Relawan Harus Dari Hati

Apa pekerjaan yang ingin Anda lakukan tanpa bayaran?

Tidak banyak profesi yang tersirat di otakku saat pertanyaan ini muncul. Namun, satu hal yang muncul di daftar teratas adalah relawan. Apakah relawan sebuah profesi? Sependek yang aku pahami, menjadi relawan tidak boleh dilakukan karena uang atau bayaran. Karena kebanyakan relawan yang aku temui, lebih ingin melakukan kebaikan atas dasar kemanusiaan. 

Menjadi seorang relawan harus berasal dari hati. Menjadi relawan artinya mengerjakan misi kemanusiaan. Sayangnya masih banyak yang menyalahgunakannya. 

Saat masih aktif di komunitas, banyak teman yang bekerja sukarela. Bahkan rela memberikan waktu, tenaga serta uang agar kegiatan di komunitas bisa berjalan lancar. 

“Kita boleh bekerja dengan sukarela. Tapi ingat, jangan sampai jadi bumerang. Tetap harus profesional. Jika ada akomodasi yang harus disiapkan, laporkan saja. Terima dulu. Kalau nanti ingin disumbangkan lagi, ya tidak masalah,” kata salah satu teman yang sudah senior. 

Awalnya aku bingung, kenapa seperti itu. Ternyata pernah ada kejadian di mana sang istri yang sudah menjadi relawan cukup lama. Sang istri tidak pernah merasa kegiatan ini menjadi sebuah beban. Tapi ternyata buat suaminya waktu dan tenaga yang diberikan sang istri adalah salah satu donasi yang cukup. Jangan lagi ditambah dengan biaya pribadi yang dikeluarkan. 

Hal tersebut tentu saja tidak salah. Namun memang, menjadi seorang relawan juga harus didukung oleh keluarga besar. Menjiwai saja tidak akan cukup. 

Menurutku akan sulit rasanya jika menjalankan sebuah profesi di bidang kemanusiaan jika mengandalkan bayaran. 

Bagaimana jika bekerja magang? Yang biasa dilakukan murid-murid SMK atau mahasiswa semester akhir yang akan menyelesaikan tugas akhirnya? Dulu saat awal aku mulai magang, tidak ada sama sekali kepikiran atau pembicaraan akan dibayar. “Ya, namanya magang, gak bisa jadi patokan ya de,” kata senior di kantor waktu itu. 

Seniorku kasihan dengan ketiga anak magangnya, setiap awal pekan kami dibayar dengan makan ayam tepung yang saat ini tidak pernah kubeli lagi.Ha-ha. 

Mana dulu itu ada promo beli 1 gratis 1 untuk menu sayap ayam, nasi dan minuman yang serba mini itu. Karena kami masih polos, traktiran itu sudah cukup membahagiakan. Padahal kalau dipikir-pikir, malah kami yang keluar banyak modal untuk magang di sana. Ha-ha. 

Tapi aku tidak pernah menyesalinya. Ada banyak sekali pelajaran yang aku temukan selama magang, bekerja dengan kontrak hingga menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut. Dan berjalan seiringnya waktu, karyawan magang di sana tidak lagi bekerja cuma-cuma. Memang tidak seperti penghasilan karyawan resmi. Tapi cukuplah buat nongkrong sambil ngopi. Asal bukan di tempat yang elit. He-he. 

Tinggalkan komentar