Mual dan Muntah? Coba Minum Air Jahe Hangat

Hai, lama sekali tidak menumpahkan isi kepala di blog ini. Perencanaan yang sudah aku siapkan di blog ini buyar sudah. Selain mood menulis yang naik turun, kebiasaan anak-anak yang berubah selama ramadan, dan kehamilan ketiga yang membahagiakan dan memberikan cerita yang berbeda.

Di kehamilan pertama, aku masih bisa mengikuti beragam aktivitas di luar rumah. Mengikuti beberapa komunitas dan mengikuti kelas online. Di kehamilan kedua, aku bertekad membatasi aktivitas di luar rumah, karena aku ingin fokus ke Cinta dan ibu yang belum lama ditinggal bapak.

Lanjutkan membaca “Mual dan Muntah? Coba Minum Air Jahe Hangat”

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H.

Taqabbalallahu minna wa minkum
Shiyamana wa shiyamakum
Barakallaahu fiikum

Lebaran kali ini, pasti terasa sekali ya perbedaannya buat kita semua. Yups, dua tahun lalu kebanykan dari kita merayakannya dengan hati yang gemas. Lantaran masih ada pembatasan dalam berkegiatan. Berbeda dengan saat ini.

Sebagian keluarga besarku berada di Balikpapan. Jadi, kami tak merasakan yang namanya pulang kampung. Hanya saja, kemajuan teknologi saat ini membuat maaf-maafan kami sekeluarga juga via online. Pamanku yang sudah lebih dari 30 tahun di Sangatta, selalu merayakan lebaran di sana. Paman yang merupakan anggota polisi, tak pernah bisa merayakan hari raya bersama keluarganya. Karena malam dan saat lebaran pasti bertugas.

Lanjutkan membaca “Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H”

Pantai

Sebagai orang Balikpapan, tentu kami terbiasa dengan pemandangan pantai. Ya pantai memang mudah ditemukan di sini. Sebelah sisi kota kami adalah pantai. Dengan mengendarai kendaraan saja, pantai bisa kita nikmati. Aku tak pernah menghitung ada berapa banyak pantai wisata di kota ini. Mulai yang dikelola pemerintah, swasta ataupun pantai pribadi ada. Dan semua hampir jarang sekali sepi. Selalu ramai. Terutama saat akhir pekan.

Lanjutkan membaca “Pantai”

Mbak Midah, Calon Bestie Pilihanku

Apakah kamu punya teman yang selalu bersemangat dalam melakukan setiap aktivitasnya? Selalu mengerjakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh tanpa terlihat sedikitpun keraguan untuk mundur. Dan pernahkah ketika kamu berada didekatnya, tiba-tiba saja kmu juga ikut bersemangat. Atau meski sedang ada jarak di antara kalian, percikan semangatnya tetap sampai ke relung hati meski hanya lewat percakapan di jejaring sosial.

Lanjutkan membaca “Mbak Midah, Calon Bestie Pilihanku”

Jalan Kaki Kala Itu

Balikpapan,di September 2014

Aku mengeluarkan barang-barang dari travel bag yang selama ini kugunakan. Kupilah dan kupastikan lagi mana pakaian yang sudah kucuci dan mana yang belum. Pikiranku sesekali melayang ke masa lalu. Ternyata sudah hampir tiga bulan aku tinggal di rumah sakit di ibu kota. Rasanya seperti mimpi. Setiap hari di jalani dengan perasaan yang tak terkendali. Setiap hari kondisi emosi terambang ambing tak menentu. Lorong rumah sakit dan aroma khasnya adalah teman baikku.

Lanjutkan membaca “Jalan Kaki Kala Itu”

HPL

HPL atau yang dikenal dengan Hari Perkiraan Lahir, kerap membuat para ibu dehg-degan menanti kelahiran buah hatinya. Tapi karena namanya hari perkiraan lahir, kita manusia tidak bisa memaksakan. Apakah sesuai perkiraan atau tidak. Kita para ibu hamil, tentu perlu mengingatkan diri kalau hari perkiraan lahir, bukan hari pasti lahir. Memang kita sebenarnya tidak sabar untuk segera menggendong bayi, menyusui dan menciuminya setiap hari.

Lanjutkan membaca “HPL”

Kue Lebaran

Kue apa yang disukai saat lebaran. Bisa jadi kebanyakan orang akan memilih kue nastar. Atau kalau di rumahku disebut nanas bolen. Selain kue nastar, ada juga kue semprot yang tak pernah ketinggalan sebagai sajian di meja.

Dari tahun ke tahun, ibu selalu membuat kedua macam kue itu sendiri. Bahkan, waktu bapak sakit dan ibu tidak bisa turun langsung dalam membuatnya, ibu tetap mendelegasikan anak-anaknya untuk membuat sendiri. Kata ibu buatkan sendiri jauh lebih enak. Sesuai dengan keinginan lidah.

Lanjutkan membaca “Kue Lebaran”

Sapih Oh Sapih

“Mbak Riska gimana caranya nyapih. Sera gak mau berhenti nenen. Mertuaku udah ingetin bolak balik. Aku gak mau nyapihpakaiyang aneh-aneh. Kasihan adiknya, kalah sama kakaknya terus,” tanya partnerku, yang seorang desain layout saat aku masih bekerja di media cetak.

