Aku dan Secangkir Kopi di Pagi Hari

Ada banyak hal yang ingin kulakukan sejak mataku terbuka di pagi hari. Rasanya 24 jam ingin kulakukan semua yang kumau. Atau begitu juga hari-hari setelahnya. Namun kusadari, menjadi ibu bukan hanya untuk diriku sendiri. Tidak. Aku tidak merasa menjadi ibu adalah sebuah beban yang amat sangat berat. Memang menjadi ibu tidak mudah. Tapi bukan berarti aku tidak bahagia. Menjadi ibu artinya aku belajar menjadi manager keluarga. Yang mengatur semua kebutuhan anggota keluargaku.

Mungkin di luar sana, ada banyak perempuan yang menganggap ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak keren. Tak apa. Boleh jadi karena ia belum merasakan langsung bagaimana bahagianya menjadi ibu. Atau bisa saja, ia mendengar keluh kesah yang tidak semestinya ia dengar.

Aku yakin, lebih banyak perempuan yang bahagia dengan perannya. Dan ada banyak pula perempuan yang menginginkan peran ini. Sebelum malaikat-malaikat kecil itu hadir ditengah-tengah kita, maka sudah sepatutnya kita memantaskan diri. Sehingga ketika mereka hadir, merekapun akan bahagia karena memiliki ibu yang bahagia.

Setiap diri, memiliki versi bahagia yang tak sama. Jangan pernah mengukurnya dengan kebahagiaan orang lain. Aku bahagia jika berolahraga di pagi hari. Menikmati secangkir kopi dan menuliskan isi hati. Aku bahagia karena bisa menyepi, tanpa distraksi.

Mungkin, hari ini ada banyak hal yang mengejutkanku. Ada yang tidak berjalan sesuai harapanku. Atau aku harus mandi dengan amat tergesa. Dan bisa saja, aku tak menikmati sepiring nasi hangat dengan tenang. Namun, bukan berarti itu bisa merusak kebagaianku. Aku memberikan keempatan pada diriku untuk bisa bahagia dengan caraku sendiri. Tak perlu memaksa. Nikmati saja. Karena yang terjadi hari ini belum tentu terulang lagi. Aku tak tahu. Bisa saja ada banyak kejutan bahagia untukku hari ini.

Di balik cangkir kopiku yang masih hangat, kulihat anak-anak yang bermain dengan ceria. Saling berbagi dan bercanda. Kenangan yang akan tergambar indah di hatiku. Kenangan yang mungkin nanti, akan sangat berharga bagi mereka.

2 tanggapan untuk “Aku dan Secangkir Kopi di Pagi Hari”

  1. Dinikmatin mbak..selagi anak2 masih didekat kita..soalnya waktu cepet banget berlalu..ntar ga kerasa tiba2 dah pada gedhe..trus ditinggal nikah..😅

    Suka

Tinggalkan komentar