“Mbak Riska gimana caranya nyapih. Sera gak mau berhenti nenen. Mertuaku udah ingetin bolak balik. Aku gak mau nyapihpakaiyang aneh-aneh. Kasihan adiknya, kalah sama kakaknya terus,” tanya partnerku, yang seorang desain layout saat aku masih bekerja di media cetak.
“Kamu bertanya pada orang yang salah Dyash. Lah, aku aja gak berhasil nyapih Cinta sampai Rangga umur 3 bulan. Dulu ya antri. Cinta harus rela antri. Nah, lagi antri itu dia sering ketiduran,” ceritaku.
**
“Mbak, mertuaku udah nyuruh pakai brotowali. Dibaca-bacain, tapi gak ngaruh, heheh,” kata Dyash lagi suatu hari.
“Sabay ya,” jawabku. Akupun mendengarkan kisah Dyash saat menyusui dua anaknya bersamaan.
Tentu aku tak bisa memberikan saran. Karena akupun belum berhasil menyapih tepat di usia dua tahun. Aku percaya bahwa anak-anak perlu menyapih dirinya sendiri. Sebuah keputusan besar dalam hidupnya.
Dulu saat memutuskan hamil Rangga di usia Cinta yang baru 1 tahun 8 bulan, aku pikir akan dengan mudah menghentikannya. Sounding setiap hari kulakukan. Namun, semakin besar usia kehamilanku, Cinta malah semakin lengket. Menyusui malah semakin sering.
“Jangan bilang dokternya ya kalau masih menyusui Cinta,” pesanku ke suami saat akan berkunjung ke dokter kandungan.
“Kenapa?” tanya suami.
“Ade gak tau, dokter Rahmat seberapa pro menyusui. Kebanyakan ibu hamil yang masih menyusui diminta berhenti oleh dokternya,” kataku menjelaskan. Suami mengangguk-angguk.
Sesampainya di ruang periksa, obrolan seperti biasanyapun mengalir. Namun, tidak kuduga dan kusangka tiba-tiba suami malah melontarkan kalimat yang membuat jantungku berdegup kencang. “Dia masih nyusuin kakaknya dok. Gak apa-apa kan?”
Lah, kan tadi dibilang jangan bilang.
“Oh, gak apa. Kandungannya aman kok. Nanti juga lama-lama berhenti,” kata dr Rahmad. Fuih. Aku langsung lega mendengar jawaban dr Rahmad. Dari cerita beberapa temanku yang menyusui saat hamil, ada yang mendapatkan lampu hijau ada juga yang mendapat lampu merah. Memang yang mendapat lampu merah, karena ada risiko dalam kehamilannya. Untuk itu, setiap ibu perlu menyadari sinyal dari tubuhnya.
Di perencanaan kehamilan ketiga, aku berharap Rangga akan berhenti menyusui sebelum aku hamil. Tapi sampai saat ini, tiga bulan setelah IUD dilepas, ia belum juga berhenti menyusu.
Sounding? Tentu saja dilakukan. Bahkan, Cinta sering turun tangan dalam membantu mengalihkan perhatian adiknya untuk tidak menyusu.
Kebiasaan hamil yang selalu aku lakukan saat menyusu adalah mengajak sang kakak untuk izin pada adiknya. Kalau dulu Cinta memanggil Rangga dengan sebutan adik, Rangga kali ini memilih memanggil baby.
“Baby, mas Rangga nenen dulu ya. Boleh ya. Dikit aja kok,” kata Rangga meminta izin.
“Sebenarnya apa yang dicari? Kalau bayi kan karena lapar dan haus, kalau Rangga?” tanya suami.
“Kenyamanan. Menyusu kan bukan Cuma sekadar nempelin payudara. Tapi ada kenyamanannya. Nah, Rangga ini belum dapat melepaskan kenyamanan menyusu,” jawabku.
Oh iya, sependek yang aku tahu dari Forum Peduli ASI (FormASI) dan komunitas ASI lainnya menyusui lebih dari dua tahun memberikan banyak manfaat. Di antaranya
- Memberikan nutrisi, menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh
Kalau orang zaman dulu sering bilang, ASI setelah dua tahun tidak bagus. Hanya darah yang dihisap. Padahal tidak seperti itu, berapapun usianya, ASI tetap memberikan nutrisi bagi si kecil. Malahan, ASI di atas dua tahun banyak mengandung vitamin C lho.
Yes, kalau ini aku sangat merasakan manfaatnya. Malahan saat akan melahirkan Rangga, menyusui Cinta tak hanya memberikan kenyamanan. Tapi juga ketenangan dalam menghadapi gelombang Cinta.
Tidak ribet bawa botol, mencari air panas dan lain-lain ya. Saat anak butuh, tinggal sodorkan. He-he.
- Mengurangi risiko terkena kanker
Menurut penelitianIbu yang aktif menyusui diketahui memiliki risiko lebih rendah terserang kanker payudara. Selain itu, risiko untuk terkena penyakit kanker ovarium, diabetes, hipertensi, obesitas, dan serangan jantung juga cenderung menurun.
- Menurunkan berat badan ibu
Untuk yang satu ini, kita juga wajib menjaga pola makan dan berolahraga secara rutin. Setelah menyusui Rangga barulah aku bisa mencapai BMI yang normal karena menjaga pola makan dan olahraga.
Jadi semangat ibu-ibu yang masih belum berhasil menyapih. Mari kita bergandengan tangan menyongsong masa depan.