Review Buku : Bangun Lagi Dong Lupus – Hilman

Bangun Lagi Dong Lupus
Bangun Lagi Dong Lupus

Ah, ternyata sudah tanggal 13 Oktober aja.  Meski belum berantakan, blog ini sudah lumayan berdebu. Penghuninya masih (sok) sibuk dengan beberapa agenda. Apalagi kalau bukan masak, nyuci baju, dan beres-beres rumah. Sibuk sekali bukan ? (kemudian ditimpuk baju kotor).

Di tengah kesibukan yang melanda. Saya menyempatkan diri untuk merapikan kotak-kotak yang berisi buku-buku. Sudah lebih dari satu tahun pindah rumah, masih banyak barang-barang di dalam kotak-kotak yang belum saya letakkan pada tempatnya. Ada tiga kotak buku yang saya buka dengan harapan, isinya bisa saya hibahkan. Jadi kotak-kotak tersebut bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Bukannya sedih, saya malah bahagia setengah mati karena ternyata kotak-kotak tersebut berisikan beberapa novel dan buku penting (baca : kamus bahasa indonesia dan inggis).

Oke, saya sudah cukup bertele-tele. Di antara novel yang saya temukan berjudul “Bangun Lagi Dong Lupus”. Novel ini cukup menyuntikkan semangat saya yang mulai kendur karena malas beres-beres. Bagaimana tidak, karya Hilman selalu mampu membuat saya tertawa terbahak-bahak. Selalu ada kekonyolan. Ketika sudah mulai serius membaca, selalu diakhiri dengan canda tawa. Menurut saya, ini merupakan salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. Saya mengenal Lupus sejak kelas 4 SD. Kebetulan saat SD, saya tinggal di dekat dengan perpustakaan. Seminggu tiga kali adalah agenda rutin saya ke perpustakaan. Ah, rindunya. Kegiatan yang saya lakukan sampai lulus SMP. Saat SMA, bukannya tidak mau ke perpustakaan lagi. Tapi perpustakaannya tutup lantaran peminat bacanya sedikit. Bisa dihitung jari, termasuk dengan saya.

Kembali ke novel Bangun Lagi Dong Lupus kali ini menceritakan tentang pengalaman Lupus yang menolong teman-teman barunya di SMA Merah Putih. Buku ini menceritakan bagian yang nggak pernah diceritain pada buku Lupus yang lain. Yaitu bagaimana Lupus bertemu dengan Boim, Gusur, dan Anto, serta bagaimana asal muasal cintanya dengan Poppy.

Judul : Bangun Lagi Dong Lupus

Penulis : Hilman

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : 2013

 

Review Buku : Sabtu Bersama Bapak – Adhitya Mulya

“Menjadi panutan adalah tugas orangtua- untuk semua anaknya”

Bagi saya (dan mungkin sebagian orang) sosok bapak adalah sosok yang kaku. Ya, bapak saya memang bukan sosok yang romantis dan puitis. Tak perlu pada saya anaknya, pada ibu saya pun, bapak boleh dibilang agak kaku. Namun, itu bukan masalah. Bapak (dan kebanyakan bapak yang lain) pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saya bersyukur menduplikasi kecintaan bapak terhadap buku. Hobi yang menurut ibu saya agak “menjengkelkan”. Bagaimana tidak, jika sedang membaca saya kerap lupa lingkungan, ha-ha. Maafkan anakmu bu >.<

Buku Sabtu Bersama Bapak sebenarnya sudah masuk dalam daftar belanja buku yang saya inginkan. Saking banyaknya buku yang saya inginkan, saya sampai bingung mana yang harus saya prioritaskan. Kebetulan, saat ke toko buku saya melihat buku yang ditulis Adhitya Mulya ini berada didekat kasir. Pilihan saya membeli buku ini tidak salah. Saya baru mulai membaca buku ini selepas magrib dan berhasil menuntaskannya pukul 01.18 WITA.

Buku ini menceritakan tentang pemuda yang belajar mencari cinta. Pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tak hanya itu, di sini juga diceritakan bagaimana sosok ibu yang membesarkan kedua anaknya dengan penuh kasih, tanpa didampingi suaminya. Meski tanpa suami, si istri dan anak-anak tidak kehilangan sosok dan kasih sayang sang bapak. Si bapak meninggalkan banyak pesan untuk anak-anaknya hingga dewasa nanti.

