Pemancingan Grand Widuri Samboja, Luas dan Banyak Fasilitas

Sebagai keluarga yang hobinya memancing, Balikpapan adalah surganya. Bagaimana tidak, tempat pemancingan begitu mudah ditemukan. Tinggal menyesuaikan lokasi, budget dan ikan yang diinginkan. 

Meski banyak tempat pemancingan, aku dan keluarga tidak selalu mencari yang baru. Kebanyakan menyesuaikan dengan jarak yang tidak begitu jauh dari rumah dan tentu jenis ikan yang diinginkan suami. Sebenarnya sih, rata-rata kolam pemancingan selalu memiliki ikan nila, patin dan lele. 

Pemandangan di Pemancingan Grand Widuri. Bukan hanya memancing, tapi juga healing.

Pemancingan Grand Widuri, yang sebelumnya bernama Pemancingan Widuri, adalah salah satu pemancingan yang cukup terkenal. Dari rumah, pemancingan ini harus aku tempuh sejauh 42 km. Jaraknya yang lumayan jauh ini, membuat suami tidak tertarik untuk mencobanya. Kami memang lebih sering memancing di kawasan Soekarno Hatta dan sekitarnya.

Karena ada agenda ke Asrama Haji di Batakan, maka suami berencana sekalian memancing di kawasan Manggar dan sekitarnya. Grand Widuri belum menjadi pilihan. Namun karena tempat pemancingan yang dituju ternyata sudah tidak beroperasi lagi, maka Grand Widuri jadi tujuan. 

Dari pinggir jalan raya, pemancingan ini tidak terlihat sama sekali. Hanya ada baliho dengan tulisan Grand Widuri. Jalan masuknya masih tanah bebatuan. Tapi tenang saja, kalau hujan turun aku yakin tidak akan sampai becek. Batu-batunya cukup banyak dan padat. Dari pinggir jalan ke tempat parkiran kurang lebih berjarak 300 meter (dihitung pakai mata batin, ha-ha). 

Tak usah diragukan lagi soal lahan parkir. Muat banyak.

Saat menuju parkirannya, kami dibuat kagum dengan lingkungannya yang cukup asri. Hamparan rumput hijau dan pepohonan menyambut kami. Untuk memancing kami diharuskan melewati pintu loket. Satu orang dikenai tiket masuk seharga Rp 15.000,-. Nantinya ada tiket dari kertas dilaminating yang harus kamu masukan ke dalam box di pintu masuknya. 

Selanjutnya kami masih harus deposit sebesar Rp 50.000,- untuk mendapatkan pinjaman jaring ikan. Jaring ikan dibebankan biaya Rp 5.000,-. 

Ada Banyak Kolam 

Kolam ikan di Grand Widuri bukan hanya banyak. Tapi juga luas. Kebangetan sih luasnya. He-he. Meski kami datang di hari Minggu dan agak banyak yang memancing, banyak spot bangku yang bisa digunakan. 

Kakak dan adik yang punya hobi sama.

Tersedia Rumah Makan 

Ingin langsung menikmati ikan hasil pancingan? Tentu saja di sini juga bisa disantap langsung. Menurut keterangan mbak di kasir, pemesanan makanan baik hasil pancingan sendiri atau memesan di rumah makannya hanya sampai pukul 6 sore. Sedangkan memancing masih bisa dilakukan sampai pukul 7 malam. Rumah makannya lumayan luas. Kabarnya sering dilakukan gathering perusahaan di sini. 

Makan ikan hasil pancingan sendiri? Bisa dong!

Banyak Fasilitas

Salah satu nilai plus lainnya dari pemancingan Grand Widuri adalah disediakannya mushola yang cukup luas dan bersih. Untuk toilet juga lumayan banyak dan bersih.  Meski air agak keruh, tapi tidak berbau. 

Ada juga penyewaan sepeda listrik dan ATV. Karena kami berkunjung hampir mendekati waktu tutup, kami mendapat kelonggaran di durasi peminjaman. Aku, Cinta, Cicah dan Bunga yang tidak ikut memancing tentu lebih memilih menikmati suasana sore di sekitar kolam pemancingan. Penyewaan sepeda listrik dan lainnya dikenakan biaya mulai Rp 15.000,-. 

Perahu bebek juga terlihat. Namun saat aku datang, perahu-perahu ini sedang parkir di daratan. 

Villa Kecil, Sedang atau Besar

Di sekeliling kolam juga banyak tersedia villa. Harganya bervariasi mulai dari 200 ribu sampai 2 juta rupiah. Villa yang paling baru, paling besar dan terlihat estetik dari luar, harganya mulai dari 700 ribu rupiah. Villa 200 ribu hanya ada kasur dan kipas angin. Sedangkan villa di atas 400 ribu sudah mendapatkan AC. 

Oh iya, dibagian ujung ada kolam dangkal. Aku tidak tahu digunakan untuk apa kolam tersebut. 

Banyak villa yang bisa dijadikan pilihan

Minusnya?

Menurutku pribadi hal yang minus dari Pemancingan Grand Widuri bukan pada pelayanan tapi larangan membawa tumbler dari luar. Jujur saja, itu sangat konyol! Alasannya karena mereka menjual minuman. Kami harus mengosongkan tumbler agar tumbler ini bisa dibawa masuk. Padahal tumbler yang kami bawa tidak sebanding dengan jumlah orang yang membayar tiket masuk. Dan sudah bisa dipastikan bahwa  kami akan kekurangan minum. Tumbler yang kubawa dipenuhi oleh es batu. 

Baru ini aku dilarang membawa tumbler minuman air putih di suatu tempat. Ha-ha. Padahal ke bioskop saja, aku diizinkan membawa tumbler air putih. 

Apakah akan kembali? 

Mungkin. Tapi bukan jadi pilihan utama, karena jaraknya yang sangat jauh.  

Tinggalkan komentar