Jangan Pisahkan!

Baru saja aku melihat postingan dari warga negara asing yang dipisahkan dari anaknya. Sebagai ibu, tentu saja aku ikut tergerak. Aku mencari-cari, apa sih yang lagi viral ini. Oh ternyata, berhubungan dengan pelakor. Ini membuat banyak perempuan, terutama ibu, ikut meradang. 

Bagaimana bisa, menjauhkan seorang anak dari ibunya? Di mana letak hati nuraninya? Eh, ya gak punya, makanya jadi gitu kan dia!

Lanjutkan membaca “Jangan Pisahkan!”

Pinjam Ya!

“Ternyata jam yang rosegold itu mati lho,” kata ibuku. 

“Oh ya? Berarti pinjamin yang lain saja,” kataku ke ibu. 

“Gak mau. Anaknya maunya yang itu. Kata dia, cuma buat gaya-gayaan aja. Kalau mau liat jam tetap ke HP,” terang ibuku. 

Percakapanku dan ibu beberapa hari lalu sampai sekarang masih sering terngiang di kepala. Aku yang sejak kecil selalu memakai jam tangan, memang memanfaatkan sebagai mana mestinya. Sebagai petunjuk waktu. Apalagi aku yang sering mencatat kegiatan harianku, penanda waktu ini cukup penting. Meski tidak semua bisa berjalan sebagai mana mestinya, tapi semua bisa tertata. Jam sebagai aksesoris, jauh dari kamusku. Tapi itu aku ya. Orang lain belum tentu sama. Bukti kasusnya adalah orang terdekatku. 

Lanjutkan membaca “Pinjam Ya!”

Ketika FB Down

FB Down! Panik gak? panik gak? Paniklah, masa gak? Mungkin saja. Tapi pasti tidak semua orang.

“Sayang tidur kah? Coba log in FB, kok gak bisa?” Muncul pesan chat dari suami.

“Tidoor kah? Kok FB gak bisa ya?” Tidak lama mbakku juga mengirimkan pesan serupa. 

Aku yang lagi asyik nonton podcast Denny Sumargo jadi beralih untuk membuka aplikasi Facebook di handphone. Lah, terlog out! Aku mencoba kembali log in, bisa tapi sayang tampilannya seperti akun baru. Tidak seperti bisanya.

Lanjutkan membaca “Ketika FB Down”

FB Down, Panik Gak?

FB Down! Panik gak? panik gak? Paniklah, masa gak? Mungkin saja. Tapi pasti tidak semua orang.

“Sayang tidur kah? Coba log in FB, kok gak bisa?” Muncul pesan chat dari suami.

“Tidoor kah? Kok FB gak bisa ya?” Tidak lama mbakku juga mengirimkan pesan serupa. 

Aku yang lagi asyik nonton podcast Denny Sumargo jadi beralih untuk membuka aplikasi Facebook di handphone. Lah, terlog out! Aku mencoba kembali log in, bisa tapi sayang tampilannya seperti akun baru. Tidak seperti bisanya.

Lanjutkan membaca “FB Down, Panik Gak?”

Milkbun, Roti Sobek dengan Toping Susu yang Melimpah

“Jangan suruh aku bikin yang lagi viral itu ya! Aku mau persiapan bikin tester kue kering!”

Tulis salah satu teman SMAku yang berprofesi baker. Saat membacanya aku mencoba menerka-nerka, apa sih kue yang lagi viral? Cromboloni, kayaknya dia sudah pernah open PO. Setelah mencari informasi ke sana kemari, ternyata yang dimaksud adalah Milkbun. Kenapa juga aku gak tanya langsung sih! Ha-ha. 

