Saya tampak seperti kejar setoran saay membaca karya-karya Roald Dahl. Bukan karena belum lama ini, saya ditegur karena beberapa buku masih tersegel rapi. Tapi, buku Roald Dahl mengajak saya kembali menjadi anak-anak. Hal itu seperti mengembalikan saya ke masa kecil. Lanjutkan membaca “Review Buku : Esio Trot, Aruk-Aruk – Roald Dahl”
Review Buku : Danny the Champion of the World – Roald Dahl
“Untuk anak-anak yang telah membaca buku ini. Kalau kau sudah tumbuh dewasa dan punya anak. Ingatlah hal yang penting ini. Orangtua yang kaku sama sekali tidak menyenangkan. Yang diinginkan anak-anak dan layak mereka dapatkan adalah orangtua yang ASYIK”
Danny the Champion of the World – Danny Si Juara Dunia
Lanjutkan membaca “Review Buku : Danny the Champion of the World – Roald Dahl “
Review Buku : Mr Fox yang Fantastis – Roald Dahl
Masih karya Roald Dahl yang judulnya Mr Fox (lagi rajin eh :p). Buku ini menceritakan tentang keluarga rubah (Mr Fox) yang diburu para peternak karena suka mencuri hasil ternaknya. Peternak-peternak itu adalah Boggis, Bunce dan Bean. Masing-masing memelihara ayam, bebek dan apel.
Ketiga peternak tersebut kesal pada Mr Fox yang selalu mencuri hasil ternak mereka. Padahal, setiap malam mereka selalu berjaga. Bahkan dengan menggunakan senjata. Namun, Mr Fox selalu mengetahui keberadaan ketiganya. Ya, indra penciuman Mr Fox memang kuat. Dengan bantuan angin, ia bisa mengetahui keberadaan seseorang.
Hingga suatu hari, ketiga peternak ini sudah berada di puncak kekesalannya. Mereka pun sepakat untuk berjaga di di dekat sarang Mr Fox. Dengan harapan, begitu Mr Fox keluar dari sarang, mereka dengan segera menembaknya. Sayang, saat itu bukan malam keberuntungan Mr Fox. Perasaannya mengatakan sesuatu yang ganjil, namun indra penciumannya tidak membaui aroma manusia.
Belum jauh keluar kandang, ia melihat kilatan senapan para peternak. Begitu menyadari, Mr Fox langsung kembali ke sarang. Namun, ekornya sempat terkena tembakan. Di dalam sarang, Mr Fox memperingatkan istri dan anak-anaknya untuk tidak keluar kandang. Tapi siapa sangka kalau para peternak malah memilih berkemah di depan sarang. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan sekop dan buldoser untuk menggali sarang keluarga. Mr Fox dan keluarganya dengan gesit terus menggali ke dasar tanah, agar tidak tertangkap. Semakin lama, galian pun semakin dalam. Hingga mereka semua kelelahan. Terutama keluarga Mr Fox yang sudah beberapa hari tidak makan. Mr Fox pun mendapatkan ide, ia menyuruh istrinya menunggu. Ia dan anak-anaknya menggali ke arah lain. Awalnya anak-anaknya tidak ada yang mengetahui arah manakah yang dituju. Ternyata Mr Fox membuat terowongan ke arah peternakan ayam, bebek, dan apel. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan hewan-hewan bawah tanah lain yang tidak bisa keluar akibat ulah para peternak. Mr Fox pun mengajak mereka semua bergabung. Menurut Mr Fox, dari pada mereka bersusah payah mencari jalan keluar, lebih baik mereka tetap tinggal di bawah tanah. Toh, mereka semua punya akses ke peternakan untuk mendapatkan makanan.
Dongeng ini menurut saya cukup seru. Namun, entah mengapa belakangan saya sedikit sensitif dengan cerita atau dongeng yang mengajarkan kecerdikan tapi dengan cara (yang menurut saya) kurang tepat. Mr Fox cerdik memilih tinggal di bawah tanah, ketimbang bersusah payah ke luar sarang tapi malah ditembak peternak. Namun sayangnya, untuk bisa hidup di bawah tanah Mr Fox kembali mencuri hasil ternak. Karena secara tidak langsung, anak-anak diajarkan kalau cerdik, tidak masalah berbuat curang. Tapi secara bahasa, buku ini mudah dipahami anak-anak.
