Nursing Strike, Serius?

Nursing strike atau bayi menolak menyusu tidak pernah terlintas dalam otak saya. Apalagi,saya yang setiap saat bersama bayi. Tampaknya tidak mungkin akan mengalaminya

Saya pikir, nursing strike akan dialami oleh para working mom. Ah, ngebayangin aja ssya gk kuat.
Saat menyusu, Cinta memang tidak menyukai suasana ramai. Jadi biasanya saya menyusuinya di kamar berduaan. Namun belakangan, kakak-kakaknya lebih sering ke rumah saat siang hari. Tentu saja ini membuat Cinta jadi candu bermain.
Nah, kamis minggu lalu, tiba-tiba Cinta tidak mau menyusu. Saya pikir karena dia ingin bermain. Jadi, ssya tidak terlalu memikirkannya. Dia rewel, tapi tidak mau menyusu. “Ah, palingan karena ngantuk,” pikir saya.
Malam harinya masih sama, Cinta masih menolak menyusu. Saya masih berpikir karena terlalu asyik bermain. Apalagi, kakak-kakaknya ada di rumah hingga pukul 10 malam.
Saat tidur malam, Cinta masih mau menyusu, meski sambil marah dan hanya sebentar.
Esoknya, saya mulai panik. Payudara mulai bengkak. “Duh! Kenapa ya? Masa. Nursing strike,” batin saya. Saya pun ubek-ubek file di grup FB AIMI. Saya kembali mengingat-ingat apa yang berubah. Meskipun mencoba untuk tenang, saya tetap aja galau. Karena sampai sore, Cinta tak mau menyusu langsung. Diberi ASIp lewat gelas masih mau diminum meski sambil disembur. Duh, kok gini banget ya. Rasanya lebih sakit dari pada putus Cinta deh. Pengin nangis meraung-raung.
Saya pun curhat alih-alih konsul pada mak Wien. Mak wien menyarankan untuk perbanyak skin to skin. Untung nursing strike tidak dibarengi dengan wrap strike. Bisa double patah hatinya.
Skin to skin saya lakukan sampai malam hari.
Saat akan tidur malam, Cinta mengambil hp dan memberikannya ke saya. Saya tanyakan, apa dia ingin mendengarkan lagu? Dia menjawab dengan bahasa bayi, yang saya asumsikan sebagai Ya. Saya putarkan lagu yang biasa kami dengar dan menepuk-nepuk pantatnya. Hampir satu jam dia tidak juga tidur, padahal matanya sudah sayup-sayup. Tapi tidak lama kemudian, dia membalikkan badan dan HUP. YEAAAYYYYYY. CINTA KEMBALI MENYUSU. Kalau beneran bisa salto, saya mau salto deh saking senangnya.
H+1 setelah mogok menyusui saya lewati dengan deg-degan. Takut kalau ditolak lagi. H+2 masih deg-degan. Permintaan menyusu pun belum seperti sebelumnya. Apalagi saat mengikuti kelas mengelola Emosi. Cinta rewel karena mengantuk, tapi gk mau nyusu. Syukurlah, dia akhirnya mengalah juga. Sesampai di rumah pun Cinta sudah kembali memberikan tanda dengan memeluk sambil menarik-narik baju saya.
Malam harinya, saya menemukan darah menggumpal di dekat lip tie. Boleh jadi, itulah yang membuat dia menolak menyusu. Saya sempat berpikir ada luka di bagian mulut. Tapi, kalau soal makan Cinta selalu kalap. Makanya saya kesampingkan dugaan luka di mulut.
Dan sekarang, frekuensi menyusu kembali normal. Bahkan ketika ada kakak-kakaknya datang bermain, dia masih bisa menyusu meski sebentar-sebentar. Sepertinya dia balas dendam karena sebelumnya lama tidak menyusu.
Saat anak mogok menyusu, memang mental kitalah yang harus dokokohkan dulu. Ibu saya sempat berkata “mungkin dia minta disapih dek. Kasih aja susu botol,”
Rasanyaaaaaaaa, pengin tambah nangis deh.
Untungnya saya sudah berbekal di kelas edukASI AIMI Kaltim dan kembali ubek-ebek file grup. Jadi hati saya bisa lebih mantap memberikan jawaban. “Mah, anak belum setahun gk mungkin tiba-tiba menyapih. Anaknya ditenangin dong, masa dikasih saran yang bikin tambah panik,” jawab saya. Ibu saya diam dan kembali berkata “kamu gak hamil kan. Katanya kalau hamil rasa ASI berubah, makanya gk mau nyusu!”
DOOEEENG. Eh tapi saya sempat kepikiran juga sih pas ibu saya berkata begitu.

cameff_1510540792611.png

Menyusui itu memang harus keras kepala. Tapi jangan lupa, adailmunya. Gak asal keras kepala aja. Dan jangan ragu untuk konsultasi dengan konselor menyusui jika ada kesulitan.

2 tanggapan untuk “Nursing Strike, Serius?”

Tinggalkan Balasan ke Tiara Batalkan balasan