“Kamu bertanya pada orang yang salah Dyash. Lah, aku aja gak berhasil nyapih Cinta sampai Rangga umur 3 bulan. Dulu ya antri. Cinta harus rela antri. Nah, lagi antri itu dia sering ketiduran,” ceritaku.

**

“Mbak, mertuaku udah nyuruh pakai brotowali. Dibaca-bacain, tapi gak ngaruh, heheh,” kata Dyash lagi suatu hari.

“Sabay ya,” jawabku. Akupun mendengarkan kisah Dyash saat menyusui dua anaknya bersamaan.

Tentu aku tak bisa memberikan saran. Karena akupun belum berhasil menyapih tepat di usia dua tahun. Aku percaya bahwa anak-anak perlu menyapih dirinya sendiri. Sebuah keputusan besar dalam hidupnya.

Dulu saat memutuskan hamil Rangga di usia Cinta yang baru 1 tahun 8 bulan, aku pikir akan dengan mudah menghentikannya. Sounding setiap hari kulakukan. Namun, semakin besar usia kehamilanku, Cinta malah semakin lengket. Menyusui malah semakin sering.

“Jangan bilang dokternya ya kalau masih menyusui Cinta,” pesanku ke suami saat akan berkunjung ke dokter kandungan.

“Kenapa?” tanya suami.

“Ade gak tau, dokter Rahmat seberapa pro menyusui. Kebanyakan ibu hamil yang masih menyusui diminta berhenti oleh dokternya,” kataku menjelaskan. Suami mengangguk-angguk.

Sesampainya di ruang periksa, obrolan seperti biasanyapun mengalir. Namun, tidak kuduga dan kusangka tiba-tiba suami malah melontarkan kalimat yang membuat jantungku berdegup kencang. “Dia masih nyusuin kakaknya dok. Gak apa-apa kan?”

Lah, kan tadi dibilang jangan bilang.

“Oh, gak apa. Kandungannya aman kok. Nanti juga lama-lama berhenti,” kata dr Rahmad. Fuih. Aku langsung lega mendengar jawaban dr Rahmad. Dari cerita beberapa temanku yang menyusui saat hamil, ada yang mendapatkan lampu hijau ada juga yang mendapat lampu merah. Memang yang mendapat lampu merah, karena ada risiko dalam kehamilannya. Untuk itu, setiap ibu perlu menyadari sinyal dari tubuhnya.

Di perencanaan kehamilan ketiga, aku berharap Rangga akan berhenti menyusui sebelum aku hamil. Tapi sampai saat ini, tiga bulan setelah IUD dilepas, ia belum juga berhenti menyusu.

Sounding? Tentu saja dilakukan. Bahkan, Cinta sering turun tangan dalam membantu mengalihkan perhatian adiknya untuk tidak menyusu.

Kebiasaan hamil yang selalu aku lakukan saat menyusu adalah mengajak sang kakak untuk izin pada adiknya. Kalau dulu Cinta memanggil Rangga dengan sebutan adik, Rangga kali ini memilih memanggil baby.

“Baby, mas Rangga nenen dulu ya. Boleh ya. Dikit aja kok,” kata Rangga meminta izin.

“Sebenarnya apa yang dicari? Kalau bayi kan karena lapar dan haus, kalau Rangga?” tanya suami.

“Kenyamanan. Menyusu kan bukan Cuma sekadar nempelin payudara. Tapi ada kenyamanannya. Nah, Rangga ini belum dapat melepaskan kenyamanan menyusu,” jawabku.

Oh iya, sependek yang aku tahu dari Forum Peduli ASI (FormASI) dan komunitas ASI lainnya menyusui lebih dari dua tahun memberikan banyak manfaat. Di antaranya

  • Memberikan nutrisi, menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh

Kalau orang zaman dulu sering bilang, ASI setelah dua tahun tidak bagus. Hanya darah yang dihisap. Padahal tidak seperti itu, berapapun usianya, ASI tetap memberikan nutrisi bagi si kecil. Malahan, ASI di atas dua tahun banyak mengandung vitamin C lho.

  • Menenangkan anak dan ibu

Yes, kalau ini aku sangat merasakan manfaatnya. Malahan saat akan melahirkan Rangga, menyusui Cinta tak hanya memberikan kenyamanan. Tapi juga ketenangan dalam menghadapi gelombang Cinta.

  • Efektif saat bepergian

Tidak ribet bawa botol, mencari air panas dan lain-lain ya. Saat anak butuh, tinggal sodorkan. He-he.

  • Mengurangi risiko terkena kanker

Menurut penelitianIbu yang aktif menyusui diketahui memiliki risiko lebih rendah terserang kanker payudara. Selain itu, risiko untuk terkena penyakit kanker ovarium, diabetes, hipertensi, obesitas, dan serangan jantung juga cenderung menurun.

  • Menurunkan berat badan ibu

Untuk yang satu ini, kita juga wajib menjaga pola makan dan berolahraga secara rutin. Setelah menyusui Rangga barulah aku bisa mencapai BMI yang normal karena menjaga pola makan dan olahraga.

Jadi semangat ibu-ibu yang masih belum berhasil menyapih. Mari kita bergandengan tangan menyongsong masa depan.