Judul : Mr Fox yang Fantastis
Penulis : Roald Dahl
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : I, Jakarta September 2001
II, Januari 2010
III, Agustus 2010
Review Buku : Matilda – Roald Dahl
Mendekati akhir November ini, saya memutuskan untuk membaca buku Roald Dahl yang berjudul Matilda. Meski sebenarnya, buku ini diperuntukkan untuk anak-anak, saya cukup terhanyut membacanya. Ya, saya memang menyukai buku-buku seri fantasi. Seperti halnya Harry Potter yang membuat saya jatuh cinta pada buku-buku seri petualangan fantasi. Maklum saja, buku-buku di perpustakaan SD tidak menyediakan buku seri fantasi, terutama buku saduran. Sedang perpustakaan di dekat rumah, kebanyakan menyediakan komik. (terus kenapa malah curhat) . Lanjutkan membaca “Review Buku : Matilda – Roald Dahl”
Review Buku : The Secret of Enlightening Parenting – Okina Fitriani
“Mendidik anak memang berat, karena itulah hadiahnya peluang surga. Jika tidak berat, mungkin hadiahnya hanya mini power bank”
Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjadi Generasi Gemilang
Banyak orang yang setuju kalau menjadi orangtua adalah pekerjaan paling penting di dunia. Namun sayangnya, menjadi orangtua sering tidak dipersiapkan dengan matang. Padahal untuk profesi tertentu perlu waktu bertahun-tahun mendalaminya. Meski tidak ada sekolah menjadi orangtua, bukan berarti kita tidak bisa belajar sejak saat ini. Lanjutkan membaca “Review Buku : The Secret of Enlightening Parenting – Okina Fitriani”
Review Buku : 5 Guru Kecilku – Kiki Barkiah
“Bunda sayang, apresiasilah setiap kebaikan anak. Sehingga mereka mengerti apa yang kau harapkan darinya”
“Buku apa yang datang?” tanya ibu ketika pak Pos mengantar paketan. Senang rasanya, kalau ada yang tanya soal buku yang saya baca. “Belum tau mah, menurut resensi yang dibaca cerita tentang pengalaman ibu yang punya lima anak. Selain itu keluarganya juga menerapkan metode home schooling,” jawab saya. Ibu mengernyitkan kening. “Yakin punya anak lima. Capek lho. Nanti kapan istirahatnya. Nanti rumah berhamburan. Bla, bla dan bla,” kata ibu saya. Lanjutkan membaca “Review Buku : 5 Guru Kecilku – Kiki Barkiah “
Review Buku : Bangun Lagi Dong Lupus – Hilman

Ah, ternyata sudah tanggal 13 Oktober aja. Meski belum berantakan, blog ini sudah lumayan berdebu. Penghuninya masih (sok) sibuk dengan beberapa agenda. Apalagi kalau bukan masak, nyuci baju, dan beres-beres rumah. Sibuk sekali bukan ? (kemudian ditimpuk baju kotor).
Di tengah kesibukan yang melanda. Saya menyempatkan diri untuk merapikan kotak-kotak yang berisi buku-buku. Sudah lebih dari satu tahun pindah rumah, masih banyak barang-barang di dalam kotak-kotak yang belum saya letakkan pada tempatnya. Ada tiga kotak buku yang saya buka dengan harapan, isinya bisa saya hibahkan. Jadi kotak-kotak tersebut bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Bukannya sedih, saya malah bahagia setengah mati karena ternyata kotak-kotak tersebut berisikan beberapa novel dan buku penting (baca : kamus bahasa indonesia dan inggis).
Oke, saya sudah cukup bertele-tele. Di antara novel yang saya temukan berjudul “Bangun Lagi Dong Lupus”. Novel ini cukup menyuntikkan semangat saya yang mulai kendur karena malas beres-beres. Bagaimana tidak, karya Hilman selalu mampu membuat saya tertawa terbahak-bahak. Selalu ada kekonyolan. Ketika sudah mulai serius membaca, selalu diakhiri dengan canda tawa. Menurut saya, ini merupakan salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. Saya mengenal Lupus sejak kelas 4 SD. Kebetulan saat SD, saya tinggal di dekat dengan perpustakaan. Seminggu tiga kali adalah agenda rutin saya ke perpustakaan. Ah, rindunya. Kegiatan yang saya lakukan sampai lulus SMP. Saat SMA, bukannya tidak mau ke perpustakaan lagi. Tapi perpustakaannya tutup lantaran peminat bacanya sedikit. Bisa dihitung jari, termasuk dengan saya.
Kembali ke novel Bangun Lagi Dong Lupus kali ini menceritakan tentang pengalaman Lupus yang menolong teman-teman barunya di SMA Merah Putih. Buku ini menceritakan bagian yang nggak pernah diceritain pada buku Lupus yang lain. Yaitu bagaimana Lupus bertemu dengan Boim, Gusur, dan Anto, serta bagaimana asal muasal cintanya dengan Poppy.
