
Hello, it’s me
I was wondering if after all these years you’d like to meet
To go over everything
They say that time’s supposed to heal ya, but I ain’t done much healing
Hello, can you hear me?
I’m in California dreaming about who we used to be
When we were younger and free
I’ve forgotten how it felt before the world fell at our feet
There’s such a difference between us
And a million miles
Hehehe, jujur saja setiap membaca judul novel ini aku selalu terngiang sama lagunya mbak Adelle (duh, akrab). Dan karena lagu ini juga aku berasumsi kalau novel ini akan bercerita sedih. Kisah seseorang yang masih mencinta tapi terpisahkan.
Btw, review ini kembali mengandung banyak bocoran. Secara angka, aku akan memberi nilai 9,5 untuk ceritanya. Romantis tapi nggak dramatis.
Alkisah seorang gadis muda bernama Ana. Sebagai anak yatim piatu Ana berhasil membuktikan bahwa ia tidak kehilangan arah dan tujuan. Ana yang merupakan seorang mahasiswi arsitektur, bukan hanya sekadar kuliah. Ia juga memiliki pekerjaan sesuai bidang belajarnya. Ana merintis bisnisnya mulai dari nol. Ia melakukan semua pekerjaan sendiri. Mengaduk semen, memasang batu bata, mengecat dan masih bayak perkerjaan pertukangan yang ia kerjakan sendiri. Dari situ ia pun memiliki karyawan-karyawan. Uniknya karyawannya kebanyakan adalah tetangganya sendiri. Tetangga yang membutuhkan pekerjaan atau anak-anak tetangga yang sudah selesai sekolah, tapi masih menjadi beban keluarga. Dari pada membuat pusing orangtua, merekapun meminta pekerjaan pada Ana. Diterima? Tentu. Dengan syarat harus disiplin dan tekun bekerja.
Meski Ana berhasil mendapatkan penghargaan dari karya Arsitekturnya, ia belum berhasil meluluhkan hati dosen pembimbingnya. Sudah bolak balik konsultasi, selalu ada yang tidak sempurna. Ana ingin menyerah (kok kayak aku, ha-ha).
Sampai suatu hari, Ana mendapatkan klien baru. Sebuah rumah tua. Tidak hanya besar dan luas bangunannya, tapi juga halamannya. Hesti nama kliennya. Hesti menyerahkan sepenuhnya kepada Ana. Tidak ada ide-ide khusus. Hanya aja, beberapa ruangan tidak ingin diubah olehnya. Diperbaiki oke. Tapi tidak untuk diubah.
Ana saat mendesain rumah klien-kliennya, tidak hanya mencatat ide-ide saja. Ia juga mencari tahu cerita dan sejarah bangunannya. Terutama jika ia harus merenovasi bangunan lama.
Di sinilah cerita itu bermula.
Walau ceritanya berlompat ke masa lalu dan masa sekarang, tidak terasa perpindahannya. Terasa halus. Kita seakan diajak berkomunikasi bersama-sama semua tokoh di sana.
Kembali ke cerita. Kisahnya Hesti merupakan anak seorang pejabat penting di masa orde baru. Ayahnya sangat tegas. Selain menomersatukan pendidikan, ayah Hesti juga sangat menjunjung tinggi garis keturunannya yang berdarah biru. Ibunya Hesti merupakan pembaca berita terkenal. Meski juga keturunan bangsawan, ibu Hesti lebih membumi. Tidak pernah mempermasalahkan latar belakang keluarga seseorang. Selama orang itu baik, tidak berbuat kriminal dan sopan, maka akan dihargai.
Sebagai keluarga konglomerat, pembantu di rumah Hesti juga banyak. Salah satunya juga memiliki anak yang hari lahirnya sama dengan Hesti. Bi Ida namanya. Karena tugas utamanya mengasuh anak, maka Hesti diasuh bersama-sama dengan anaknya sendiri. Mereka selalu bersama. Bermain bersama, makan bersama, tidur di waktu yang sama. Pokoknya seperti anak kembar deh.
Suatu hari, ayah Hesti merasa khawatir. Kenapa? Takut saat anaknya dewasa akan jatuh cinta pada si anak pembantu itu. Tigor namanya. Kalau kata pepatah jawa, witing tresno jalaran soko kulino. Yang kurang lebih adalah cinta hadir karena terbiasa.
Sampai beranjak remaja, Hesti dan Tigor bersekolah di sekolah yang sama. Juga di kelas yang sama. Tapi tidak ada teman-temannya yang tahu. Karena Hesti berangkat sekolah di antar supir pribadi, yang sebenarnya ayahnya Tigor. Sedangkan Tigor, berangkat dengan sepeda.
Hesti dan Tigor kerap kali melakukan hal-hal usil. Mereka sering pulang terlambat agar bisa mblusukan, main layangan dan masih banyak lagi. Awalnya kenakalan mereka tidak diketahui orangtua Hesti. Hingga suatu hari ibu Hesti yang menugasi kameramennya untuk meliput sebuah perlombaan layang-layang. Dari tangkapan video itu, ibunya melihat Hesti dan Tigorlah yang menerbangkan layang-layang hitam yang terkenal saat itu. Marah? Tentu. Terlebih ayahnya Hesti, ia sampai dihukum.
Kenakalan Hesti dan Tigor lainnya malah membuat ayah Hesti yang tadinya pejabat ring 1 presiden, harus dipindahan ke daerah lain. Menjadi seorang gubernur. Hesti harus berpisah dengan Tigor. Bertahun-tahun kemudian, ayah Hesti kembali mendapat kepercayaan Presiden dan menjabat sebagai menteri.
Kisah cinta masa kecil kembali berlanjut. Sayangnya kali ini ayah Hesti terang-terangan tidak merestui hubungan anaknya. Hesti tetap berjuanh, tapi ia tidak frontal membangkang.
Sayangnya banyak rintangan ternyata membuat Tigor salah paham dan menyerah.
Meski plot twistnya bisa kutebak, aku tetap puas. Hesti akhirnya mendapatkan jawaban yang ia tunggu selama ini. Kesalah pahamanpun bisa diselesaikan.
Ya kalau bisa request, pengin cerita lanjutannya sih. 😌
Bahasa : Indonesia
Penjual : Google Ireland Ltd
Pengarang : Tere Liye
Diterbitkan tanggal : 16 April 2023
Halaman : 624
Genre : Fiksi Dewasa Muda/ Roman/ Umum
Harga E-book : Rp 91.020,- (ada diskon di playbook jadi Rp 68.265,-)