Kawasan Balikpapan Timur, identik dengan wisata pantainya. Yups, warganya tinggal memilih ingin mengunjungi jajaran pantai yang mana. Tapi sekarang, ada wisata lain yang bisa dijadikan pilihan. Namanya Pasar Tumpah Pringgondani, yang berlokasi di kampung wisata Teritip.
Pasar Tumpah Pringgondani, sering sekali muncul di beranda sosial mediaku. Sudah lama sekali aku ingin jalan-jalan ke sana. Alhamdulillah, Minggu ini kunjungan bisa dilakukan. Tak hanya ibu dan anak-anak, aku juga mengajak sepupu dan keponakanku. Tentu saja mereka semua antusias.

“Mungkin mirip pasar malam. Tapi adanya pagi, Dan mungkin, mainannya juga gak banyak,” kataku ke anak-anak.
Kami sebenarnya hanya berniat ke pasar tumpah saja. Tapi entah kenapa ibu dan tanteku membawa bekal darurat alias mie instan.
“Ngapain bawa bekal? Kan di sana jualan makanan?” aku bertanya kebingungan.
“Siapa tau jajanannya gak disukai anak-anak,” jawab tanteku yang biasa kupanggil umi.
Rencana awal kami akan berangkat lebih pagi. Karena kabarnya Pasar Tumpah Pringgondani sangat ramai. Kalau berangkat pagi, kami bisa santai menikmati aneka jajanan. Karena satu dan lain hal, kami baru berangkat dari rumah pukul 09.30. Menurut Maps, kami akan sampai lokasi pukul 10.30. Tapi nih, karena aku yang mengendarai mobil, tentu saja kedatangan kami jadi lebih lama.
“Wah, kita datang orang-orang sudah bawa bungkusan pulang,” kataku agak panik saat melihat beberapa rombongan berjalan menuju kendaraan mereka.
“Eh, masa itu sih pasarnya,” Umi merasa tidak yakin.
“Mas, mau ke pasar,” kataku pada petugas parkir.
“Masuk aja lagi bu, ada parkiran kok di depan sana,” jawabnya.
Akupun mengikuti arahan beberapa bapak yang menjadi petugas di parkiran. Tidak ada parkiran khusus. Karena lokasi ini berada di kampung wisata teritip. Sehingga beberapa rumah warga dijadikan lokasi parkir. Ini juga yang membuat warga berjulan hasil kebunnya di depan rumah. Saat aku datang, banyak sekali buah cempedak dan rambutan yang dijajakan.
Di depan pintu masuk ada petugas yang akan memberikan karcis masuk. Harga tiket per orang hanya Rp 5.000,-. Kemudian pengunjung harus menukarkan uang dengan uang kayu. Uang kayu inilah yang digunakan untuk bertransaksi di dalam pasar.

Saat masuk ke area pasar, telinga kita akan mendengar alunan merdu dari musik jawa. Oh iya, para penjual dan petugas menggunakan pakaian khas jawa, kebaya dan lurik. Kalau beberapa postingan yang aku lihat di media sosial, katanya kita seperti kembali ke zaman kerajaan. Kalau aku, rasanya seperti berada di jogja. Soalnya baru jogja yang aku kunjungi, ha-ha.
Meski matahari sedang terik-teriknya, tapi tetap teduh. Karena pasar ini banyak pepohonan tinggi. Jadi arena yang terkena sinar matahari, tidak terlalu banyak. Setelah berkeliling mencari aneka jajanan, kita bisa duduk lesehan di bawah pepohonan. Disediakan banyak alas duduk untuk para pengunjung.

Oh iya, selain beragam jenis makanan dan minuman, ada juga area bermain anak. Jadi tidak perlu khawatir anak bosan. Juga ada pendopo yang bisa digunakan untuk pengunjung yang datang dengan rombongan. Tapi aku tidak bertanya mengenai biaya sewanya.

oh iya, akses kamar mandi juga mudah sekali ditemukan. Yang membuatku angkat jempol adalah toiletnya sangat bersih. Tahukan biasanya tempat-tempat umum suka abai dengan kebersihan toilet. Di Pasar Tumpah Pringgondani mah gak.

Buat yang hobi foto-foto, ada banyak spot estetik lho. Sependek yang aku tahu, pasar ini buka sampai pukul 11 saja. Tapi saat aku pulang pukul 12.30, masih ada saja orang yang datang. Penjual meski tidak sebanyak sebelumnya, masih ada yang masih berjualan. Mungkin antusiasme pengunjung saat ini, membuat pasar tumpah buka lebih lama.
Yang mulai bingung mencari hiburan, bisa banget nih merapat ke arah timur kota Balikpapan.