Judul : Bangun Lagi Dong Lupus
Penulis : Hilman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2013
Review Buku : Sabtu Bersama Bapak – Adhitya Mulya
“Menjadi panutan adalah tugas orangtua- untuk semua anaknya”
Bagi saya (dan mungkin sebagian orang) sosok bapak adalah sosok yang kaku. Ya, bapak saya memang bukan sosok yang romantis dan puitis. Tak perlu pada saya anaknya, pada ibu saya pun, bapak boleh dibilang agak kaku. Namun, itu bukan masalah. Bapak (dan kebanyakan bapak yang lain) pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saya bersyukur menduplikasi kecintaan bapak terhadap buku. Hobi yang menurut ibu saya agak “menjengkelkan”. Bagaimana tidak, jika sedang membaca saya kerap lupa lingkungan, ha-ha. Maafkan anakmu bu >.<
Buku Sabtu Bersama Bapak sebenarnya sudah masuk dalam daftar belanja buku yang saya inginkan. Saking banyaknya buku yang saya inginkan, saya sampai bingung mana yang harus saya prioritaskan. Kebetulan, saat ke toko buku saya melihat buku yang ditulis Adhitya Mulya ini berada didekat kasir. Pilihan saya membeli buku ini tidak salah. Saya baru mulai membaca buku ini selepas magrib dan berhasil menuntaskannya pukul 01.18 WITA.
Buku ini menceritakan tentang pemuda yang belajar mencari cinta. Pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tak hanya itu, di sini juga diceritakan bagaimana sosok ibu yang membesarkan kedua anaknya dengan penuh kasih, tanpa didampingi suaminya. Meski tanpa suami, si istri dan anak-anak tidak kehilangan sosok dan kasih sayang sang bapak. Si bapak meninggalkan banyak pesan untuk anak-anaknya hingga dewasa nanti.
Dalam buku ini ada tiga tokoh yang diceritakan, menurut sudut pandang mereka. Kita akan meloncat dari satu cerita ke cerita berikutnya yang belum tentu saling berhubungan. Namun, tidak mengurangi sedikitpun pesan yang disuguhkan dalam cerita. Ketiga tokoh tersebut adah si Ibu, kakak pertama -Satya-, dan adiknya -Cakra-. Mata saya kerap berair saat membaca buku ini. Bukan karena saya membacanya saat malam dan dengan posisi tiduran, tapi memang ceritanya cukup mengharukan. Saya pun ikut dibuat rindu pada sosok Bapak. Meski banyak cerita mengharukan, banyak lelucon yang diselipkan. Emosi saya pun ikut naik turun. Sebentar sedih, sebentar tertawa ngakak. Mungkin itu yang membuat ibu saya sering jengkel melihat anaknya membaca buku. Anaknya terlihat agak kurang waras. >.<
Membacanya, membantu saya merencanakan mau seperti apakah saya dan (calon) suami saya nanti. Pesan Bapak dalam buku ini, selalu buat rencana dengan matang. Bukan hanya bertanggung jawab pada kehidupan istri dan anak-anaknya, tapi bapak juga menekankan untuk bertanggung jawab pada kebahagian keluarganya. Oh iya, kenapa judulnya Sabtu Bersama Bapak? Boleh jadi, karena di dalam cerita istri dan anak-anaknya selalu memiliki agenda rutin setiap Sabtu, menonton video Bapak saat masih hidup. Setiap Sabtu, video yang ditampilkan selalu berbeda. Bahkan, tak jarang video khusus ditampilkan saat anaknya ulang tahun dan akan menikah.
Saya rasa, para lelaki wajib membaca buku ini (semaunya). Ya, karena memang diperuntukkan bagi para laki-laki yang akan dan sudah menikah. Tapi bukan berarti saya dan perempuan lain tak bisa menikmati buku ini.
Saya sendiri banyak mengaris bawahi kalimat-kalimat di buku ini, di antaranya “Menjadi panutan adalah tugas orangtua- untuk semua anaknya” dan “Waktu dulu kita jadi anak, kita gak nyusahin orangtua. Nanti kita sudah tua, kita gak nyusahin anak”
Judul : Sabtu Bersama Bapak
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : GagasMedia
Cetakan : I, 2014
Review Buku : Tarik dan Temukan – Watiek Ideo
Selain menciptakan moment spesial bersama anak, mendongeng juga memberikan banyak manfaat. Anak, bisa belajar sambil bermain. Jika perasaan bahagia, anak akan lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan. Lanjutkan membaca “Review Buku : Tarik dan Temukan – Watiek Ideo “
Review Buku : Cerita Tanpa Kata-Kata – Watiek Ideo
Yipiiiii, buku cerita karya Watiek Ideo udah diterima dengan perasaan bahagia. Selain buku dengan beberapa seri, masing-masing paket buku ini berhadiah kaos kece. Sementara, baju-baju itu dipakai kakak Nindy dan kakak Icah. “Bajunya tolong dijaga ya kak. Jadi, anak-anak mami nanti bisa pakai baju-baju ini 😆,” pesan saya. Lanjutkan membaca “Review Buku : Cerita Tanpa Kata-Kata – Watiek Ideo “




