“Kamu kok gak cari info Ty. Katanya mau kuliah di Jawa. Kalau diem-diem gini mending kuliah di sini aja.” Kalimat Om Rio membuatku dan Tya tersentak. Kedua orang tua Tya adalah perantauan dari pulau Jawa. Buat mereka, anak-anaknya harus bersekolah di pulau Jawa. Biar punya pengalaman jauh dari orang tua. Bertolak belakang dengan kedua orang tuaku. Bahkan menjelang ujian nasional, aku belum memutuskan akan melanjutkan di mana nantinya.
Lanjutkan membaca “Cerpen : Terbanglah Tinggi, Mimpiku”Kategori: Cerita Pendek
Cerpen : Mading Sekolah
“Ayo pulang sekarang!”
Tia membuyarkan lamunanku. Sudah lima belas menit aku menunggunya di kantin sekolah. Aku menunggunya selama ini, bukan hanya karena ia sahabatku. Tapi karena rumah kami yang satu blok dan pagi ini aku menumpang untuk pregi sekolah.
“Gak nunggu Febri?” tanyaku sambil mengikutinya ke parkiran motor.
“Gak, dia diajak ikut lomba mading,” kata Tya sambil menyerahkan helmku.
Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 2
Uap secangkir capuccino dihadapnku mulai menghilang. Cepat-cept kuhirup, agar tetap nikmat selagi masih hangat. Kucek lagi to do list di mejaku. Mungkin ada yang terlewat.
Mataku tertuju pada jadwal di kalender. 2 minggu lagi waktunya aku sidang skripsi. Semua sudah selesai. Semoga semua berjalan lancar.
Apa kabar Adi ya? Belakangan kami jarang berkomunikasi. Meski beda kampus, jadwal skripsi kami berbarengan. “Ya tapi harusnya tetap lancar dong ya komunikasinya!” hati kecilku berbisik. Akupun mengirimkan pesan untuknya. Berharap segera dibalas.
Lanjutkan membaca “Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 2”Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 1
Awan mendung yang menggantung di langit Balikpapan, tampaknya membuat hatiku makin tak tenang. Rasanya ingin lari menjauh dari rutinitas sejenak. Mungkin aku lelah. Atau aku dilema karena percakapan semalam?
“Nanti, kalau kita nikah kamu berhenti kerja aja ya,” kata Adi, lelaki yang beberapa tahun ini berstatus sebagai pacarku.
Aku, Lila Kamila seorang mahasiswa tingkat akhir yang baru saja diterima bekerja di Bank miliki pemerintah daerah. Adi pacarku, juga bekerja di sebuah perushaan milik pemerintah.
Lanjutkan membaca “Jodoh Tak Bisa Dipaksakan Bagian 1”Ketika Bosan Melanda
Pagi ini langit sangat cerah. Burung-burung bernyanyi riang sembari menari bersama angin. Namun, Zahra terlihat murung. Sejak tadi ia duduk melamun di depan jendela.
“Zahra,” panggil ibu dari lantai bawah. Zahra belum menyadari panggilan ibunya. Karena tak kunjung menjawab, ibunya pun naik ke kamarnya.
“Zahra sayang, sedang apa,” tanya ibu. “Eh ibu. Zahra bosan bu,” jawabnya. Anjuran untuk di rumah saja, sampai sekarang masih diikuti keluarganya.
“Hari ini, Zahra ingin melakukan apa?,” tanya ibu sembari mengelus kepala Zahra. “Kemarin, Zahra lihat di tv, ada chef buat cinamon roll cake bu. Zahra pengin,”
“Oke. Yuk, kita buat,” ajak ibu.
Bersama adiknya Zahrapun mulai membuat kue. Untung, bahan-bahannya sudah lengkap. Jadi mereka tidak perlu berbelanja lagi. Saat kuenya matang, Zahra dan adiknya tak sabar untuk segera menikmati.
“Wahh, enak sekali bu. Rasanya seperti yang di toko-toko,” ungkap Zahra.
Membuat kue memang menyenangkan. Bosan yang melanda, bisa segera hilang.