Setelah mantan Presiden Jokowi mengumumkan akan memindahkan Ibu Kota Negara ke Pulau Kalimantan, ada banyak sekali pro dan kontra yang muncul. Namun, kali ini kesampingkan dulu pro dan kontranya.
Aku salah satu warga Kalimantan, yang belum lama berkunjung ke Ibu Kota Nusantara. Kok baru sekarang? Selain belum menemukan waktu yang tepat, ada banyak pertimbangan. Salah satunya keinginan kami sekeluarga menginap di sana. Bukan sekadar datang lalu pulang.

Dari postingan banyak teman-teman di media sosial, kebanyakan memang memilih untuk datang dan pulang. Tidak menginap. Boleh jadi karena di kawasan Ibu Kota Negara alias IKN, baru ada dua hotel yang belum lama ini bisa digunakan. Itupun belum opening, baru grand opening. Di luar kawasan IKN, tentu saja ada banyak hotel dan penginapan yang bisa dijadikan pilihan. Tergantung budget dan keinginan.
Aku berangkat dari Balikpapan pukul 14.00 WITA. Kami memilih pergi melalui Jl Soekarno Hatta KM 38. Menurut keterangan suami, jika ke IKN rute jalan darat adalah yang tercepat. Selain itu, kami juga ingin bertemu dengan monyet-monyet liar yang hidup di kawasan KM 38. Meski selalu berujung heboh dan ketakutan, memberi makan monyet-monyet liar ini sangat seru. Ha-ha. Oh iya, kami memilih rute ini, karena juga berencana untuk menginap di kawasan Penajam Paser Utara. Jadi arah pulang akan lebih dekat lagi.
Karena jalan-jalan ini kelewat santai, kami sampai di IKN pukul 16.30. Begitu sampai kami di arah pintu masuk, sudah banyak petugas keamanan yang berjaga. Tidak hanya Sekuriti, tapi juga Polisi dan TNI.
Kami ditanya apakah ada kepentingan khusus, sehingga berkunjung ke IKN di malam hari. Kawasan IKN ditutup pukul 17.00. Jadi belum bebas keluar masuk ya. Karena kami menginap di Qubika Hotel, kami boleh masuk. Tapi masih harus menunggu jemputan dari staff hotel. Kenapa harus dijemput? Jalan menuju Qubika Hotel sedang dicor, maka kami harus berputar-putar menuju hotel. Jika tidak diarahkan, bisa-bisa kami menyasar. Ha-ha.

“Kalau datang minggu depan, jalan menuju hotel dan mana saja sudah bagus nih pak,” kata salah satu staff.

Keuntungan kami menginap di Qubika adalah kami bisa berjalan-jalan di kawasan IKN tanpa larangan. Namun, peraturan di IKN kendraaan dilarang masuk. Hanya kendaraan para pekerja yang boleh lewat. Itupun tidak bisa melewati kawasan Istana Negara. Jadi kebanyakan pekerja kantorannya memilih jalan kaki untuk pulang pergi kerja. Sedangkan pekerja lapangan, jika harus naik kendaraan mereka akan beramai-ramai. Untuk pengunjung seperti aku dan keluarga, ada bus listrik gratis yang disediakan dari parkiran mobil menuju shuttle dekat Istana negara. Seperti jam kunjungan, shuttle bis hanya beroperasi sampai pukul 17.00 saja.
Jalan-jalan di kawasan IKN saat malam hari cukup seru. Meski sebenarnya belum banyak destinasi yang bisa kita lihat. Aku bahkan hanya mau berkunjung ke Taman Kusuma Bangsa, Istana Negara, taman depan Istana dan Excelso. Ha-ha.

Di malam hari, suhunya sangat sejuk. Meski pohon-pohon cukup jauh dari kawasan. Sebaliknya, saat siang hari suhunya sangat panas. Balikpapan panas, IKN jauh lebih panas. Alhamdulillah kami gak lupa bawa topi dan payung.
Jalan-jalan di IKN rasanya seperti jalan-jalan ke museum di Jatim Park. Hanya saja ini di kawasan luarnya.
Satu hal yang paling aku kagumi, trotoar untuk pejalan kaki sangat luas. Bahkan bisa untuk satu kendaraan mobil. Selain trotoar pejalan kaki, juga ada jalan khusus untuk sepeda. Jadi ada tiga lajur yang disediakan. Untuk pejalan kaki, sepeda dan kendaraan bermotor.

Satu-satunya hal yang bikin kami ingin menyerah hanya sengatan matahari yang rasanya sejengkal dari kepala.
Karena minimnya destinasi yang bisa dilihat, ke IKN memang cocoknya dikunjungi sebentar saja. Oh iya, di sini masih minim sekali warung makan. Kebanyakan orang memilih makan berat di excelso atau keluar dari IKN sekalian.
Masih mau berkunjung ke IKN? Sebentar, kami pikir-pikir dulu. He-he