Jalan Tol Balikpapan Samarinda, Pemandangan Indah dari Kebun Sawit dan Hutan

Jalan tol adalah jalan yang dikenakan tol. Tol sendiri artinya tax on location, artinya biaya yang dikenakan saat menggunakan suatu jalan. Biasanya biaya tersebut digunakan untuk perawatan jalan tersebut. 

Di Indonesia, sejak tahun 2017, pembayaran tol sudah menggunakan uang elektronik. Untuk penetapan tarifnya tentu saja berbeda, tergantung golongan kendaraan yang melewatinya. 

Aku sih dulu mengira tol merupakan jalan bebas hambatan. Tapi nyatanya, di saat arus mudik jalan tol kerap ramai. Terutama di pintu tol ya. 

Pemandangan di area tol Balikpapan Samarinda

Menurut laman wikipedia, tol pertama di Indonesia pada tahun 1978, yaitu tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta, Bogor dan Ciawi.

Di Kalimantan Timur, jalan tol pertama adalah Jalan Tol Balikpapan- Samarinda atau disingkat Jalan Tol BalSam. Saat jalan tol ini mulai dibangun banyak sekali orang yang menyangsikannya. Apalagi ketika disingkat menjadi BalSam (Balikpapan – Samarinda) dan SamBal (Samarinda – Balikpapan). Makin menjadi-jadilah semua hujatan pada jalan tol ini. 

Panjang jalan Tol BalSam adalah 99,02 kilometer dan beroperasi sejak tahun 2019. Waktu yang sangat lama ya. Karena pada Januari 2011 proyek pembangunan tol Balikpapan Samarinda sudah diresmikan di Manggar, Balikpapan. Waktu jalan tol ini baru dibuka, pengguna kendaraan mobil bisa menggunakan tol secara gratis. Meski tol hanya sampai kota Samarinda, aku dan 

keluarga tidak mau melewatkan kesempatan. Kami melewati tol secara gratis menuju Kota Sangatta. 

Sebelum menuju pintu Tol di Samarinda, Tol BalSam juga ada pintu tol dari arah Samboja. Jadi ada 6 pintu tol yang bisa kita pilih. Tergantung dari mana kita datang. Ha-ha. Pintu-pintu tol tersebut antara lain Gerbang Tol Manggar Utama, Gerbang Tol Akses IKN (untuk pintu tol ini, sementara hanya diakses untuk kepentingan pemerintahan), Gerbang Tol Karang Joang, Gerbang Tol Samboja, Gerbang Tol Palaran dan Gerbang Tol Jembatan Mahkota 2. 

Jika pemandangan tol di pulau Jawa adalah gedung-gedung bertingkat atau rumah penduduk, jauh sekali perbedaannya dengan Tol Balsam. Saat memasuki pintu tol dari arah mana saja, kita sudah disuguhkan dengan pemandangan kebun sawit, lereng, hutan, sungai dan danau bekas tambang batu bara. Tidak ada rumah penduduk? Ada kok. tapi jaraknya cukup jauh. Jika ada perkampungan pun, sangat sedikit. 

Perbedaan paling mencolok lainnya adalah kondisi jalan tol yang cenderung sepi. Pernah terjadi kemacetan di pintu tol. Seingatku saat arus mudik lebaran. Tapi kemacetannya tidak separah di pulau Jawa. 

Semenjak ada tol BalSam, suamiku selalu memilih lewat jalan tol. Berbeda dengan adiknya, yang kalau tidak terburu-buru, akan memilih jalur hutan Bukit Suharto. Jujur saja, aku sangat merindukan suasana hutan Bukit Suharto. Tapi perjalanan yang singkat lewat jalan tol, jadi yang utama. Untuk tarif tolnya berbeda-beda. Harganya mulai dari Rp 16.000,- sampai Rp 293.000,-. 

Saat ini seluruh kendaraan alat berat dan bus antar kota, memilih lewat jalan tol. Selain cepat sampai, kondisi jalan juga jauh lebih aman daripada lewat Bukit Suharto. 

Oh iya, terdapat dua rest Area yang posisinya berseberangan di KM 36 dan KM 37. Rest area ini adalah tempat yang selalu diminta anak-anak untuk berhenti. Padahal perjalanan yang kami tempuh tidak terlalu jauh, tapi rest area sangat berkesan untuk mereka. 

Serunya dua malam lalu, dua buah truk membunyikan klakson telolet yang sampai saat ini disukai anak-anak. Yang heboh bukan hanya mereka, tapi juga aku, suami dan nenek. Karena selama kamu melewati jalan tol, baru kali ini kami mendengar klakson telolet secara langsung. 

Tinggalkan komentar