Potong Rambut

“Rambutnya di rebonding ya?” 

“Gak cuma pakai sampo” 

Persis tagline iklan sampo ya? Pertanyaan itu, kerap kali dilontarkan orang-orang padaku saat duduk di bangku SMA. Seperti rambut-rambut orang yang rajin ke salon. Bedanya aku ke salon tiga bulan sekali hanya untuk merapikan rambutku. 

Aku dan sahabatku Utya, punya langganan salon yang sama. Tapi kami punya perlakuan yang berbeda oleh pemiliknya. Bukan kasar. Hanya saja pemilik salon yang juga menjadi kapsternya sangat protective pada rambutku. 

Lanjutkan membaca “Potong Rambut”

Kurikulum Merdeka Belajar, Ajak Siswa Kreatif dan Inovatif

“Kurikulum Merdeka ini, bikin orang tua repot!” kata salah satu wali murid di whatsapp grup kelas Cinta. 

Pendapat serupa dulu juga pernah dilontarkan mbak Ika, kakak keduaku yang punya tiga orang anak. Ia harus membersamai ketiga anaknya. Kalau bisa dibagi tiga, mungkin dia memilih dibagi tiga saja, ha-ha. Apalagi saat pandemi dulu, ketika semuanya harus sekolah secara daring. Fiuh! 

Sependek yang aku tahu, Kurikulum Merdeka Belajar, sudah mulai diimplementasikan pemerintah sejak tahun 2022. Tujuannya untuk menyederhanakan kurikulum sebelumnya yang terkesan rumit dan tidak bisa memenuhi kompetensi murid-murid. 

Lanjutkan membaca “Kurikulum Merdeka Belajar, Ajak Siswa Kreatif dan Inovatif”

Menyusui dan Menyapih, Momentum Sejuta Cinta

Scroll……. 

Scroll….. 

Scroll… 

Siapa yang punya hobi scroll? Tos dulu yuk! Selain suka scrolling di media sosial, aku juga suka scrolling di galeri handphone. Ngapain? Ngeliatin foto-foto yang ada. Saking seringnya mengabadikan momen, aku selalu lupa untuk memilih foto-foto. Jadi jangan kaget kalau ada banyak foto di galeriku. 

Memilih isi galeri, buatku sangat memakan waktu. Kayaknya harus fokus dan tidak boleh diganggu. Karena sekali diganggu, maka akan kembali menumpuk. He-he. 

Lanjutkan membaca “Menyusui dan Menyapih, Momentum Sejuta Cinta”

Manis-Manis di Zona Aman Makanan

Comfort Food adalah istilah yang biasa digunakan untuk makanan yang jadi obat kangen. Makanan ini biasanya dipilih mengingatkan pada rumah atau kenangan yang telah lalu. Nah, hati yang sedang gundah gulana, saat bertemu dengan comfort food, biasanya akan lebih damai. 

Suamiku misalnya, comfort foodnya adalah mie goreng. Cuaca hujan, bikin mie goreng. Bingung makan apa, bikin mie goreng. Bukan mie instan lho. Itu mie goreng kiloan yang beli di pasar. Mie instan biasanya jadi pilihan terakhir kalau stok mie di pasar hilang. He-he.

Lanjutkan membaca “Manis-Manis di Zona Aman Makanan”

Bun, Anaknya Mimisan !

“Bunda, di mana? Sudah mau jemput Revalina?” Tanya suara ustazah Rina di seberang telpon. 

“Saya sudah di parkiran ustazah. Ini mau ke arah gerbang,” jawabku sambil berjalan cepat. 

“Revalina mimisan bunda. Sebentar saya antar ke depan,” kata Ustazah Rina lagi. 

DI depan gerbang sekolah, kulihat beberapa orang tua sekelas Cinta sudah menunggu. Salah satu sahabat SMAku, Merry, anaknya juga sekelas Cinta juga sedang menunggu. “Belum keluar ka,” kata Merry seakan membaca pikiranku. 

“Katanya Cinta mimisan,” ceritaku tanpa ditanya. 

“Sering?” tanyanya lagi. 

“Gak sih! Malah seringan Rangga,” jawabku. 

“Kenapa pula anak-anak kayak mamanya. Sering mimisan di sekolah. Tapi jadi gk panik ya?,” tanya Merry lagi. 

“Haha. Iya eh,” jawabku lagi. 

Lanjutkan membaca “Bun, Anaknya Mimisan !”

