Sedih rasanya, kalau anak-anak apalagi yang masih bayi, jatuh sakit. Rasanya ingin sekali memindahkan rasa sakitnya ke orang dewasa. Bukan tanpa alasan, anak-anak kerap kesulitan mengekspresikan rasa sakit yang dirasa. Jadi kalimat keinginan memindahkan rasa sakit adalah hal yang biasa aku dengar.
Tapi bagaimana saat orang dewasa yang sakit. Terutama mamanya. Duh! Yakin deh, langsung gonjang-ganjing itu rumah! Benar kan! Kan! Kan! Kan!
Eh gak juga sih ya. Kalau support system ada, pasti seorang ibu bisa “menikmati” rasa sakitnya. Ada bala bantuan yang akan siap saat dibutuhkan. Tapi lagi nih, aku yakin dengan sepenuh hati, meski support system sudah terbentuk, ketika seorang ibu jatuh sakit, di saat yang sama dia juga dilema. Karena otak dan hati para ibu, memang tidak bisa egois. Pasti ada sedikit bagian yang tetap memikirkan keluarganya.
Bagaimana ini, bagaimana itu, dan masih banyak lagi.
Beberapa pekan lalu, qadarullah aku jatuh sakit. Demam, muntah dan diare. Rasanya pengin sekali mengajukan surat cuti. Tapi bingung sendiri. Lah gimana mau cuti, kan aku direktur di rumah ini. Mau ajuin ke CEO alias suami, pasti dia akan menyerahkan lagi ke aku. Muter-muter aja kayak jalanan di Balikpapan, yang tembus ke sana dan ke sini.
Saat itu sempat terbesit untuk mengabaikan rasa sakit. Insya Allah nanti juga sembuh kok, pikirku saat itu. Kalau dinikmati, ntar siapa yang antar jemput Cinta sekolah, siapa yang ngurusin Rangga dan Bunga. Kalau Bunga rewel gimana. Di sisi lain, suara hati mengingatkan. Normal banget kalau aku sakit dan butuh istirahat. Bukannya tubuh perlu didengar? Bukankah kalau kita memaksakan diri, malah tambah berantakan. Bukankah Cinta bisa sekolah diantar papahnya. Bukankah nenek bisa membantu menyiapkan makanan buat anak-anak, yang masak di rumah juga nenek. Yang tidak bisa dibantu hanya menyusui Bunga. He-he.
Di saat kesadaran itu ada, akupun tidak memaksakan diri dan menikmati kesempatan yang ada. Menyadari kalau tubuh butuh istirahat, agar bisa kembali menjalani peran sebagai istri dan ibu.
Jadi ibu, saat sakit turunkanlah ekspetasimu. Percayalah semua bisa berjalan dengan semestinya. Terkadang kita harus menurunkan kecepatan, agar bisa kembali berlari dengan kencang.
Eh, tapi kita gak lagi balapan kan!