Dalam buku ini ada tiga tokoh yang diceritakan, menurut sudut pandang mereka. Kita akan meloncat dari satu cerita ke cerita berikutnya yang belum tentu saling berhubungan. Namun, tidak mengurangi sedikitpun pesan yang disuguhkan dalam cerita. Ketiga tokoh tersebut adah si Ibu, kakak pertama -Satya-, dan adiknya -Cakra-. Mata saya kerap berair saat membaca buku ini. Bukan karena saya membacanya saat malam dan dengan posisi tiduran, tapi memang ceritanya cukup mengharukan. Saya pun ikut dibuat rindu pada sosok Bapak. Meski banyak cerita mengharukan, banyak lelucon yang diselipkan. Emosi saya pun ikut naik turun. Sebentar sedih, sebentar tertawa ngakak. Mungkin itu yang membuat ibu saya sering jengkel melihat anaknya membaca buku. Anaknya terlihat agak kurang waras. >.<

Membacanya, membantu saya merencanakan mau seperti apakah saya dan (calon) suami saya nanti. Pesan Bapak dalam buku ini, selalu buat rencana dengan matang. Bukan hanya bertanggung jawab pada kehidupan istri dan anak-anaknya, tapi bapak juga menekankan untuk bertanggung jawab pada kebahagian keluarganya. Oh iya, kenapa judulnya Sabtu Bersama Bapak? Boleh jadi, karena di dalam cerita istri dan anak-anaknya selalu memiliki agenda rutin setiap Sabtu, menonton video Bapak saat masih hidup. Setiap Sabtu, video yang ditampilkan selalu berbeda. Bahkan, tak jarang video khusus ditampilkan saat anaknya ulang tahun dan akan menikah.

Saya rasa, para lelaki wajib membaca buku ini (semaunya). Ya, karena memang diperuntukkan bagi para laki-laki yang akan dan sudah menikah. Tapi bukan berarti saya dan perempuan lain tak bisa menikmati buku ini.

Saya sendiri banyak mengaris bawahi kalimat-kalimat di buku ini, di antaranya “Menjadi panutan adalah tugas orangtua- untuk semua anaknya” dan “Waktu dulu kita jadi anak, kita gak nyusahin orangtua. Nanti kita sudah tua, kita gak nyusahin anak”

Judul : Sabtu Bersama Bapak

Penulis : Adhitya Mulya

Penerbit : GagasMedia

Cetakan : I, 2014

XIII, 2015

Review Buku : Tarik dan Temukan – Watiek Ideo 

 

 Selain menciptakan moment spesial bersama anak, mendongeng juga memberikan banyak manfaat. Anak, bisa belajar sambil bermain. Jika perasaan bahagia, anak akan lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan. Lanjutkan membaca “Review Buku : Tarik dan Temukan – Watiek Ideo “

Review Buku : Cerita Tanpa Kata-Kata – Watiek Ideo  

  
Yipiiiii, buku cerita karya Watiek Ideo udah diterima dengan perasaan bahagia. Selain buku dengan beberapa seri, masing-masing paket buku ini berhadiah kaos kece. Sementara, baju-baju itu dipakai kakak Nindy dan kakak Icah. “Bajunya tolong dijaga ya kak. Jadi, anak-anak mami nanti bisa pakai baju-baju ini 😆,” pesan saya.  Lanjutkan membaca “Review Buku : Cerita Tanpa Kata-Kata – Watiek Ideo  “

Review Buku : Tentang Anak – Joko Dwinanto 

“Bagi anak, sentuhan orangtua punya arti yang jauh lebih besar dibandingkan kata-kata” -tentanganak-

  
Entah kenapa, beberapa minggu ini mood ngereview buku kurang bagus. Padahal, udah beberapa buku dibaca. Tapi, mood buat ngeblog masih belum juga muncul. (Emang ada yang peduli? 😆) . Mungkin saya lelah, stress dan butuh liburan (alasan banget 😛).  Lanjutkan membaca “Review Buku : Tentang Anak – Joko Dwinanto “

Review Buku : Apa Itu Homeschooling – Sumardiono 

“Secara umum, guru terbaik atau pengasuh tidak dapat menyamai orangtua bahkan orangtua dengan pendidikan dan pengalaman yang biasa-biasa saja”

Tak sedikit dari kita, saat mendengar tentang pendidikan, gambaran muncul dibenak kita adalah sekolah. Jika ingin menempuh pendidikan, berarti harus sekolah. Kalau tidak bersekolah, berarti tidak berpendidikan. Kurang lebih seperti itu mindset yang biasa kita jumpai.

Padahal, sekolah adalah salah satu jalan untuk mendapatkan pendidikan, tetapi pendidikan itu sendiri tak hanya sekolah. Ada banyak cara lain, untuk menempuh pendidikan.

Buku yang ditulis Sumardiono ini berisikan gagasan-gagasan Homeschooling. Kekhawatiran banyak orangtua soal ijazah anak yang tidak bersekolah, bagaimana materi pendidikannya dan masih banyak lagi. Mulai bab pertama hingga selanjutnya, saling berkaitan.

Homeschooling, menurut Sumardiono, dibangun berdasarkan nilai-nilai kebebasan bertanggung jawab pada orangtua atas arah pendidikan anak-anaknya.