Lanjutkan membaca “Milkbun, Roti Sobek dengan Toping Susu yang Melimpah”

Ibu Sakit, Yuk Nikmati

Sedih rasanya, kalau anak-anak apalagi yang masih bayi, jatuh sakit. Rasanya ingin sekali memindahkan rasa sakitnya ke orang dewasa. Bukan tanpa alasan, anak-anak kerap kesulitan mengekspresikan rasa sakit yang dirasa. Jadi kalimat keinginan memindahkan rasa sakit adalah hal yang biasa aku dengar. 

Tapi bagaimana saat orang dewasa yang sakit. Terutama mamanya. Duh! Yakin deh, langsung gonjang-ganjing itu rumah! Benar kan! Kan! Kan! Kan! 

Lanjutkan membaca “Ibu Sakit, Yuk Nikmati”

Hai, Aku…

Hai, aku riska. Sebagian teman memanggilku dengan panggilan Betet, Mak Riska atau Mak Cin. Jelas, berbeda lingkaran pertemanan, maka nama panggilanku pun berbeda. Perbedaan ini membuatku lebih mudah mengingat, bertemu dengan mereka di waktu kapan. 

Hanya saja, sejak dulu aku selalu mengenalkan diri dengan namaku sendiri. Pernah, saat baru punya satu anak dan lingkaran pertemananku banyak terhubung dengan ibu-ibu baru, aku membiasakan diri menyebut sebagai Mak Cin. Tapi ternyata, aku sendiri tidak merasa nyaman ketika memperkenalkan diri dengan embel-embel nama anak. Rasanya itu bukan aku. Apalagi bertahun-tahun sebelumnya, inisial nama penaku pun tidak jomplang dari nama asliku. Maka aku makin merasa aneh. 

Lanjutkan membaca “Hai, Aku…”

Air oh Air

Belakangan suhu di Balikpapan dan sekitarnya sangat panas. Matahari tampak ada 5, padahal hanya 4. Eh, apa sih! 

Musim kemarau atau hujan, tampaknya kurang berlaku di sini. Jika di pulau Jawa, musim hujan akan hujan terus atau sebaliknya, di Balikpapan dan sekitarnya belum tentu. Bisa jadi karena kami dekat dengan garis khatulistiwa. Di saat seperti ini, kesulitan air akan sering terjadi. Ya, sudah sejak lama pasokan air PDAM selalu mendapatkan kendala. Debit waduk kurang, atau kebocoran-kebocoran di beberapa titik kerap jadi alasan. Kadang capek sendiri mikir, apalagi sih yang rusak. Ha-ha. 

Lanjutkan membaca “Air oh Air”

Merespon Emosi

Kamu gak bisa mengatur emosi orang lain. Tapi kamu bisa mengatur emosi yang akan kamu keluarkan. 

Kurang lebih, seperti itulah kalimat yang pernah aku dengar. Ya kalau dipikir-pikir secara netral semua memang benar. Hanya saja, saat seseorang sedang dilanda emosi, baik emosi marah atau bahagia, akan sulit untuk mengeluarkan dengan tindakan yang sewajarnya. Tidak banyak orang yang bisa mengendalikan emosinya dengan cepat dan baik, tentu selain sangat berpengalaman, juga karunia Allah yang luar biasa. 

Lanjutkan membaca “Merespon Emosi”

Pemilu 2024

Sejak pagi, teman-teman sosial mediaku sudah ramai mengajak ke TPS untuk menyoblos. Agak dag-dig-dug sih. Entah kenapa makin ke sini, pemilu makin terasa berbeda. Seperti ada beban tersendiri, ketika ternyata orang yang dipilih tidak sesuai harapan. 

Beberapa temanku, ada yang sangat aktif dalam membagikan informasi soal pasangan calon presiden dan wakil andalannya. Baik paslon 1, 2, dan 3. Buatku ini sangat memudahkan lho. Aku jadi bisa mengetahui track record para paslon dari mereka. Semuanya pasti menomersatukan paslon masing-masing. Hanya saja, beberapa kali aku membaca postingan yang menjatuhkan paslon lain. 

Lanjutkan membaca “Pemilu 2024”