Membangun Kebiasaan Menabung

“Hidup tenang itu, kalau tanpa hutang. Fokus aja sama yang ada. Ibadah yang rajin,” kata Abi suatu hari. Laki-laki yang selama ini menjadi sosok bapak buatku dan mbak Ika. Abi sebenarnya adalah adik ibuku. Tadinya kami selalu memanggil paman. Tapi semenjak punya anak, kami ikut memanggilnya Abi. Orangnya kocak, ramah dan pandai bergaul. Tapi juga tegas dan gak basa-basi kalau menegur keponakannya. Sifat Embah Min yang penyayang sama anak-anak, menurun pada Abi. Abi juga banyak hadir dalam banyak perjalanan hidupku. Bahkan sampai sekarang cucu-cucunya sekarang. Di kampung kami, siapa sih yang tidak kenal Abi. Kalau gk kenal berarti belum seminggu tinggal di kampung kami. Sejak lahir hingga sekarang, Abi tidak pernah pergi dari kampung ini.

Kalimat Abi soal tanpa hutang, adalah salah satu kalimat yang membuatku makin yakin kalau memang tidak butuh, kenapa harus pinjam. Apalagi kalau ternyata aku sendiri kesulitan untuk mengembalikannya. Gak mikirin masa depan? Mikir dong. Tapi kalau kita mikirin yang belum pasti tambah puyeng kan. He-he.

Habit yang saat ini sedang aku bangun adalah konsisten menabung dan berhemat. Ah, dari setahun lalu ngomongnya gitu. He-he. Bener deh, sejak lama aku sudah mencoba menabung dengan cara ini, ini, ini dan ini. Tapi tidak ada satupun yang berhasil. Godaan baju, tas dan mainan anak terlalu besar untuk tidak di check out. Tapi ya emang gitu, kalau kita berniat sesuatu pasti ada aja godaannya kan. Ha-ha.

Nah, kali ini aku mencoba berhemat dan menabung dengan cara yang lebih sederhana. Menabung sedikit saja, tapi tidak berakhir untuk di ambil. Kalau sebelumnya, aku kerap menabung dengan jumlah besar, eh giliran gak punya uang ya aku pakai. Apalagi kalau dananya tersimpan di rekening yang bisa mobile banking. Maka, polanya aku ubah. Aku juga menyiapkan slot untuk dana talangan. Jadi kalau kehabisan cash di dompet aku bisa mengambil di dana tersebut. Syukur-syukur bisa mengembalikan dan menambahkan lagi nominalnya.

Bagaimana cara menabungnya? Aku membeli file giro (map berukuran kecil yang bentuknya seperti dompet). Di tiap kantongannya, aku tuliskan nama tabungan yang aku kejar. Ada dana darurat, tabungan anak, dll. Nah, setiap bulannya aku menyisihkan 10 persen dari alokasi gaji suami. 10 persen itu aku bagi sebanyak jumlah tabungannya. Jadi misalnya dana tabungannya 250 ribu, aku bagi 10 jenis tabungan. Maka masing-masing 25 ribu. Di tiap tabungan aku selipkan kertas sebagai laporan jumlah tabungannya. Biar aku juga tahu, waktu-waktu aku menabung atau mengambilnya.

Cara menabung ini baru berjalan 1 bulan. Alhamdulillah, aku bisa menahan diri lebih baik dari desember tahun lalu. Pernah saat aku ingin berbelanja sesuatu, mau bayar transfer gk bisa, karena yang direkening sudah disiapkan untuk pembayaran keperluan terjadwal. Mau COD bisa. Tapi aku yang males ketemu orang. Akhirnya batal untuk membeli. Alhamdulillah ya Allah. Gak mau ketemu orang ternyata bermanfaat juga. Ha-ha

Mudah, tentu saja tidak. Cara lainnya lagi adalah mengurangi membuka toko-toko online. Tiga bulan lagi, aku akan menceritakan, apakah aku masih bisa konsisten dengan cara menabung ini. Atau malah menemukan trik baru lagi? Aku ceritakan lagi nanti ya.

3 tanggapan untuk “Membangun Kebiasaan Menabung”

    1. Pernah punya gitu mbak. Tp malah “kepikiran” karena aku kalau transfer suka pake aplikasi f**p. Dan pernah kejadian, ternyata transferannya gk masuk, padahal saldo sudah terpotong.

      Kalau setor tunai langsung enak, bisa terdeteksi kan. Penyakitnya aku males antri 😬😬

      Suka

Tinggalkan komentar