Seberapa sering kita ikut bahagia saat melihat postingan teman di sosial media. Tentang apa saja. Entah masakannya, liburannya, apa yang dibeli, anak-anak atau apapun mengenai aktivitasnya sehari-hari. Pamer? Tentu saja tidak. Mereka hanya sedang berbagi kebahagiaan yang mereka rasakan.
Tak jarang kita malah mendapatkan banyak manfaat dari apa yang mereka bagi. Misalnya tempat liburan baru yang cocok untuk menghabiskan waku bersama anak. Atau hadiah-hadiah yang bisa kita berikan pada orang tersayang.
Tapi, pernahkah merasa lelah dengan sosial media? Atau pernahkah tiba-tiba hati merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Tentu saja, kita wajib menyaring apa-apa saja yang ingin kita baca di media sosial. Aku pribadi tidak pernah mau menerima pertemanan dari orang-orang yang sering marah atau berkeluh kesah di media sosialnya. Itu jika kami tidak akrab atau hanya sekadar mengenal. Jika orang tersebut masih berhubungan dekat denganku, aku akan menerima pertemanannya tapi menyembunyikan semua postingannya. Jahat? Gak dong. Aku hanya menjaga hatiku. Ketika kami bertemu secara langsung, tak ada perasaan kesal karena postingannya yang telah lalu. Itu tidak hanya berlaku pada satu atau dua orang. Ha-ha.
Pernah suatu hari, tante saya bercerita tentang postingan tetangga yang marah-marah di statusnya. “Kamu gak baca? Kan berteman,” kata tante. “Errr, aku buka FB untuk masuk ke FBG perkuliahan aja mi. Juaaraaaaaaaaang banget scrolling-scrolling. Terus kalau misalnya status orang itu marah-marah atau berkeluh kesah, pasti kuhidden dari berandaku,” jawabku. Tanteku tertawa ngakak.
Agak berlebihan? Buat sebagian orang bisa saja. Aku bahkan pernah menonaktifkan semua media sosial selama seminggu. Membuka FB pun hanya untuk masuk FBG perkuliahan. Hasilnya aku merasa lebih ringan ketika membuka media sosial lagi. Tidak ada perasaan kesal atau sinis pada seseorang.
Lho pernah sinis? Pernah. Dan itu kuartikan sebagai penerimaan media sosial yang terlalu berlebihan. Karena seperti yang kutulis sebelumnya. Ketika ada yang berbagi di media sosialnya, aku yakin tak ada yang berniat pamer. Jika aku merasa orang itu pamer, berarti yang salah adalah aku sebagai penerima. Dan aku harus mengontrol itu.
Apa yang kita baca dan lihat, bisa memengaruhi mood kita seharian. Kita tidak bisa mengontrol orang lain, tapi kita bisa mengontrol diri sendiri.
Klo WP doang..masih aman ya mbak..🤭
SukaSuka
WP ini maksudnya wordpresss kan mbak? 👀👀
SukaSuka