Tangga Seribu

20 tahun lalu

“Ayo, ngger embah anter pulang,” ajak embah membuyarkan konsentrasiku membaca komik favoritku, Detective COnan.

“Hah,” aku melongo. “Naik apa? Embah kan gak bisa bawa motor?” batinku.

“Jalan kaki. Sekalian olahraga,” jawab embah seakan tahu kebingungan cucunya.

Akupun segera beranjak ke dalam rumah, mengambil tas sekolahku. Lumayan berat. Jarak rumah dan sekolahku lumayan jauh. Kurang lebih 4 km, jika melewati jalur normal. Jika memotong jalan, jaraknya bisa berkurang 1 km. Hanya saja, kami harus rela wajah diterpa debu-debu jalanan. Jalannya lumayan lebar, tapi masih tanah dan dilewati truk-truk besar. Jadi kalau musim hujan tiba, rasanya seperti offroad. Bapak, tidak pernah mengajakku lewat jalan memotong. Yang sering melakukan adalah pamanku. “Biar gk bosan,” kata paman.

Lanjutkan membaca “Tangga Seribu”

Jam Tangan

Ndi, mami punya jam tangan yang gk dipakai tuh. Kamu gk mau kah,” kata Nenek pada cucu pertama perempuannya.

“Gak ah. Gak suka,” jawabnya Nindy sambil menikmati kentang goreng yang tidak digoreng.

“Kenapa? Masih bagus kok. Modelnya juga masih anak muda,” kata Nenek lagi sedikit memaksa.

“Kakak gk suka pake gelang-gelang nek,” jawabnya.

“Padahal pake jam itu bagus. Kamu jadi tau kapana harus mengerjakan ini dan itu. Orang yang pakai jam, juga lebib menghargai waktu,” tambah nenek meyakinkan. “Lihat tuh mami. Dari kecil, dari SD kelas 1 dia gk pernah gk pake jam kalau keluar rumah. Padahal dulu, dia gk bisa baca jam,”

Lanjutkan membaca “Jam Tangan”

It’s My Dream, Mas !

It’s my dream mas, not her!

Belakangan, publik diramaikan dengan serial layangan putus. Serial yang diadaptasi dari sebuah novel. Aku sendiri membaca cerita layangan putus lewat FBG, cukup lama. Awalnya juga tidak tahu. Gara-gara, Mbak Ika yang sudah duluan membaca, menceritakannya ke aku.

“Seru de. Dari kisah nyata. Keren banget. Aku rasanya pengin ngamuk ke lakinya,” cerita mbak Ika dulu. Karena penasaran, akupun ikut mencarinya. Kubaca cerita demi cerita. Aku sedikit terhanyut dalam ceritanya. Ikut kesal. Tapi tidak sampai mendarah daging.

Lanjutkan membaca “It’s My Dream, Mas !”

Sebentar Lagi Sekolah

Anak-anak sekolah sudah pada masuk ya? Gimana ibu-ibu apa sudah mulai waras?

Tulisan tersebut muncul di status sosial media salah seorang teman. Rumahku yang tidak jauh dari Sekolah Dasar, memang sudah mulai ramai di pagi hari dan menjelang siang. Sependek yang aku tahu, jam belajar mereka masih belum normal seperti dulu. Errr, atau ini jam belajar new normal ya?

Lanjutkan membaca “Sebentar Lagi Sekolah”

Outer WISE by ArtaCraft

Enak ya, tinggal foto, posting, udah deh nanti ada yang endorse. Hmmmm, mungkin masih ada yang berpikir seperti itu. Tapi dibalik foto-foto yang bagus, pasti ada kerja keras yang luar biasa. Belum lagi, kalau seseorang sudah fokus sebagai content creator. Aku yakin, mereka juga pasti pusing saat ide tidak muncul juga.

Lanjutkan membaca “Outer WISE by ArtaCraft”

Sakit

“De, Cinta nih, badannya panas,” kata ibu. Aku terkejut. Karena malam ini, Cinta rencananya menginap di kamar nenek. Kupegang kening Cinta, wah kalau termotangan lumayan nih. Penginnya langsung kasih obat penurun panas. Segera kuambil termometer di laci lemari. 37,1 derajat. Masih belum perlu obat.

Lanjutkan membaca “Sakit”

Jangan Memaksa

“Jangan pernah memaksakan sepatu orang lain pada kaki kita. Begitu juga sebaliknya. Karena meski ukurannya sama, belum tentu nyaman kita pakai”

Pernah dengar kalimat seperti itu? Mungkin sering. Kalimat itu, salah satu kalimat yang bisa jadi pengingatku. Untuk tidak memasakan sesuatu pada keluargaku. Sering kali, rumput tetangga lebih hijau dari rumah kita. Tapi belum tentu rumah kita butuh rumput hijau 😆.

Lanjutkan membaca “Jangan Memaksa”

Sibuk

Sibuk. Terdengar biasa ya? Tapi pernahkah menyadari kalau kata sibuk sering dijadikan alasan menghindari sesuatu. Err, apa mungkin cuma aku yang begitu. He-he. Tahun 2011an adalah tahun di mana aku menemukan sesuatu yang baru. Aktivitasku tadinya hanya kuliah, pulang, dan sesekali nongkrong. Ketika mengenal dunia kerja, semua kegiatan ingin dicoba. Liputan sana, liputan sini. Kalau satu hari itu punya banyak list liputan, rasanya bahagia sekali. Aku merasa sangat produktif. Bahkan, sampai-sampai aku mengabaikan hari liburku, demi mengisi halaman yang ku asuh.

Lanjutkan membaca “Sibuk”

Stop Membagikan Gambar Korban Kecelakaan

Kejadiannya terjadi pada pagi hari, pukul 06.15. Dengan cepat, video dan gambar-gambar menyebar cepat di beberapa media sosial dan whatsapp grup. Saat melihat sekilas gambarnya, aku cukup gemetaran. Karena pakaian kerja beberapa korban, sama dengan sepupuku, Dwi.

Lanjutkan membaca “Stop Membagikan Gambar Korban Kecelakaan”

Review Buku : Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna – Najeela Shihab

Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna – Najeela Shihab

Cinta yang dilabeli “terlalu sempurna”

karena kekurangannya pun dihitung

sebagai bagian yang pantas dijaga

Cinta yang punya suara, bukan hanya gema,

cinta yang dipilih, bukan hanya dikasih

Cinta yang muncul bukan hanya dalam puisi,

tapi dari hasil observasi

Cinta yang hadir bersama seribu ketakutan berbeda,

namun rasa takut kehilangannya selalu lebih dari segalanya

Itulah penggalan kutipan dalam buku, yang dicetak dibagian cover buku. Tulisan pertama yang kulirik saat buku ini sampai ke tanganku. Buku yang menjadi pilihan, karena aku merasa isinya tidak berat. Meski tidak berat, ternyata butuh ketenangan agar bisa meresapi isinya.

Lanjutkan membaca “Review Buku : Cinta untuk Perempuan yang Tidak Sempurna – Najeela Shihab”