Bosan dengan novel percintaan? Atau suka dengan novel yang berbau sejarah? Novel “Pulang” karya Laila S Chudori patut dijadikan pilihan.
Novel ini membuatku kebingungan melihat batas dunia nyata dan fantasi. Rasanya seperti diajak teleportasi ke masa lalu. Buku ini menceritakan tentang Dimas Suryo, Nugroho, Hananto dan beberapa orang lainnya di masa lalu. Masa dimana Indonesia belum lama merdeka. Masa dimana, orde baru memulai kejayaannya.

Dimas Suryo adalah salah satu pusat tokohnya. Dimas salah seorang eksil politik Indonesia yang berada di Paris. Ia bertemu dengan gadis cantik asal Prancis bernama Vivienne. Dimas memutuskan menikah dan memiliki anak di Prancis. Meski membentuk sebuah keluarga, tapi ternyata Dimas masih merasa dirinya seorang petualang. Dan Indonesia adalah rumahnya. Dimas dan Nugroho bertahun-tahun tidak pulang ke Indonesia, karena visa mereka yang selalu ditolak. Mereka dianggap pengkhianat. Padahal Dimas, tidak tahu menahu soal kegiatan sahabatnya yang akrab dengan kubu PKI. Puluhan tahun jauh dari tanah air, selalu membayangi Dimas dengan perasaan bersalah. Karena keberangkatannya ke eropa, sebenarnya menggantikan Hananto. Dimas merasa jika saat itu ia memaksa untuk tidak ikut, maka Hananto akan selamat. Istri dan anak-anak Hananto akan jauh dari kata tersiksa. Tapi di sisi lain, jika bukan ia yang pergi, ia tidak akan bertemu dengan Vivienne dan memiliki anak secantika Lintang Utara.
Sebagai anak keturunan akademisi, wartawan dan aktivis, Lintang memiliki keuletan dan jalan pikiran yang sangat kritis. Di negara asalnya ia kerap aktif dalam kegiatan kemahasiswaan.
Saat berada di semester akhir, Lintang mencoba membuat video dokumenter mengenai sejarah 30 September. Namun, dosennya merasa apa yang dibuat Lintang tidak maksimal. Ia merekomendasikan Lintang untuk ke Indonesia, kampung halaman orangtuanya. Awalnya Lintang keberatan. Ia merasa asing, meski sejak kecil sudah terbiasa dengan budaya Indonesia.
Namun peluang menyelesaikan tugas akhirnya sangat kecil jika ia tidak menerima usulan dosennya. Lintangpun meminta izin kedua orangtuanya untuk menggali cerita di Indonesia. Petualangan Lintangpun di mulai.
Oleh ayah dan om-om Indonesianya, Lintang diberikan daftar nama orang-orang yang bisa ia wawancarai. Tidak mudah, karena korban-korban 30 September kebanyakan ingin menghapus tragedi kelam dalam benak mereka. Lintang beruntung, sepupu-sepupu dan anak teman-teman ayahnya banyak membantunya selama di Indonesia. Salah satunya adalah Alam, yang ternyata adalah anak dari Hananto, yang istrinya mantan pacar Dimas Suryo.
Lintang yang sudah memiliki kekasih bernama Nara, di Prancis ternyata mulai berada di persimpangan. Ia mulai jatuh cinta pada Alam, aktivis Indonesia yang selalu siaga menjaganya selama di Indonesia. Tapi ia juga dilema, kekasihnya juga anak keturunan Indonesia-Perancis. Lintang berusaha menyembunyikan kegundahannya. Tapi tanpa diceritakan, ternyata sang ayah bisa membaca dari semua surat-surat yang dikirim Lintang. Ayahnya menyuruh Lintang untuk memilih. Entah Nara atau Alam.
Duh, manusia yang hobinya romansa macam aku tuh penginnya teriak “Alam aja Lintaaaaaaaang!”. Sayangnya sampai akhir cerita aku tidak mengetahui siapa pilihan Lintang. Raaaaaawwww!
Buku ini ditulis memang berdasarkan tiga peristiwa bersejarah. Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968 dan Indonesia Mei 1998. Yang bikin aku merasa “jantungan” adalah kisah yang bersangkutan dengan 30 September, salah satu peristiwa berdarah yang terkenal di Indonesia. Aku ingat benar, saat masih sekolah dasar film 30S PKI adalah adalah salah satu film yang ditunggu teman-temanku. Aku? Tentu saja tidak. Karena pertama kali menonton dengan adegan darah yang sangat banyak membuatku takut. Apalagi filmnya selalu diputar tengah malam. Jadi kemungkinan untuk menonton lagi sangat kecil.
Judul Buku : Pulang
Pengarang : Leila S Chudori
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Halaman : 462
Harga Ebook di Gramedia Digital : Rp 129.000,-