Asumsi dasarnya, setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpi terbaiknya (termasuk dalam hal pendidikan). Menurut saya inilah yang menjadi penentu selanjutnya. Mengapa kita harus menentukan pendidikan anak-anak kita sendiri?

Homeschooling merupakan model pendidikan saat keluarga memilih menyelenggarakan sendiri dan bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Hak dasarnya, tentu saja bersikap kritis terhadap definisi dan sistem eksternal yang ditawarkan keluarga.

Homeschooling sendiri adalah pendidikan berbasis keluarga yang masuk dalam jalur pendidikan informal.

Dengan memandang homeschooling sebagai sebuah kesempatan untuk melihat pendidikan dengan cara yang berbeda dari sekolah, tantangan besar dalam proses ini adalah menyiapkan kita menjadi individu dan keluarga pembelajar.

Hampir dari kebanyakan kita, tumbuh dan dibesarkan dalam sistem sekolah. Kita sering terpasung mempelajari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan cara-cara yang dilakukan di sekolah. Hal itu sering membuat kita menganggap anak yang sedang sibuk dengan hobinya sebagai sebuah proses belajar. Kita baru merasa lega, kalau anak belajar matematika atau mata pelajaran lainnya. Dibandingkan kalau anak asyik mengutak atik komputer atau membuat prakarya yang ia sukai.

Tantangan terbesar homeschooling adalah kesiapan untuk membuka diri dan selalu belajar.

Keluarga homeschooling, kata Sumardiono, adalah praktisi. Bukan pengamat. Hal itu tidak lepas dari kesadaran bahwa orangtua adalah guru pertama dan utama.

Dalam buku ini, terdapat pula kutipan dari Dr Raymond Moore, seorang peneliti sekaligus penulis buku Better Late than Early

“Secara umum, guru terbaik atau pengasuh tidak dapat menyamai orangtua bahkan orangtua dengan pendidikan dan pengalaman yang biasa-biasa saja”

Perhatian dan cinta orangtua kepada anak tidak bisa digantikan oleh sistem dan ahli manapun. Walaupun ada kasus-kasus saar orangtua bersikap buruk kepada anak, peristiwa semacam itu hanyalah sebuah pengecualian. Bukan hal umum yang terjadi kepada orangtua. Sayangnya,potensi orangtua sebagai pendidik pertama dan utama sering tidak dianggap.

Secara umum, orangtua merupakan guru terbaik bagi ananya. CInta, perhatian, kerja keras, keinginan berhasil yang dimiliki orangtua adalah energi besar yang sangay berperan penting dalam keberhasilan pendidikan anak.

 

Review Buku : Cinta Akan Menemukan Jalannya Sendiri

Labirin Rasa

“Kayla, cinta itu membahagiakan. Namun jika sudah mulai menjadi beban, leppaskan jika harus melepaskan. Beri waktu. Beri ruang untuk cinta untuk cinta dapat bertumbuh alami hingga ia bisa mengambil keputusan. Karena cinta tak boleh dipaksaka. Ia bebas di hati setiap orang tanpa bisa diatur”  Lanjutkan membaca “Review Buku : Cinta Akan Menemukan Jalannya Sendiri”

Review Buku : Kalau Jodoh, Tak Akan Kemana-mana

Cinta Suci Zahrana – Habiburrahman El Shirazy 

 

 

Dalam Islam, menikah adalah satu di antara tiga perkara yang disunnahkan oleh Rasulullah untuk disegerakan. Novel ini menceritakan tentang sosok Zahrana yang menunda-nunda pernikahan. Ia lebih memilih mendahulukan pendidikannya ketimbang menikah. Lanjutkan membaca “Review Buku : Kalau Jodoh, Tak Akan Kemana-mana”

Review Buku : Dekapan Kematian

Saat Belahan Jiwa Pergi Meninggalkanmu 

“Ditinggal oleh orang yang dicintai menciptakan sebuah ruangan kosong di relung hati. Hampa. Hidup terasa tak berarti tanpa mereka, lalu yang ditinggal mati pun menjadi hamba Allah yang tak berdaya. Tentu itu dibenarkan selama kesedihan itu tak berkepanjangan” Lanjutkan membaca “Review Buku : Dekapan Kematian”

Review Buku : Rumah Tangga – Fahd Pahdepie

“Kelak, janganlah bercita-cita akan membelikan rumah untuk istrimu, bercita-citalah untuk tinggal bersama dan hidup berbahagia dengannya, selama-lamanya,”

Jangan berdoa ingin membelikan kendaraan mewah untuk anak-anakmu, berdoalah agar kalian bisa pergi bersama-sama bertamasya, atau berbelanja dengan bahagia,” Lanjutkan membaca “Review Buku : Rumah Tangga – Fahd Pahdepie”