Apa Cita-Citamu?

Bertanya mengenai cita-cita pada anak-anak, terutama di bawah lima tahun sungguh hiburan yang menyenangkan. Bagaimana tidak, kebanyakan dari mereka menjawab cita-cita karena kagum pada profesi tertentu. Aku sendiri punya banyak cita-cita saat kecil dulu.

Pernah suatu hari (eh sering sih) aku bertanya pada Rangga “Rangga, kalau sudah besar mau jadi apa?”. Tak ada harapan yang muluk pada jawaban yang akan dilontarkan Rangga. Aku hanya sekadar bertanya.

Lanjutkan membaca “Apa Cita-Citamu?”

Ultra Moist MS Glow

Lama sudah aku tidak menggunakan cushion dalam pilihan rangkaian kosmetik yang kugunakan. Sejujurnya sejak 2017, kosmetik yang aku gunakan hanya liptint, lipstick dan eyeliner. Kenapa? Karena aku suka melihat teksture kulit asliku. Selain itu, wajahku yang normal cenderung kering tapi mudah keringatan ini sering membuat kosmetik mudah luntur. Sunscreen adalah jalan ninjaku. Ha-ha.

Lanjutkan membaca “Ultra Moist MS Glow”

Ibuku, Sahabat Terbaikku

Pernah berpikir akan bersahabat dengan ibu sendiri? Aku tidak. Aku memang mengidolakan ibu sejak kecil. Tapi tak pernah berpikir akan menjadikan ibu sebagai sahabat. Yang kupahami dulu, orangtua tidak bisa menjadi sahabat anaknya.

Saat SMA, aku pernah memiliki teman yang sangat akrab dengan ibunya. Awalnya aku hanya mendapatkan ceritanya dari teman-teman yang lain. Sampai suatu hari, aku berkesempatan untuk berkunjung dan melihat sendiri bagaimana temanku dan ibunya sangat akrab. Temanku tak pernah ragu menceritakan apapun  pada ibunya. Soal temannya, sekolah, bolos bahkan pacar-pacarnya. Ibunya? Mendengarkan dengan seksama dan sesekali mengolok anaknya. Seakan mereka sebaya. Meski begitu, temanku tak pernah kehilangan kesopanannya. Tetap terlihat jelas kasih sayang dan sopan santunnya ke ibu. Melihat itu, aku tentu saja iri.

Lanjutkan membaca “Ibuku, Sahabat Terbaikku”

Review Buku : Janji – Tere Liye

Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Ada yang kaya, pun ada yang miskin. Ada yang terkenal, ternama, berkuasa, juga ada yang bukan siapa-siapa. Ada yang seolah bisa membeli apapun, melakukan apapun yang dia mau, hebat sekali. Ada yang bahkan bingung besok harus makan apa.

Itulah sepenggal cuplikan dibagian belakang cover buku. Saat melihat buku ini di rak toko buku, ada sedikit kesan horor. Kenapa? Karena ada gambar nisan. Aku menduga, ada sosok yang meninggal dalam ceritanya. Tapi kesan horornya tidak menakutkan, karena di dominasi oleh warna putih.

Review kali ini mungkin mengandung banyak spoiler. *sungkem*

Lanjutkan membaca “Review Buku : Janji – Tere Liye”

Putih yang Jadi Pilihan

Sejak tahun lalu, suami sudah menyuarakan untuk mengecat rumah. Alasannya karena dinding rumah sudah tidak ada ruang berkreasi lagi. Alias penuh dengan coretan anak-anak. Ha-ha. “Yakin mau di cat? Anak-anak masih kecil lho. Dan kita berencana nambah satu anak lagi. Mungkin Cinta dan Rangga sudah berhenti menggambar di dinding. Adiknya nanti, kan gak tau,” kataku pada suami. Aku sendiri senang sih, kalau ada nuansa baru di rumah. Tapi juga memahami kondisi yang mungkin akan terjadi.

