyebutnya sebagai bude. Bude, sebenarnya tipe extrovert. Mudah sekali akrab dengan orang baru. Tapi ternyata ada sifat buruk si bude yang membuat kesal tetangga-tetangga di bloknya. Bahkan sifatnya itu sampai terdengar ke blok-blok lainnya. 

Si A, tidak peduli. Karena memang ke kontrakan hanya untuk menjalankan usahanya. Tapi di perjalanan, banyak tingkah bude yang membuatnya kesal. Suatu hari, ada tetangga baru di depan kontrakan A. Awalnya tetangga baru sangat ramah dan baik. Namun tiba-tiba berubah 180 derajat. 

Kok bisa? Saat itu, A sedang bakar-bakar ikan di depan rumahnya. Tiba-tiba tetangga baru depan kontrakan menyindir kalau cuciannya jadi bau. Menurut si A, tetangga baru tidak pernah sejulid itu. Karena disindir, si A mengirimkan sepiring ikan bakarnya. Tapi si tetangga tidak keluar rumah saat dipanggil-panggil. Beberapa hari kemudian, A kembali bakar-bakar, dan si tetangga kembali menyindir jemurannya. Si A merasa kalau tetangganya ini terhasut omongan bude. Sehingga tetangga baru jadi ikut membenci A yang berkonflik dengan bude.  

Bisa benar, bisa juga salah. Karena aku tidak mengenal mereka. Ha-ha. 

Tapi dari sudut pandangku yang sebagai orang luar, boleh jadi memang penyebab utamanya adalah asap bakar-bakar. Kok tahu? Karena aku punya tetangga yang suka menu makanan yang dibakar. Dalam seminggu, tetanggaku bisa bakar-bakar 3-4 kali. Sedihnya posisi bakar-bakarnya tepat di sebelah jemuranku. 

Komplain? Maunya sih gitu. Tapi nyatanya nyaliku tidak sekuat itu. Apalagi ibuku orangnya gampang tidak enakkan. Maka kami lebih memilih untuk bersabar dan sigap mengangkat atau menunda menjemur saat terlihat akan bakar-bakar. 

Sebenarnya aku sangat kesal. Tidak bisa dipungkiri kalau banyak pakaian yang menjadi bau. Tapi rasa kesal yang teramat sangat itu, sangat besar saat aku mengedepankan emosi. Sementara, saat aku mengabaikan rasa kesal itu, aku cenderung bertindak lebih waspada. Ya, daripada kesal sama orang, tapi gk berani menyampaikan, mendingan sedia payung sebelum hujan. Segera angkat atau tunda dulu menjemurnya. 

Tinggalkan komentar