Pemburu Takjil

Beberapa hari ini, di feed instagramku ramai sekali membicarakan orang-orang non islam alias nonis yang ikut mencari takjil. Saking ramainya, konon banyak muslim gak kebagian takjil. Sampai ada beberapa konten kreator nonis yang mengakui kalau mereka juga menjadi pemburu takjil. Emang benar ya? 

Jujur saja, aku baru mengetahui ada trend ini. Karena dulu saat masih bekerja di ruang publik, teman-teman nonis tidak melakukan hal tersebut. Mungkin karena takjil untuk berbuka, sudah disediakan kantor. Jadi kami tidak perlu mencari-cari. Memang sih, saat kami berbuka puasa, mereka yang nonis juga ikut menikmati takjil yang tersedia. Tapi tidak sampai rebutan. 

Lanjutkan membaca “Pemburu Takjil”

Target Membaca 2024

Pokoknya harus baca buku! Sebulan minimal 1 buku! Dahlah, baca buku anak aja, yang penting ketemu buku! Ahhh, pokoknya banyak banget alasan yang akhirnya membaca itu jadi agenda kesekian.

Aku yang dulu bisa menyelesaikan satu buku setiap hari, tampak jauh berbeda sekali dengan saat ini. Terutama saat aku baru menjadi ibu. Keluarga pasti yang utama ya. Tapi ternyata aku lupa, kalau membaca buku adalah salah satu sumber kebahagiaan untuk diriku sendiri. Kembali meletakkan membaca di prioritas atas, terutama membuat emosiku jauh lebih terarah. 

Lanjutkan membaca “Target Membaca 2024”

Tiga Benda yang Tidak Terlupakan

Apa saja tiga objek yang tidak pernah Anda tinggalkan?

Dompet, Jam, Handphone adalah ketiga benda yang hampir tidak pernah aku tinggalkan. Memang sih tidak selalu ketiganya yang aku bawa. Terkadang aku hanya membawa handphone dan jam di tangan. Atau suatu waktu aku hanya membawa handphone dan dompet. Dan suatu ketika aku hanya membawa dompet dan jam. Pernah juga aku tidak membawa ketiga-tiganya. Tapi tentu saja, itu sangat jarang terjadi ya. Takut juga kalau keluar gak bawa handphone atau dompet. Karena dompet dan handphone adalah benda yang dibutuhkan. Bukan sekadar penghias. 

Lanjutkan membaca “Tiga Benda yang Tidak Terlupakan”

Duta Pemuda, Kembangkan Bakat dan Potensi Diri

Duta Wisata, Duta Pemuda, Duta Anti Narkoba, hmmm Duta apalagi nih? Pastinya banyak ya! Kegiatan seperti duta-duta ini, tentu memberikan kegiatan positif buat anak-anak muda. Biasanya mereka-mereka yang aktif dalam kegiatan sejenisnya, memiliki visi dan misi ke depan. Bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga lingkungan sekitarnya. 

Salah satu sepupuku, punya keinginan kuat mengikuti ajang tersebut. Ia pun rajin mencari informasi. Saat lulus SMA, barulah dia benar-benar fokus untuk mencoba mendaftar. Salah satu kesempatan yang belum lama ia ikuti adalah Duta Pemuda. 

Lanjutkan membaca “Duta Pemuda, Kembangkan Bakat dan Potensi Diri”

Carval yang Jadi Kenangan

Anak kelahiran tahun 90an, tampaknya akrab dengan alas kaki merk Carvil. Alas kaki yang satu ini didesain untuk bertualang di alam. Kalau kata ibuku sih, sandal gunung. Nah, saat itu aku yang masih sangat kecil, tentu tidak paham dengan merek. Iklan sandal Carvil beredar di mana-mana. Tentu saja, ibuku termasuk orang yang penasaran, sebagus apa sih sandalnya. 

Kebetulan di kampungku, ada satu keluarga kaya yang sering membicarakannya. Kami tetangganya, kebanyakan mengandalkan reviewnya untuk barang-barang yang harganya tidak normal untuk dibeli kala itu. Kalau dia bilang, ini bagus buat dibeli, sesuai harganya, dan review positif lain, maka saat ada uangnya dan memang butuh kami akan membelinya. Tapi kalau dia bilang, “menang harga aja nih. Gak enak dipakai, dan bla, bla, bla” dijamin, barang itu minim sekali akan dibeli. Seperti influencer masa kini lah ya. Ha-ha. 

Lanjutkan membaca “Carval yang Jadi Kenangan”