Lanjutkan membaca “Putih yang Jadi Pilihan”

Butterfly HCVC : Melatih Anak Berpikir Komputasional Melalui Aktivitas Menggambar

Senin, 21 Februari lalu aku bertugas menjadi Butterfly di Hexagon City Virtual Conference. Speaker pertama yang kuhinggapi adalah Reni T. Wulandari dengan tema Melatih Anak Berpikir Komputasional Melalui Aktivitas Menggambar. Apa itu berpikir komputasional? Berpikir komputasional atau Computational Thinking adalah metode menyelesaikan persoalan dengan menerapkan teknik ilmu komputer. Ini mendorong anak untuk berpikir kreatif dan kritis dalam menyelesaikan persoalan dengan menerapkan konsep terstruktur.

Computational Thinking pertama kali dicetuskan oleh Syemour Aubrey Papert seorang ahli komputer dari MIT tahun 1980. Metode ini kemudian digencarkan oleh Jeannette Marie Wing dari Columbia University tahun 2006.

Lanjutkan membaca “Butterfly HCVC : Melatih Anak Berpikir Komputasional Melalui Aktivitas Menggambar”

Beli Buku Atau Sewa?

Mana yang akan dipilih membeli buku bacaan baru atau menyewanya? Kalau dulu, pilihanku tentu akan jatuh pada membeli buku. Sejak dulu, aku bercita-cita memiliki perpustakaan sendiri. Sekarang, keinginan itu masih ada. Tapi karena keterbatasan tempat, aku harus bisa memilah-milah buku mana yang harus ditinggal dan mana yang harus dilepaskan setelah membaca.

Ingatanku masih sangat jelas, setiap akhir pekan toko buku adalah tempat kesukaanku dan bapak. Kami bisa menghabiskan waktu sangat lama di toko buku. Memilih buku yang akan kami beli. Genrenya tentu saja berbeda. Biasanya yang geleng-gelang kepala adalah ibu, menteri keuangan. Mau melarang, tapi presidennya sudah memberi izin. Ha-ha.

Lanjutkan membaca “Beli Buku Atau Sewa?”

Berburu Kuliner Lokal

Jalan-jalan ke suatu daerah, tak lengkap rasanya kalau tidak menikmati kuliner lokal. Mungkin saja, kuliner daerah tersebut bisa kita temukan di daerah kita. Tapi, soal rasa belum tentu samakan? Makan makanan khas dearah menjadi sebuah kewajiban untuk suamiku. Jangan harap, kita bisa menikmati makanan yang biasa-biasa saja. Mau sih, asal kepepet. Ha-ha. Waktu belum punya anak, aku sih gak masalah. Tapi setelah punya anak, sering khawatir anak-anak tidak mau makan makana kha daerah Padahal, harusnya aku membiasakan mereka.

Lanjutkan membaca “Berburu Kuliner Lokal”

Pemandangan Hutan di Kalimantan

Beberapa waktu lalu, warga Kalimantan sempat dibuat murka, oleh seseorang yang mengomentari Kalimantan. Yang kesal, bukan hanya warga Kalimantan Timur, tapi juga wilayah lain yang ada di pulau Kalimantan. Bahkan, daerah lain juga tak suka dengan pendapat itu. Aku juga tak setuju. Tapi tak mau ikut-ikutan geram.

Perjalanan ke Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu, sempat membuatku berkata “Mungkin sesebapak, dilihatkan pemandangan ini. Makanya sampai terlontar perkataan seperti itu.” Pemandangan apa? Hutan yang masih sangat lebat. Ya, meski banyak perkampungan dan dilewati jalan aspal, di kanan kiri kami masih terbentang luas hutan yang sangat lebat.

Lanjutkan membaca “Pemandangan Hutan di Kalimantan”

Kuburan Tak Selalu Menyeramkan

Di beberapa daerah kuburan identik dengan kesan menyeramkan. Apalagi di film-film horor, biasanya kuburan yang gelap sering muncul di beberapa adegan.

Untuk kuburan di Balikpapan mulai tertata. Jika berada di dekat jalan raya, maka sekelilingnya akan diberi tembok. Mungkin tujuannya untuk menghilangkan kesan seram.

Selama 17 tahun, kemanapun pergi dari rumah aku harus melewati kuburan yang berada di depan komplek perumahanku. Tampaknya paket komplit deh. Rumah dikelilingi hutan dab ada kuburan depan komplek. Bonusnya, pernah ada warga yang gantung dirii di gerbang depan komplek, yang juga depan kuburan.

Lanjutkan membaca “Kuburan Tak Selalu Menyeramkan”