Review Novel 1890 – Ayu Dewi, Sejarah Masa Lalu yang Saling Bertautan

Bagaimana bisa penjajah yang menyengsarakan banyak orang, tapi dibantu oleh pribumi? Itulah yang kerap kali terlintas di kepalaku saat membaca sebuah sejarah atau kisah di masa penjajahan. 

Apalagi sejak sekolah dasar aku selalu membaca, jika dulu perempuan selalu dijauhkan dari pendidikan. Bahkan membaca dan menulis pun tidak diizinkan. Para penjajah khawatir, jika perempuan bisa membaca dan menulis maka akan semakin banyak pemberontakan. Hanya sedikit perempuan di masa penjajahan yang dihargai. Kebanyakan hanya dipandang sebagai alat semata.

Novel 1890 mengangkat cerita dengan latar belakang tahun 1890. Tahun di mana penjajahan masih berlangsung di Indonesia. Dan seperti biasa, setiap membaca novel dengan latar belakang sejarah Indonesia, aku selalu merasa cerita ini adalah kejadian nyata. Sungguh tipis batas imajinasi dan kenyataan untukku. Ha-ha. 

Pamungkas adalah seorang keturunan ningrat Jawa. Meski keturunan ningrat, Pamungkas selalu hormat pada orang-orang di sekitarnya. Ibu dan ayahnya mengajarkan untuk selalu peka terhadap lingkungannya. Keluarga mereka tidak terkenal kaya raya, tapi juga baik hati. Keluarga yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga warga desa tempat mereka tinggal.

Sayangnya kebaikan hati itulah yang disalahgunakan oleh orang-orang licik. Namun di antara banyak orang licik ini, ada satu orang yang terpaksa berbuat jahat. Jika tidak dilakukan, keluarganya akan terancam. Kelicikan inilah yang membuat kehidupan Pamungkas seketika berubah. Pam menyimpan dendam. Keinginan Pam untuk balas dendam dan profesinya sebagai seorang wartawan, ternyata memberinya keuntungan tersendiri. Ia bisa mendapatkan fakta dari banyak pihak. Pam harus berada di tengah-tengah, agar bisa menilai secara objektif. Tanpa Pam sadari masa lalu dan masa kininya saling tertaut. Ia tidak menyadari kalau takdir yang ia lalui mengarah ke satu muara. Pam dilema, apakah memilih membalaskan dendam ataukah memelihara rasa cintanya. 

Dengan 281 halaman, sejak awal dan akhir cerita kita seakan dibawa ke masa lalu. Menceritakan bagaimana keadaan dan keindahan pertanian Indonesia di masa lalu. Dan bagaimana seorang ningrat yang selalu dikelilingi abdi yang setia. 

Tinggalkan komentar