Siapa nih yang naruh bawang di buku ini? Iyan adalah anak tengah dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Danan dan adiknya bernama Uan. Danan adalah anak kebanggaan kedua orangtuanya. Sedangkan Uan adalah anak kesayangan.
Bagaimana dengan Iyan? Iyan adalah beban keluarga. Semua yang dia lakukan selalu salah. Menurut kedua orang tuanya, Iyan selalu membuat ulah. Bahkan ketika sedang diam sekalipun.
Tak hanya apes di rumah, Iyan juga apes di sekolah. Di sekolah, ia selalu duduk sendirian. Tidak ada satupun teman yang mau berteman dengannya. Iyan semakin tersiksa. Tapi ia mencoba untuk tegar dan mencari cara agar kedua orang tuanya mau memperhatikan dan menyayanginya. Salah satunya dengan mengganggu adiknya si Uan.
Iyan sebenarnya menyayangi Uan, namun ia sering kali kesal saat dipaksa untuk bermain atau menjaga adiknya. Ditambah lagi, Uan termasuk anak yang gampang menangis. Maka setiap ia menangis, ayah dan bundanya akan langsung marah pada Iyan. Danan yang saat ini sudah kuliah hanya memiliki sedikit waktu di rumah. Iyan terpaksa menjadi pengganti Danan saat di rumah.
Untungnya, Danan selalu menyayangi Iyan. Di saat kedua orang tuanya selalu menyalahkan Iyan, si abang dengan sigap membelanya. Di tengah kesibukan berkuliah, Danan juga selalu mengorbankan kesenangannya. Ia memilih tidak menghabiskan waktu untuk nongkrong demi cepat pulang menjaga adik-adiknya.
Sejak halaman pertama, buku ini selalu menggambarkan kesedihan Iyan si anak tengah. Tapi siapa sangka, kalau ternyata mental Danan si anak pertama juga ditempa. Sebagai anak pertama ia dituntut untuk selalu sempurna.
Danan banyak dilarang memutuskan sesuatu. SMA dan jurusan kuliah merupakan pilihan orang tuanya. Saat Danan menyuarakan keinginan jurusannya, ayahnya menganggap jurusan yang Danan pilih tidak bagus.
Tidak hanya di rumah, keluarga besar Iyan juga sering tidak menganggap kehadirannya. Hanya Oma yang selalu bersikap adil pada cucu-cucunya.
Saat Uan sakit, ayah dan bunda hanya memperhatikan Uan. Sebaliknya, saat Iyan yang sakit, orang tuanya semakin memberikan bumbu bumbu omelan saat mengurusnya.
Suatu hari, Uan sakit dan harus dibawa ke dokter. Karena ayah dan bundanya sibuk bekerja, maka Omalah yang mengantarkan Uan ke UGD.
Iyan sejak sebelumnya memilih kabur ke rumah temannya. Sedangkan Danan memilih untuk menghabiskan waktu di coffee shop, sejenak untuk menenangkan pikiran. Ternyata di perjalanan ke UGD mobil yang dikendarai Oma kecelakaan. Oma dan Uan meninggal. Bunda dan ayah sangat terpukul. Tapi mereka mulai menyadari kalau mereka salah dalam mengurus anak-anaknya.
Apalagi di saat yang sama Iyan juga masuk RS karena sakit. Dokter yang merawat mengatakan kalau Iya. Bukan hanya sakit fisik, tapi juga mentalnya. Karena tidak ingin kehilangan anaknya lagi, sang bunda mencoba memperbaikinya.
Iyan awalnya menganggap ayah dan bundanya menyayanginya hanya sebagai pengganti Uan yang sudah meninggal. Padahal ayah dan bunda sungguh-sungguh menyadari kesalahannya. Puncaknya ketika Danan merasa tidak sanggup menyelesaikan perkuliahan di semester akhir ini. Ia ingin berhenti, tapi ayahnya melarang. Berbeda dengan sang bunda yang menyadari kesalahannya sepenuh hati. Si ayah masih separuh egois. Ia masih tidak mempercayai kalau Danan tidak menjalankan kuliah dengan baik.
Buku yang sejak awal bikin air mata menggenang ini mengingatkanku harus bersikap adil pada anak-anak. Jangan sampai sebagai orang tua aku mengorbankan perasaan anak-anak.
Judul : Iyan Bukan Anak Tengah
Penulis : Armaraher
Penyunting : Reghita Nabilla Shafira
Penyelaras AKhir : Felis Linda
Pendesain Sampul : Aghna Reida Alauna (Schaitze)
Illustrator isi : JC Grapich
Penata Letak : Reghita Nabila Shafira
Penerbit : Skuad